Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dimas Kanjeng Taat Pribadi Kembali Muncul dengan Setumpuk Uang, Terungkap inilah Sosok Gurunya

Dimas Kanjeng diduga telah melakukan penipuan dengan ilmu 'Penggandaan Uang' yang dimilikinya.

Editor: Ilham Arsyam
Kanjeng Dimas Taat Pribadi 

TRIBUN-TIMUR.COM - Masih ingat dengan Dimas Kanjeng Taat Pribadi?

Dua tahun lalu pria ini pernah bikin geger Indonesia.

Sosoknya yang dinilai memiliki ilmu pengganda uang telah menyihir banyak orang.

Padepokannya di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur yang dibanjiri pengikut disegel pemerintah.

Dimas Kanjeng diduga telah melakukan penipuan dengan ilmu 'Penggandaan Uang' yang dimilikinya.

Tak hanya orang biasa, banyak juga orang berpengaruh yang jadi korbannya.

Pada 1 Agustus 2017, pengadilan negeri Kraksaan, Kabupaten Probolinggo menjatuhkan hukuman 18 tahun penjara kepada Taat Pribadi.

Vonis tersebut lebih ringan dari pada tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) yaitu hukuman seumur hidup.

Namun belum setahun menjalani hukuman, Taat Pribadi kembali muncul dengan video yang bikin warganet heboh.

Video yang diunggah akun facebook Kanjeng Hamid 7 Juni 2018 ini telah ditonton 174 ribu dan dibagikan 1.000-an kali 

"Ayoo siapa yang boleh lawan sama kanjeng taat pribadi gudangnya uang probolinggo hadir,' tulis akun itu.

Dalam video tersebut Taat Proibadi tampak mengenakan pakaian serba hitam.

Dalam video tersebut terdapat juga seorang kakek tua berpeci yang disebutnya sebagai maha gurunya.

"Ini adalah guru saya yang setiap hari menemani saya suka dan duka. Saya tak menyebutnya wali tapi dia dekat dengan Allah," katanya sambil menepuk-nepuk pundak kakak tersebut.

Namun yang paling mencuri perhatian adalah tumpukan uang yang dipamerkan.

Taat Pribadi menyebut jika yang ditunjukkan itu adalah mata uang Singapura asli.

"Ini uang bukan dari setan bukan dari tuyul, bukan dari jin, tapi dari ilmunya Allah,' katanya. Dalam pernyataannya Taat Pribadi mengungkapkan bahwa Padepokannya akan kembali bangkit.

"Suatu saat Indonesia akan butuh saya," ungkapnya.

Taat Pribadi juga tak terima dirinya dicap sebagai penipu.

Ia mengaku hanya menjadi korban kriminalisasi.

Tentang Ajaran Kanjeng Dimas

Apa sebenarnya yang diajarkan di dalam Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Probolinggo.

Versi para pengikut yang masih bertahan di padepokan menyebut ada lima ajaran yang tidak boleh dilakukan atau bahkan sampai dilanggar oleh pengikut padepokan.

Kelima hal itu adalah tidak diperkenankan zina, murtad, mabuk, judi, selingkuh dengan wanita lainnya.

Kelima itu harus ditaati dan dipatuhi bagi pengikut yang hendak bergabung dengan padepokan.

"Kalau itu dilanggar, yang mulia bisa mengeluarkan pengikutnya secara sepihak. Semua kesepakatan atau perjanjian sebelumnya dihapus sepihak," kata penasehat padepokan, Taufik.

Taufik menjelaskan, sebelum menjadi pengikut padepokan, yang bersangkutan mengisi blanko dan membayar biaya pendaftaran.

Biaya pendaftaran ini bervariasi, ada empat kelas yakni kelas pengikut biasa, kabupaten, provinsi dan sultan agung.

"Kalau saya ambil yang biasa, biayanya hanya Rp 1,3 juta. Kalau lainnya saya kurang paham," ungkapnya.

Setelah itu, kata dia, bagi yang sudah mendaftar diperkenankan untuk tinggal di tenda yang sudah disiapkan.

Biasanya masing - masing tenda ini sudah dikelompokkan.

Artinya, pengikut asal Makassar berkumpul dengan Makassar, Pasuruan juga Pasuruan.

"Tujuannya untuk mempermudah yayasan menghafal masing - masing para pengikut, jadi lebih enak dikelompokkan," katanya.

Menurutnya, aktivitas sehari-hari hanya diisi dengan ibadah.

Mulai pagi, sampai malam, pengikut diajak untuk salat lima waktu berjamaah. Selepas magrib, biasanya melakukan istighosah bersama.

"Saya rasa tidak ada yang menyimpang dari ajaran agama yang ada. Semuanya sesuai dengan aturan yang ada," katanya.

Pengikut lainnya, Anang, mengatakan bahwa semua pengikut di padepokan ini sangat rukun.

Menurutnya, ribuan pengikut di padepokan ini memiliki latar belakang, suku, budaya, dan agama yang berbeda. Hampir semua agama ada di padepokan, mulai Hindu, Budha, Islam, Kristen, dan Katholik.

"Tidak ada perpecahan satu sama lain. Kamo rukun di sini kok," ungkapnya.

Kata Anam, di padepokan diajarkan arti keikhlasan sesungguhnya.

Menurutnya, apapun yang sudah dikeluarkan harus ikhlas, tidak boleh mengeluh meski dalam kondisi apapun.

