CITIZEN REPORTER
Menangis Lihat Mayat Ibu Mendekap Anaknya
Kami melihat kondisi lapangan, sangat butuh tambahan relawan lagi dan kiriman makanan dan minuman.
Penulis: CitizenReporter | Editor: Jumadi Mappanganro
Nasruddin Abdul Karim
Relawan Lazis Wahdah Islamiyah
Melaporkan dari Kota Palu
Kaget dan mencengangkan... itulah suasana pemandangan pertama kami melihat langsung parahnya dampak gempa dan tsunami Kota Palu
Pada Ahad (30/9/2018), kami bersama 22 relawan dari tim Wahdah Peduli ke daerah yang paling parah terkena dampak di Palu yakni di Perumnas Balaroa.
Perumahan ini seperti dibalik. Jalanan mencuat setinggi atap rumah.
Di tempat ini, tim mengevakuasi tujuh mayat.
Daerah ini yang sangat parah. Banyak jenazah yang terjebak di dalam reruntuhan kompleks.
Baca: 1 Korban Gempa dan Tsunami Palu Meninggal di RS Wahidin Sudirohusodo
Baca: Tak Hanya Makanan, Korban Gempa dan Tsunami di Palu Juga Butuh Terpal
Perumahan ini dihuni sekitar 3.000 jiwa dan masih banyak yang tertimbun.
Kami menangis melihat seorang ibu ditemukan mayatnya disela sela reruntuhan bangunan di perumnas dalam keadaan mendekap anak mantunya.
Waktu sang suami datang, sang ibu sudah wafat.

Sang istri yang baru dua bulan dinikahinya masih sempat minta tolong kepada sang suami.
Tapi karena reruntuhan akhirnya tidak bisa diselamatkan.
Bahkan saat kejadian, seorang akhwat terlempar ke udara. Kemudian tertimbun.
Hingga hari ini belum didapatkan mayatnya.
Proses evakuasi lumayan menantang.
Bekerja di sela sela robohan bangunan ditambah bau jenazah yang terpendam sudah sangat menyengat.

Evakuasi warga dilakukan mesti melewati atap-atap rumah yang berbahaya.
Malam hari, daerah ini seperti kota mati karena lampu sampai sekarang belum menyala.
Gempa kecil masih sering terjadi siang dan malam.
Kami melihat kondisi lapangan, sangat butuh tambahan relawan lagi.
Terutama banyaknya mayat yang belum dievakuasi.
Yang lebih penting juga adalah kiriman bantuan makanan dan minuman. Sebab di lokasi bencana masih sangat minim (*)