Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Juventus Taklukkan Valencia 2-0: Airmata di Sarang Kelelawar

Maka dapatlah dimengerti mengapa Cristiano Ronaldo menitikkan airmata di matchday pertama Liga Champions musim 2018/2019.

Editor: Ardy Muchlis
HANDOVER
Ronaldo mendapat kartu merah pada laga Valencia vs Juventus 

TRIBUN-TIMUR.COM-- Tears come from the heart and not from the brain (Air mata datang dari hati dan bukan dari otak), kata pelukis Renaisans Italia, Leonardo da Vinci.

Maka dapatlah dimengerti mengapa Cristiano Ronaldo menitikkan airmata di matchday pertama Liga Champions musim 2018/2019.

Airmata itu datang dari hati yang pedih-peri, karena belum setengah jam bermain untuk Juventus pertama kali di kancah Liga Champions, tahu-tahu ia harus meninggalkan Estadio Mestalla, sarang kelelawar Valencia.

Wasit asal Jerman, Felix Brych, mengganjar Ronaldo dengan kartu merah akibat insiden “tabrakan” dengan pemain belakang Valencia, Jeison Murillo, di menit ke-29.

Keluarnya kartu merah setelah Ronaldo dan Murillo terlibat kontak fisik di dalam kotak penalti Valencia.

 Ronaldo pantas bersedih, karena ia tak merasa melakukan pelanggaran. Ada yang menganggap bahwa kartu merah yang diterimanya lantaran Ronaldo memegang kepala Murillo saat dia terjatuh.

Dan konon wasit Brynch tak melihat langsung kejadiannya. Kepedihan CR7 beralasan karena kehadiran kartu merah itu mencoreng reputasinya yang telah menjalani lebih dari 150 penampilan di Liga Champions tanpa cela.

Betapa ironisnya. Padahal Ronaldo sukses mencetak dua gol perdananya bersama La Vecchia Signora di kompetisi Serie A Italia.

Juventus memang membawa pulang kemenangan 2-0 dari perjalanan tandang ke Valencia, namun tanpa Ronaldo di laga berikutnya.

“If you need to cry you should cry (jika Anda perlu menangis, maka menangislah,” ujar Maira Kalman, ilustrator, penulis, seniman, dan perancang Amerika. Maka Ronaldo dengan langkah gontai meninggalkan rerumputan Estadio Mestalla dengan linangan airmata sampai ke ruang ganti.

 Bukan baru sekarang Ronaldo menangis. Sepuluh tahun yang lalu, tepatnya 21 Mei 2008 dinihari, Ronaldo membela Manchester United menghadapi Chelsea di final Liga Champions.

Saat itu, hujan turun berderai-derai di Stadion Luzhniki – Moskow. Tatkala The Red Devils menang adu penalti 6-5 atas The Blues Chelsea, sebagai pertanda kemenangan dan kedigdayaan Iblis Merah, maka pecahlah bendungan airmata Ronaldo.

Karena guyuran hujan, linangan airmata Ronaldo tak terlalu kentara. Hampir tak ada bedanya antara hujau dan airmata saat itu.

Mungkin yang bisa membedakan hanyalah Demis Roussos, penyanyi Yunani kelahiran Mesir yang mengungkapnya dalam lagu hitnya di tahun tujuh-puluhan, Rain and Tears (Hujan dan Airmata): hujan dan airmata sama saja,

namun jika di bawah terik matahari kamu mesti berperan dalam permainan; jika kamu menangis dalam musim dingin berpura-puralah bahwa itu bukan airmata melainkan hujan; lalu berikan jawaban cinta. Dan Roussos pun melanjutkan, “hujan dan airmata dalam terik sang surya, namun di hatimu, ada lambaian pelangi terasa di sana.”

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved