Siap 'Bersih-bersih' Pengkhianat di Internal Golkar, NH: Saya Butuh yang Loyal, Siapa yang Dimaksud?
Untuk membersihkan pengkhianat di internal partai, Nurdin Halid membentuk tim khusus.
Penulis: Abdul Azis | Editor: Sakinah Sudin
TRIBUN TIMUR.COM - Ketua DPD Golkar Sulsel Nurdin Halid dikabarkan 'bersih-bersih' partai dari pengkhianat.
Untuk membersihkan pengkhianat di internal partai, Nurdin Halid membentuk tim khusus.
Tujuannya, mencari tahu penyebab pasangan Nurdin Halid-Aziz Qhahar Mudzakkar (NH-Aziz) kalah di Pilgub Sulsel.
Padahal, daerah tersebut selalu memenangkan Golkar di pemilihan Gubernur Sulsel selama beberapa periode pemilihan.
Hal ini diungkapkan NH saat ditemui di kediamannya, Jalan Mappala, Makassar, Minggu (1/7/2018).
Baca: Aisyahrani Blak-blakan Ungkap Jumlah Pendapatan Syahrini, Hotman Paris: Kalah Gua Pengacara
Baca: Dilantik Jadi Rektor UMI, Prof Basri Modding Banjir Ucapan Selamat
Tim investigasi itu diketuai oleh Ambas Syam dan sekretaris Abdillah Natsir.
Tim itu beranggotakan beberapa kader senior partai Beringin.
"Pak Roem (Moh Roem) dan seluruh pengurus, saya minta maaf. Tadi pagi, saya telah membentuk tim investigasi, yang diketuai Ambas Syam. anggota Lakama Wiyaka, Haerul Tallu Rahim, Afiati Amin Syam, serta penasehat Andi Syamsu Alam Mallarangeng," kata Nurdin Halid.
"Mereka akan melakukan investigasi khusus kepada daerah-daerah yang selama ini merupakan basis Golkar, dan tidak pernah kalah pada Pilgub. Terkhusus pada Bupati/Wali Kota yang kalah telak, saya tidak akan pandang di bupati/wali kota, ini adalah disiplin partai," sambungnya.
Baca: Kisah Pilu Tewasnya Bocah Adam Rayqal oleh Babysitter, Jasadnya Ditemukan di Dalam Kulkas
Baca: Pengaduannya Tak Dipedulikan, Emak-emak Ngamuk dan Gebrak Meja di Kantor Anies Baswedan
NH menegaskan, Golkar Sulsel saat ini dan kedepan harus dihuni oleh kader loyal meski konsekuensinya Golkar Sulsel harus hancur akibat bersih-bersih kader yang tidak loyal. Baginya, itu bukan masalah ketimbang dihuni oleh kader yang tidak loyal.
"Lebih baik, saya bersihkan partai ini. Dari pada saya memelihara yang tidak mengungungkan partai," sebut dia.
"Saya tidak butuh bupati dan wali Kota yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Saya butuh bupati walikota yang loyal kepada partai, bukan pada Nurdin Halid. (Investigasi) Ini akan dilakukan secara objektif," papar dia.
Dalam kesempatan itu, ketua koperasi Indonesia ini menyebut bahwa di dalam tim pemenangan NH-Aziz, bahkan lingkup Golkar ada berbagai macam karakter.
Ia menyebut, ada yang loyal, bahkan ia menyebut ada penghianat.
"Ada yang loyal, ada yang setengah loyal, dan pasti ada penghianat," tambah NH.
Hanya saja, NH belum menyebut siapa-siapa yang dimaksud.
Baca: 20 CJH Toraja Utara Berangkat ke Madinah 18 Juni 2018
Baca: Pemkab Selayar Pernah Minta Syahbandar Agar KM Lestari Maju Tak Diberi Izin, Mengapa Masih Berlayar?
Berdasarkan informasi yang dihimpun tribun-timur.com dari internal Golkar Sulsel, sejumlah ketua DPD II Golkar kabupaten/kota yang merangkap kepala daerah di Sulsel terancam kehilangan posisinya di Golkar.
Mereka adalah Wali Kota Parepare Taufan Pawe, Bupati Enrekang Muslimin Bando, Bupati Jeneponto Iksan Iskandar, Bupati Pangkep Syamsuddin Hamid, Bupati Soppeng Kaswadi Razak, dan Bupati Wajo Burhanuddin Unru.
Berdasarkan data real count KPU yang dimuat dalam Sistem Informasi Penghitungan (Situng) menunjukkan tanda kemenangan Prof Andalan, 1.763.969 suara (43,66 %).
NH-Aziz mengantongi 1.101.067 suara (27,26 %), disusul Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka) 779.675 suara (19,30 %), dan Agus Arifin Nu'mang-Achmad Tanribali Lamo (Agus-TBL) 394.635 suara (9.77 %).
Sekadar diketahui, daerah yang kepala daerahnya kader Golkar, tetapi perolehan suara usungan Golkar versi quick count dan real count KPU Pusat kalah, di antaranya Kabupaten Jeneponto, Soppeng, Wajo, Enrekang, dan Kota Parepare.
Sementara di Kabupaten Selayar NH-Aziz menang besar dan di Bone menang tipis. Begitu juga di Luwu Timur. Luwu Utara Golkar justru menang besar padahal kepala daerahnya bukan kader Golkar.
Baca: BKDD Harap Kemenpan-RB Akomodir Minimal 10% Usulan Penerimaan CPNS di Enrekang
Baca: Prof Andalan Raih Suara Terbanyak di Kecamatan Belawa Wajo, IYL-Cakka Paling Sedikit
Patarai Amir Enggan Menanggapi
Sementara itu, Ketua DPD II Golkar Maros, Patarai Amir enggan mengomentari polemik kekalahan Nurdin Halid- Aziz Qahar Mudzakkar (NH-Azis) pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel 2018.
Patarai hanya tertawa saat mengetahui rencana NH yang akan bersih-bersih partai dari 'pengkhianat'.
"Janganmi saya tanggapi. Tidak enak sama ketua yang lain," kata Patarai Amir melalui pesan WhatsApp sembari menyelingi tulisannya dengan emoji tertawa, Kamis (4/7/2018).
Golkar Maros tidak khawatir soal rencana NH tersebut.
Pasalnya, suara Golkar di Maros termasuk tinggi dan berada di urutan kedua setelah Prof Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaeman.
Pemilih terbanyak diperoleh pasangan nomor 3, Prof Nurdin Abdullah- Andi Sudirman Sulaenan (NA-ASS) dengan jumlah 88.955 suara.
Kemudian disusul nomor 1, Nurdin Halid-Abd Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz) dengan perolehan 35.682 suara, lalu nomor 4 Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka) dengan jumlah 23.606 suara.
Perolehan pemilih paling sedikit dialami oleh pasangan nomor 2, Agus Arifin Nu'mang-Tanribali Lamo (Agus-TBL) dengan jumlah 17.090 suara.
Padahal Patarai baru menjabat sebagai ketua Golkar Maros dan menggantikan posisi Husain Rasul pada 2017 lalu.
Patarai terpilih secara aklamasi saat Golkar menggelar Musyawarah Daerah (Musda) ke IX di gedung serbaguna Pemkab, Minggu (12/2/2017).
Patarai resmi memimpin partai Golkar Maros untuk periode 2016-2020, setelah dua lawannya, Husain Rasul dan Rusdi Rasyid tumbang. (*)