Gempa dan Tsunami di Palu Donggala
Putusnya Jembatan Ponulele dan Kisah Herman Batal Nonton Palu Nomoni
Jembatan yang Ponulele 4 ini ialah salah satu ikon Kota Palu yang terputus dan ambruk karena gempa 7.7 SR, dihantam tsunami
Penulis: Darul Amri Lobubun | Editor: Suryana Anas
Laporan Wartawan Tribun Timur, Darul Amri Lobubun
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Beginilah kondisi jembatan kuning atau Ponulele 4, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Selasa (2/10/2018).
Jembatan yang Ponulele 4 ini ialah salah satu ikon Kota Palu yang terputus dan ambruk karena gempa 7.7 SR, dihantam tsunami, pada 27 September 2018 lalu.
Jembatan ini menghubungkan antara Kecamatan Palu Timur, Palu, dari arah anjungan Pantai Talise menuju ke arah Kecamatan Palu Barat seperti Balaroa.
Menurut salah satu warga, Herman (32) jembatan tersebut bisa terputus setelah guncangan atau gempa pertama yang melanda Palu pada 27 September lalu.
"Ini jembatan bisa rubuh dari gempa pertama, setelah itu gempa kedua itu bengkok, ada meledak itu atau mungkin bunyi beton patah," ungkap Herman.
Saat itu, Herman dan beberapa sanak saudaranya hendak bersiap-siap pergi menonton even tahunan Palu Nomoni di anjungan Pantai Talise di Palu Timur.
Sekwdar diketahui, Palu Nomoni atau Palu Berbunyi adalah even atau kegiatan tahunan yang digelar oleh Pemerintah Kota Palu. Kali ini even yang ke tiga
Tapi karena gempa dan diikuti tsunami, Herman yang tinggal tidak jauh sekitar satu kilo meter dari arah jembatan itu, berlari ke dataran tinggi selamatkan diri.
"Waktu itu gempanya seperti goyang-goyang kiri kanan, setelah itu naik dan turun. Itu jembatan ini sudah patah dan tsunami sudah naik" jelas Herman. (*)