Catatan Ekonomi Sulsel Jelang 2019
Prof Marzuki DEA: Rasio Ekonomi Sulsel Bagus,Tapi Rasa Ekonominya Belum
"Jika sumber petumbiuhan mayoritas ini bisa diakselarsi dengan sektor dan jiwa saudagar orang Bugis-Makassar, maka pertumbuhan ini akan stabil.”
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Thamzil Thahir
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Professor Drs.Eco Marsuki, DEA., PhD, salah satu anggota Forum Ekonom Kementerian Keuangan (FEKK) Sulsel, tetap optimistis tentang kondisi ekonomi Sulsel.
Perbaikan pasokan data ekonomi, pencacahan statistik dianggap akan bisa memperbaiki kualitas ekonomi Sulsel di masa mendatang.

“Secara rasio dari angka-angka yang diolah BPS, BI, Sulsel terlihat baik-baik saja. Namun jujur, rasa ekonomi ini belum dirasakan sebagian besar rakyatnya,” kata Marzuki dalam Focus Group Discussion (FGD) bersama petinggi otoritas keuangan, bankir, akademisi dan praktisi ekonomi Sulsel, di Hotel Four Point by Sheraton, Makassar, awal pekan ini.
Baca: Anomali: Pangkep dan Maros Kategori Maju, Tapi Warganya Kurang Sejahtera
Menurutnya, pertumbuhan Kuartal II 2018 tetap kuat. Dari sisi pengeluaran, ekonomi Sulsel masih ditopang ekspor luar negeri. "Ini seiring perbaikan harga komoditas pertanian di pasar global.

Sedangkan dari sisi lapangan usaha,masih ditopang oleh pertanian dan perdagangan.
"Jika sumber petumbiuhan mayoritas ini bisa diakselarsi dengan sektor dan jiwa saudagar orang Bugis-Makassar, maka pertumbuhan ini akan stabil.”
Baca: BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III Sulsel Tumbuh Kuat
Sektor pertanian yang tujuh dekade terakhir jadi mesin penggerak ekonomi Sulsel, perlahan mulai bergerak ke sektor jasa dan perdagangan.
“Namun”, kata guru besar ekonomi asal Unhas ini,”pertumbuhan itu justru belum berefek ke kesejahteraan.
Sejak 2006 hingga 2018 ini, angka ekonomi Sulsel stabil di level 7,3%.
Pertumbuhan tertinggi di tahun 2012 (8,87%) dan 2010 (8,19%). Ini lebih baik dari growth nasional yang rerata 6,2%.
Dikatakan, Kota Makassar yang tetap jadi ‘magnet’ pertumbuhan dari 23 daerah lainnya.
Empat daerah satelit ekonominya, Maros, Gowa, Takalar dan Pangkep, justru tumbuh melambat.
Dari grafik dan Tipologi struktur perekonomian Sektoral Sulsel (2015-2016) yang dipaparkan Direktur STIEM Nitro Makassar ini, terungkap bahwa, Makassar harus bisa membagi lima sektor unggulannya ke daerah satelitnya.

Lima sektor itu adalah jasa akomodasi (makan & minum), realestate/usaha persewaan, ketiga usaha retail/reparasi kendaraan, keempat jasa keuangan/asuransi dan terakhir transportasi/komunikasi.
“35% ekonomi Sulsel itu masih di Makassar. Nah, Gubernur dan wakil gubernur kita ini butuh pemerataan. Di Bone, Wajo, Bulukumba dan Palopo harus dirangsang.”
Dari paparan data yang juga dihadiri Kepala Kanwil DJP Sulselbartra, Eka Sila Kusna Jaya, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sulsel Untung Basuki, Kepala Kantor Perbendaharaan Negara, juga hadir perwakilan dari Bank Indonesia.
ekonom alumnus Sorbonne University Perancis ini, mengemukakan Pertanian, Kehutanan, Perikanan mentumbang (23,22%) atau tumbuh 41,30% di kuartal kedua 2018 ini. Lalu menyusul sektor Industri Pengolahan (13.90%) -- 9,44%, Perdagangan besar, eceran, reparasi mobil (13,15%) - 4,2%, Konstruksi (12,46%) - 8,16% dan terakhir Tambang dan galian (5,94%).