Idulfitri 1439 H
Ketua Muhammadiyah Sulsel Jadi Khatib Salat Idulfitri di Masjid Al Markaz Al Islami
Menjadi khatib ied seperti di utarakan Ambo Asse, dituntut menyelesaikan naskah khatibnya jauh hari sebelum hari - H.
Penulis: Saldy Irawan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan wartawan Tribun Timur, Saldy
TRIBUN-TIMUR.COM,MAKASSAR - Panitia Amalia Ramadan Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf memberi amanah kepada Prof Ambo Asse sebagai khatib shalat Idul Fitri 1439 Hijriah.
Adapun tema khutbah yang akan dibawakan oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Alauddin Makassar tersebut bertajuk Melalui Zakat, Infaq Sedekah: Membangun Kepedulian Sosial, Menuju Masyarakat Bermartabat.
Prof Ambo Asse dalam wawancara khusus dengan tribun-timur.com, ini adalah kali pertama ia memiliki agenda khutbah di masjid binaan Wakil Presiden RI HM Jusuf Kalla itu.
"Alhamdulilah, ini pastinya suatu kebanggaan tersendiri bagi saya, amanah memberikan khutbah di hari raya Islam adalah suatu yang sangat sakral dan sangat dinantikan bagi setiap muslimin dan muslimah," ujar Prof Ambo.
Ia membeberkan permintaan dirinya menjadi khatib Al Markas, melalui kesepakatan para pimpinan organisasi yang ia pimpin, yaitu Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Muhammadiyah Sulawesi Selatan. Di DPD Muhammadiyah sendiri, Prof Ambo tercatat sebagai ketua DPD Muhammadiyah.
"April lalu, teman-teman di wilayah menunjuk saya membawakan khatib di Al Markaz," katanya.
Ia mengakui menjadi khatib bukanlah kali pertama bagi dirinya, sejak ia masih duduk sebagai mahasiswa Syariah IAIN Alauddin tahun 1979, ia sudah dipercaya membawakan khutbah Ied.
"Khutbah Ied ini setiap tahun, tapi untuk Al Markaz ini yang pertama kali bagi saya. Tahun lalu saya di Lapangan Muhammadiyah di Pare-pare," katanya.
Pertama kali Ambo Asse menjadi khatib, setelah diminta oleh salah satu kepala desa di Kabupaten Sidrap.
Dari pertama hingga sekarang, Prof Ambo merasa tak pernah gugup atau cangggung. Meski itu berhadapan dengan ribuan jamaah.
Berani tampil dihadapan banyak orang, setelah ia beberapa kali mengikuti pengkaderan organisasi 'eksternal' kampus. IMM maupun HMI.
"Ya sudah biasa dengan kegiatan kemasiswaan, jadi tidak gugup. Jadi setiap mahasiswa yang terlibat dalam organisasi tidak perlu lagi diragukan," katanya.
Hanya saja, ada perbedaan membawakan khutbah Ied dengan ceramah Jumat, Tarwih, atau lainnya.
Menjadi khatib ied seperti di utarakan Ambo Asse, dituntut menyelesaikan naskah khatibnya jauh hari sebelum hari - H.
"Khutbah Ied kita yang baca teks, kalau yang lain itu harus melalui lembab IMMIM," ujar mantan Dekan Fakultas Syariah UIN Alauddin, Makasssar.
"Jadi setiap tahun saya bikin khutbah. Sebagai ummat muslim kita juga dituntut menyebar ajaran Islam," Ambo menambahkan sembari sebut ini adalah ibadah.
Ramadan 1439 ini, ia akui banyak perbedaan dengan sebelumnya. Ini lebih semarak dari sebelumnya.
Meski dinamika politik sedang berlangsung di Sulawesi Selatan, namun kebersamaan dalam keberagama budaya rupanya menjadi pererat kehidupan umat beragama.
"Kami melihat tingkat kesadaran masyarakat semakin bertambah. Masjid terlihat semarak dengan hadirnya para jamaah muslim," ujar Ambo.
Namun meski demikian, tak ada artinya ketika seseorang muslim hanya tahu shalat, tidak mengamalkan ataupun paham dengan ajaran Islam.
Zakat Adalah Obatnya
Mengenai khubtah, Prof Ambo mengaku sengaja mengangkat tema tersebut agar ada kesadaran para jamaah untuk mengamalkan hartanya.
"Harta kita bukan untuk kita sendiri, mereka (orang lain) juga punya hak ke kita. Ya intinya harta kita harus di sucikan, caranya dengan berzakat," katanya.
Menurutnya seseorang jamaah, jika capai nisab (standar minimum pendapatan) wajib berzakat harta.
Untuk hitungannya, senilai 85 gram emas. Jika di rupiahkan sebesar Rp 42,5 juta, dari total pendapatan tahunan itu bisa di zakatkan 2 setengah persen.
Lanjut Prof Ambo, pembuatan naskah khutbah Ied ini melibatkan para keluarganya yang ada dirumah, termasuk istrinya. Para keluarga Ambo Asse, bertindak mengoreksi salah ketik naskah.
"Semoga ramadan tahun ini lebih baik dari sebelumnya, ibadah kita pun demikian, sebutnya.
Ia berharap ramadan ini, umat muslim dapat memanfaatkan ramadan untuk meningkatkan kualitas ibadah. Puasa shalat, dan tarwih saat malam akan meningkatkan kualitas ketakwaaan.
"Orang yang bertaqwa tentu dapat mengendalikan diri dari hal bisa menimbulkan emosi. Pastinya mereka yang bertaqwa akan menikmati kedamaian dan kerukunan," katanya.