"Yang mulia itu justru melatih kami menjadi manusia yang sabar dan ikhlas. Kami diminta untuk tirakat sebanyak mungkin, saya rasa ini bukan sesat kok," pungkasnya.

Pengakuan korban

Sejak awal sudah penuh rekayasa. Begitulah Dimas Kanjeng Taat Pribadi, pengasuh dan guru besar padepokan yang dipakai menggandakan uang.

Pria yang memiliki hobi memburu barang gaib ini merangkak naik bisa terkenal berkat orang-orang dekatnya, salah satunya Ismail Hidayat.

 

Hubungan Ismail dan Dimas Kanjeng berlangsung sudah sejak  lama, tepatnya pada 2010 silam. Setelah perkenalan itu, keduanya sepakat mendirikan padepokan.

istri-ismail-korbam-pembunuhan-dimas-kanjeng_20160929_153930.jpg
Bibi Rasemjam menunjukkan foto kenangan suaminya Ismail dengan Dimas Kanjeng Taat Pribadi saat ditemui Surya di rumahnya, Panarukanm Jawa Timur, Kamis (29/09/2016). SURYA/IZI HARTONO

Bibi Rasemjan (41) bercerita suaminya Ismail, berperan mendirikan padepokan bersama Dimas Kanjeng. Padepokan mulai banyak dikenal orang, sehingga orang-orang dekat memberi gelar Dimas Kanjeng di depan nama Taat Pribadi.

"Sejak ada padepokan itulah penarikan uang dilarikan ke bisnis perdukunan. Jadi orang memberi mahar, diberi minyak dan keris," ujar Bibi Rasemjam kepada Surya di rumahnya di Desa Wringinanom, Kecamatan Panarukan, Kamis (29/9/2016).

Selanjutnya Ismail mencari pengikut yang mau uangnya digandakan. Ada juga orang dekat Dimas Kanjeng yang berperan seperti Ismail, yakni Abdul Gani.

dimas-kanjeng-taat-pribadi-di-polda-jatim_20160928_195609.jpg
MENJALANI PEMERIKSAAN - Dimas Kanjeng Taat Pribadi berjalan menuju ruang pemeriksaan di Subdit I Keamanan Negara Ditreskrimum Polda Jawa Timur, Surabaya, Rabu (28/9/2016). SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ

"Sejak itulah, Ismail dan Gani bertugas mencari pengikut untuk menanamkan modal," dia menambahkan.

Bibi menjelaskan, sejak September 2010 lalu suaminya sering mengadakan pertemuan dengan pengikutnya di lantai dua ruko miliknya.

"Setiap pertemuan, biasanya selalu dihadiri Dimas Kanjeng Taat Pribadi," aku Bibi.

Bibi baru menyadari Ismail menjadi pengikut Dimas Kanjeng beberapa tahun setelah pertemanan mereka berdua. Kini Ismail sudah tewas dibantai pengikut Dimas Kanjeng.

Sebelum ditemukan tewas mengenaskan, Bibi kehilangan suaminya. Saat itu Ismail akan menunaikan salat Magrib di masjid yang tak jauh dari rumahnya.

laila-istri-kedua-dimas-kanjeng-taat-pribadi_20160929_154455.jpg
Laila, istri kedua Dimas Kanjeng Taat Pribadi. SURYA/GALIH LINTARTIKA

Tak ketahuan di mana suaminya, Bibi melapor ke Polres Situbondo. Setelah 1.5 tahun dia baru mendengar penemuan mayat Mr X di Probolinggo sesuai ciri-ciri suaminya.

Berbekal informasi tersebut Bibi pergi ke Probolinggo untuk memastikan mayat Mr X tersebut. Terbukti Mr X tidak lain adalah Ismail, suaminya.

Ia menduga Ismail menjadi korban pembunuhan suruhan Dimas Kanjeng. Suaminya itu akan membuka kedok penggandaan uang yang selama ini dilakukan Dimas Kanjeng dan pengikutnya.

"Keluarga berharap kepada padepokan kanjeng, dihukum neraka jahanam saja tidak akan cukup," kata Enning menyampaikan harapannya.

Nasib Ismail juga menimpa Abdul Gani. Peran Abdul Gani di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi sebagai pengepul uang warga yang ingin menggandakan uang.

Erwin Hariyati bercerita detik-detik suaminya sebelum ditemukan meninggal, pernah bercerita ingin ke Mabes Polri untuk melaporkan akal busuk Dimas Kanjeng selama ini.

"Suami saya sudah terancam, kalau keluar dari situ bakal terbunuh. Karena temannya yang dulu satu tahun sebelum suami saya meninggal sudah dibunuh speerti itu," cerita Hariyati di rumahnya, Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, seperti dilansir Kompas TV, Kamis (29/9/2016).

Hariyati tak menyangka suaminya bakal tewas mengenaskan seperti yang dialami temannya, yang karena ingin keluar padepokan harus dibunuh pengikut Dimas Kanjeng.

"Karena yang tahu semua kuncinya, kerahasiaan di padepokan itu ya suami saya," Hariyati menambahkan.

Abdul Gani juga bercerita kepada istrinya soal Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi penuh rekayasa, termasuk baliho besar bergambar Dimas Kanjeng dengan pejabat dan Presiden Joko Widodo.

"Mulai dari foto-foto bersama orang-orang berpangkat dan kepresidenan katanya sih editan semua. Pokoknya di situ disetting semua, termasuk masalah uang. Biar santri-santrinya yakin. Itu kesaksian almarhum kepada saya," terang dia.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved