Mahasiswi Tadulako Pilih Tinggal di Palu Bantu Korban Dibanding Pulang Kampung
Gadis kelahiran 10 Mei 1998 tersebut sebenarnya bisa pulang lebih cepat atau dua hari setelah bencana, dengan menggunakan pesawat Herkules.
Penulis: Ansar | Editor: Nurul Adha Islamiah
Guncangan gempa ini terasa hingga lima menit. Sejumlah warga berhamburan dan panik.
Saat itu, Lidya bersama warga berlari ke atas bukit menyelamatkan diri. Air laut sudah menyapu tepi pantai barat hingga utara kota Palu.
Hingga hari ketiga pasca bencana, Lidya pun baru bisa memberi kabar ke keluarganya di Bulukumba. Dia meyakinkan keluarga jika dirinya baik-baik saja bersama para tim relawan.
Meski didesak untuk pulang, namun Lidya masih komitmen untuk tetap tinggal membantu para relawan.
"Saat ini Palu membutuhkan bantuan siapa pun yang ingin melihat kondisi kota ini cepat kembali normal. Bukan soal besar kecilnya bantuan. Tapi soal mau tidaknya kita terlibat untuk membantu," katanya. (*)