TRIBUN NONGKI
Jadi Wakil Ketua Senat Mahasiswa Unhas di Era Soeharto, Begini Kenangan Nimatullah
Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel ini tak mendapatkan Ospek kala masuk kampus sehingga pemikirannya terbuka dan merdeka.
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Mahyuddin
Laporan Wartawan Tribun Timur, Hasim Arfah
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Mantan Wakil Ketua Senat Universitas Hasanuddin, Ni'matullah Erbe ikut membahas kejayaan Dewan Mahasiswa (Dema) dan Senat Mahasiswa Universitas Hasanuddin (SMUH) di Gedung Tribun Timur, Jl Cendrawasih No 430, Makassar, Sulsel, Rabu (25/7/2018).
Ni'matullah mengulas Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek).
Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel ini tak mendapatkan Ospek kala masuk kampus sehingga pemikirannya terbuka dan merdeka.
"Justru orang-orang ini jadi motor bangkitnya lembaga kemahasiswaan. Yang marak dulu itu adalah banyak kelompok diskusi karena efek NKK/BKK," katanya saat menjadi pemateri Tribun Nongki.
NKK/BKK kepanjangan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan adalah langkah pemerintah Soeharto untuk membuat kampus jadi kawasan "steril" dari aktivitas politik sehingga mahasiswa tak berpolitik praktis.
Baca: Nostalgia di Tribun Nongki, Begini Cerita Yagkin Padjalangi saat Jadi Ketua Senat Unhas
Mantan Ketua Senat Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini mengatakan, langkah awal mahasiswa adalah membentuk organisasi tingkat jurusan.
Sehingga, terbentuklah lembaga kemahasiswaan tingkat universitas pada awal 90-an.
Ia pun menjelaskan, harmonisasi terjadi antara lembaga tingkat universitas dan fakultas tercipta karena tidak saling mencampuri.
"Kala itu, untuk pertama kali kami membuat penerimaan mahasiswa baru level universitas, dan semua mahasiswa memakai jaket merah, kala itu biasanya yang pakai hanya pengurus LK," katanya.
Ulla pun berpesan kepada mahasiswa untuk berdamai dengan keadaan saat ini dengan zaman yang sudah terkoneksi melalui media sosial.

Baca: Begini Kata Deng Ical Tentang Kekosongan Dema dan SMUH di Unhas
"Anak sekarang sudah terkooptasi dengan media sosial, tapi mahasiswa harus belajar menjadi pemimpin. Pemimpin itu tercipta dari pengalaman artinya, Anda mengalami dalam memimpin sebuah organisasi," kata Ulla.
Wakil Ketua DPRD Sulsel ini sempat pusing mencari aktivis untuk masuk partai.
"Kami dari aktivis partai politik butuh orang, maka akan diisi dari aktivis mahasiswa. Lembaga mahasiswa harus ada tokoh, saat ini tidak ada tokoh," katanya.(*)