Tribun Wiki
TRIBUNWIKI: AGH Ambo Dalle, Sejarah dan Perjuangan Pendiri DDI Lengkap dari Lahir Hingga Wafat
Lahir di Wajo, lalu dirikan DDI dan bentuk pesantren di Barru, Parepare, dan Pinrang.
Selanjutnya, Ambo Dalle menikah dengan Andi Selo yang masih ada hubungan dengan Anregurutta As’ad. Dari mereka Ambo Dalle tidak memperoleh seorang keturunan pun.
Belajar di Mekah
Tahun 1935, Ambo Dalle untuk pertama kalinya menunaikan ibadah haji. Di Tanah Suci ini ia menetap selama sembilan bulan untuk memperdalam ilmu agama yang pernah dipelajarinya di Wajo.
Pada salah seorang Syekh tempatnya belajar, Syekh Ahmad Sanusi, ia memperoleh sebuah kitab, Khazinatul Asraril Qubra. Menurut penuturan gurunya, dalam kitab itu ia dapat membaca dan mempelajari apa saja yang ingin diketahuinya tentang hal-hal gaib. Dari kitab tersebut ia mengenal rahasia Waliyullah di zaman dahulu. Beliau lalu mengamalkan ilmu yang didapatnya itu.
Ketika kembali ke Sengkang, pesantren yang dibinanya itu semakin populer. Sejak saat itu ia dipanggil Gurutta oleh para santri, yang artinya guru kita. Santri-santrinya berdatangan dari berbagai penjuru. Diantaranya ada yang berasal dari Soppeng Riaja, sebuah kerajaan subur dan makmur yang berada di pesisir barat Sulawesi Selatan.
Hijrah ke Mangkoso
HMYusuf Andi Dagong Petta Soppeng, raja terakhir dari Kerajaan Soppeng Riaja rupanya tertarik dengan sistem pendidikan yang diadakan oleh Anregurutta As’ad di Sengkang. Ia pun bermaksud mendirikan perguruan yang sama.
Hal itu terdorong oleh kenyataan bahwa kondisi beragama rakyatnya sangat mencemaskan. Ini tercermin dari mesjid yang didirikan dalam wilayah kerajaanya seringkali hanya kosong melompong dari jamaah. Menurutnya, untuk menyemarakkan mesjid maka harus didirikan lembaga pendidikan. Dan, MAI Sengkang lah tumpuan harapannya.
Berdasarkan hasil pertemuannya dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama, Petta Soppeng lalu mengirim utusan ke Sengkang dan menjumpai Anregurutta As’ad mengutarakan permintaan Arung dan masyarakat Soppeng Riaja.
Rupanya, keinginan tersebut tidak dapat diterima oleh Anregurutta. Beliau tidak menginginkan ada cabang perguruan karena dikuatirkan akan mempengaruhi kualitasnya. Selain itu, guru yang diminta oleh utusan Soppeng Riaja adalah Gurutta Ambo Dalle, murid kesayangan sekaligus asisten dan tulang punggung pesantrennya.
“Namun, dengan berprinsip pada falsafah bugis Icauitu gettengnge ri kekkee, Arung Soppeng Riaja tidak berputus asa. Diperintahkannya utusan itu kembali lagi ke Sengkang. Melihat kegigihan utusan Soppeng Riaja itu, Anregurutta As’ad akhirnya luluh juga,” jelas Ahmad Rasuid yang juga Pimpinan Kampus I Pondok Pesantren DDI Mangkoso.
Kiai As’ad menyerahkan kepada Gurutta Ambo Dalle untuk mengambil keputusan. Lalu, pada Hari Rabu tanggal 29 Syawal 1357 H atau 21 Desember 1938 M, Gurutta Ambo Dalle memulai babak baru perjuangannya.
Hari itu, ia secara resmi meninggalkan Sengkang, hijrah ke Mangkoso bersama istri, kedua orangtua, serta beberapa orang santri seniornya. Pemerintah kerajaan sudah menyiapkan segala fasilitas yang dibutuhkan, mulai dari rumah, padi, hingga nafkah bulanannya.
Di Mangkoso, calon santri sudah menunggu sehingga hari itu juga ia langsung memulai pengajian perdana di Masjid Jami Mangkoso. Pesantren yang baru dibukanya itu diberi nama yang sama dengan pesantren Anregurutta As’ad di Sengkang, yaitu Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) meski keduanya tidak ada hubungan organisasi.
Mangkoso adalah tempat yang tenang, penduduknya hidup tenteram. Jangankan perampok atau pencopet, pencuri sekecil apapun tidak pernah ada. Bahkan, bila ada diantara warga melakukan perbuatan zina, Gurutta langsung diberitahu. Beliau lalu menyampaikan kepada masyarakat agar orang tersebut dikeluarkan dari kampung.
Gurutta meminta agar tradisi lama masyarakat yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti memuliakan batu-batu kubur dan pohon-pohon besar segera dihentikan.
Gurutta bahkan memerintahkan agar batu-batu nisan yang telah dibongkar itu dijadikan pondasi jalan agar bisa diinjak oleh masyarakat untuk menunjukkan bahwa batu-batu tersebut tidak punya kekeramatan apa-apa.