Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Gempa dan Tsunami di Palu Donggala

Kisah Bayi Lahir 3 Hari Pascagempa Sulteng, Sang Ibu Sempat Terkena Tsunami

Saat hari kejadian ibu bayi tersebut berada di Pantai Talise makan pisang goreng dan tiba-tiba terjadi gempa yang diikuti tsunami.

Penulis: Nurhadi | Editor: Suryana Anas
handover
Seorang yang berhasil diselamatkan dari korban tsunami oleh orang yang tak ia kenal melahirkan bayinya tiga hari pascagempa, pada Minggu (30/9/2018) di RS Undata Kota Palu. Bayi yang belum diberi nama dan berjenis kelamin laki-laki itu, saat ini dirawat oleh tantenya Herlina di posko utama pengusian di Makorem 132 Tadulako. 

TRIBUN-TIMUR.COM, PALU - Bencana alam gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Donggala - Kota Palu, Sulteng, dengan kekuatan 7,7 magnitudo, menyisahkan sebuah cerita.

Seorang yang berhasil diselamatkan dari korban tsunami oleh orang yang tak ia kenal melahirkan bayinya tiga hari pascagempa, pada Minggu (30/9/2018) di RS Undata Kota Palu.

Bayi yang belum diberi nama dan berjenis kelamin laki-laki itu, saat ini dirawat oleh tantenya Herlina di posko utama pengusian di Makorem 132 Tadulako.

Dikeluarkan dari rumah sakit satu hari pascalahir karena tidak memungkinkan untuk dirawat di rumah sakit dengan kondisi banyak korban gempa dan mayat korban.

"Dia diantara datang sama bapaknya pake motor sama orang. Terpaksana dikeluarin karena ibunya dirawat di UGD sementara UGD banyak korban gempa jadi tidak memungkinkan dirawat disana dikhawatirkan kena virus karena masih rentan,"kata Herlina saat ditemui di posko pengunsian.

"Bapaknya bayi ini adik saya paling bungsu. Kemudian ibunya keponakan saya juga, sekarang bapaknya lagi jagain i,"tambahnya.

Herlina menceritakan, saat hari kejadian ibu bayi tersebut berada di Pantai Talise makan pisang goreng dan tiba-tiba terjadi gempa yang diikuti tsunami.

"Dia (ibu bayi) masih sempat lahir tapi kakinya tersangkul sehingga patah kakinya. Sudah didapat gelombang tsunami. Tapi ada ustad yang selamatkan sehingga dibawa sampai Jl. Raden Seleh kemudian dibawa ke rumah sakit, dirumah sakitnya disesar,"ujarnya.

Kata Herlina, beberapa menit sebelum gempa dan tsunami ibu bayi itu baru saja pulang dari dokter kontrol kandungan bersama adiknya kemudian singgah di Pantai Talise makan pisang goreng saat itulah terjadi bencana.

"Sekarang ibunya masih di UGD dirawat. Dia sesar tapi tidak prematur karena sudah waktunya. Hanya saja ibunya lemas sehingga disesar. Kemudian adiknya itu korban dan belum ada kabar sampai sekarang,"kata dia.

Herlina menuturkan,belum tahu akan memberikan beri nama terhadap keponakanya itu. Sebab kata dia, nama itu adalah doa sehingga harus akan dipikirkan dengan baik.

"Saat ini saya hanya berusahan bagaimana bisa meninggalkan Palu untuk sementara membawa bayi ini, karena kalau di Palu sulit mendapatkan air bersih dan susu. Sementara juga tidak memungkinkan untuk terbang ke Makassar menggunakan Pesawat Herkules karena masih sangat kecil,"tuturnya.

Diungkapan, alamat rumah orang tua bayi itu berada di Palu Utara Perumahan Kayu Malue yang juga terkena dampak tsunami

"Dan orang di perumahan disana yang masih selamat, itu pada mengunsi di daerah Guntarano daerah tinghi. Karena Kayu Maloe itu pesisir jadi semua mengunsi,"katanya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved