Misteri Supersemar, Mantan Ajudan Soekarno Blak-blakan: Bung Karno Dikibuli Soeharto
Misteri Supersemar, Mantan Ajudan Soekarno Blak-blakan: Bung Karno Dikibuli Soeharto
TRIBUN-TIMUR.COM - Misteri Supersemar, Mantan Ajudan Soekarno Blak-blakan: Bung Karno Dikibuli Soeharto
Presiden Soekarno merasa dibohongi Soeharto. Itulah hal yang disampaikan Sidarto Danusubroto, ajudan terakhir Bung Karno, pasca-terbitnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) tahun 1966.
"Bung Karno merasa dikibuli," kata Sidarto saat dijumpai Kompas.com di kediamannya di Jakarta Selatan, Minggu (6/3/2016).
Setelah 50 tahun berlalu, Supersemar masih menyimpan banyak misteri.
Setidaknya masih ada kontroversi dari sisi teks dalam Supersemar, proses mendapatkan surat itu, dan mengenai interpretasi perintah tersebut.
Beda dengan Atlet Lain, Karateka Peraih Medali Emas Rifki Ardiansyah Dapat Bonus Rp 2,5 Miliar
Live Streaming Indosiar Vidio.com Semifinal Bulutangkis Asian Games, Tonton di HP Kamu Tanpa Buffer
Menurut Sidarto, Soekarno menunjukkan sikap berbeda dengan serangkaian langkah yang diambil Soeharto setelah menerima Supersemar.
Sidarto tidak menyebut detail perubahan sikap Soekarno, tetapi ia menekankan bahwa Supersemar tidak seharusnya membuat Soeharto membatasi ruang gerak Sang Proklamator dan keluarganya.
"Dalam Supersemar, mana ada soal penahanan? Penahanan fisik, (dibatasi bertemu) keluarganya, penahanan rumah. Supersemar itu seharusnya melindungi keluarganya, melindungi ajarannya (Bung Karno)," kata Sidarto.
Viral! Kalah Tanding di Asian Games, Atlet Malaysia Sengaja Tendang Punggung Lawannya, Netizen Geram
Beroperasi Lagi, Bus Shalawat Mudahkan Jamaah Haji Indonesia ke Masjidil Haram
Pada 11 Maret 1966 pagi, Presiden Soekarno menggelar rapat kabinet di Istana Merdeka, Jakarta.
Pada saat bersamaan, ia dikejutkan dengan kehadiran demonstran yang mengepung Istana.
Demonstrasi itu dimotori kelompok mahasiswa yang mengusung Tritura (tiga tuntutan rakyat; bubarkan PKI, rombak kabinet, dan turunkan harga-harga).
Pada waktu yang sama, Brigjen Kemal Idris mengerahkan sejumlah pasukan dari Kostrad untuk mengepung Istana.
Alasan utamanya adalah untuk menangkap Soebandrio yang berlindung di Kompleks Istana.
Pasukan yang dikerahkan Kemal itu tidak mengenakan identitas.
Komandan Tjakrabirawa Brigjen Sabur melaporkan kepada Soekarno bahwa Istana dikepung "pasukan tidak dikenal".