Keteladanan Kiai Djamal (1): Bangun Unismuh Tanpa Uang Negara
Beli tanah delapan hektare, tahun 1985, seharga Rp 180 juta. Guru, dosen diajari berkorban
Nyetir sendiri ke sana. Meski almarhum sudah tua tapi senang pergi salat di masjid yang jauh, keliling," ungkap Ilham.
Paling mengesankan lagi, menurut Ketua BM PAN Sulsel ini, "Itu waktu keluar rumah sakit (sebelum terakhir masuk rumah sakit dan tutup usia) nenek ke Al Markaz lagi itu salat subuh, sendiri."
Bangun Unismuh
Suka duka Kiai Djamal dalam membangun Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar (pada 1980an) juga diungkapkan Hadi.
Kiai Djamal adalah Rektor Unismuh tiga periode. Almarhum yang juga ketua Dewan Penasihat PW Muhammadiyah itu tercatat sebagai Rektor Unismuh terlama.
"Itu betul-betul mandiri caranya tanpa uang pemerintah. Beli tanah delapan hektare, tahun 1985, Rp 180 juta. Guru, dosen diajari berkorban, berbuat ikhlas, gaji mereka dipangkas untuk beli tanah, Alhamdulillah jadi. Makanya itu dia pesan, bahwa tidak ada itu pengorbanan tanpa hasil," jelas Hadi.
Kiai Djamal, lanjut Hadi, selalu ada gagasan untuk pendidikan agama. Tak hanya membangun Kampus Unismuh melainkan juga segment pendidikan menengah di Unismuh.
"Abba ingin pendidikan terus dikembangkan. Beliau juga bangun Tsanawiah Unismuh, SMP Unismuh, SMA Unismuh. Itu termasuk langka, karena belum ada perguruan tinggi yang ada SMP-nya atau SMA
Ada ma'had, ada lagi beliau bikin sekolah tarjih di belakang rumah. Pokoknya tidak mau berenti untuk pendidikan dan da'wah, itulah saya bilang, Abba mengajar sampai akhir hayat. Hanya saja, saya ji yang tidak sekolah agama, saudara yang lain sekolah agama," jelas Hadi.
Nikmati Tarjih
Saudara kandung Hadi, Ashabul Kahfi, mengungkapkan, ayandanya mengembangkan sekolah Tarjih Muhammadiyah Unismuh demi menjaga generasi penerus ulama.
"Abba ingin agar ulama pewaris nabi terjaga. Ulama yang betul-betul ulama. Dengan semangat, ikhlas dan gigih membina pendidikan tarjih ini, boleh dikata sampai tutup usia," ungkap Wakil Ketua DPRD Sulsel ini.
Pendidikan tarjih Unismuh berada di belakang rumah almarhum, di Tala Salapang, tidak jauh dari kampus Unismuh Makassar.
"Tidak ada itu gajinya Abba di situ, beliau ikhlas dan kalau ada uangnya, dia sendiri belikan peserta didik makanan, senang dan beliau nikmati betul," ujar Kahfi.
Setiap angkatan, sekolah tarjih Muhammadiyah diikuti 43 mahasiswa yang terjaring dalam program ini. Mereka dibina selama empat tahun. Fasilitas pendidikan dan akomadasi, gratis.
Sistem pendidikan pun digagas Kiai Djamal ala pondok pesantren. Kiai Djamal jadi guru bersama majelis ulama Muhammadiyah lainnya.
Semua materi pelajaran tarjih ini serba Bahasa Arab dan kitab gundul. Bahasa Inggris juga dipakai sebagai bahasa pengantar, menggabungkan sistem klasik dan modern.(*)