Terungkap Apa Sebenarnya Diderita Ruben Onsu Hingga Bahaya Mengerikannya, Yuk Doakan Dia
Bebeapa waktu lalu, presenter dan artis komedi Ruben Onsu dirawat di Rumah Sakit Umum Bunda, Menteng, Jakarta Pusat, selama 4 hari.
TRIBUN-TIMUR.COM - Awal Januari 2018 lalu, presenter dan artis komedi Ruben Onsu dirawat di Rumah Sakit Umum Bunda, Menteng, Jakarta Pusat, selama 4 hari.
Suami penyanyi Sarwendah itu jatuh sakit seusai berlibur ke Jepang.
Menurut dokter yang menanganinya, Ruben mengalami keletihan.
Bagaimana tidak, saat tiba di Indonesia, Ruben langsung lanjut melakukan shooting untuk program bincang-bincang di stasiun televisi.
Padahal, sebelumnya selama 10 hari di Jepang ia sudah merasa tak enak badan karena faktor cuaca dan makanan.
Ditambah penyakit asma yang saat itu baru ia ketahui.
"Ambruk pada hari kedua selesai live yang siang. Saat itu napas sudah sedikit. Saya jalan sama Ayu (Ting Ting), saya tinggalin Ayu, saya cari napas, sampai di mobil kok napas saya pendek. Telepon Wendah dan saya langsung lari ke rumah sakit," kata Ruben saat ditemui di RSU Bunda, Sabtu (13/1/2017).
Kondisinya berangsur membaik, tetapi Ruben tak mau meremehkan penyakitnya.
Ayah satu anak itu pun menjalani tes kesehatan secarah menyeluruh, termasuk mengecek ada tidaknya sel kanker dalam tubuhnya.
"Mendingan cek semuanya. Namanya check up, kan, cek semua badan," kata sang istri, Sarwendah, di JW Marriott Hotel, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (4/3/2018).
Dari hasil cek kesehatan tersebut, tidak ada penyakit membahayakan yang diidap Ruben, hanya kekurangan protein. Meski begitu, Sarwendah tetap menjadwalkan sang suami melakukan cek kesehatan setiap bulan.
"Aku sekarang rutinin dia sebulan sekali harus check up karena aktivitas dia yang sangat padat. Aku enggak mau dia sampai sakit, kekurangan makanan, so far dia aman, kok," kata Sarwendah.
Kurangi Pekerjaan
Setelah jatuh sakit hingga harus diopname, Ruben mulai mengurangi kesibukan. Ia membatasi jam kerjanya yang semula bisa sampai dini hari menjadi hanya sampai pukul 21.00 WIB.
Artinya, Ruben mau tak mau merelakan beberapa program televisi yang ia pandu.
"Enggak ngambil acara malam lagi. Sehari saya bisa 5-6 program, sekarang hanya 4-5 program aja," ucap Ruben.
Tak hanya itu, ia juga berencana melowongkan waktu untuk berolahraga.
Kala itu Ruben menjadwalkan diri berolah tubuh setiap pagi sebelum berangkat kerja.
"Jam delapan atau sembilan pagi harus olahraga. Saya akui memang selama empat tahun ini enggak pernah olahraga bahkan berenang enggak ada. Jadi harus pintar-pintar saya mengatur pola," kata Ruben.
Berat Badan Turun
Namun, ada yang berbeda dari penampilan Ruben sejak jatuh sakit.
Wajahnya terlihat tirus, tubuhnya pun tampak lebih kurus dari sebelumnya.
Hal itu mengundang komentar warganet.
Menurut Sarwendah, saat dirawat di rumah sakit, bobot tubuh Ruben menurun menjadi 55 kilogram.
Penyebabnya karena Ruben kekurangan asupan protein dalam tubuhnya.
Untuk itu, sang suami wajib mengonsumsi sembilan butir putih telur setiap harinya dan rutin meminum susu putih demi menambah protein.
Lama-kelamaan berat badan suaminya itu sudah berangsur naik.
Bahkan, dalam wawancara di Studio Trans TV, Mampang, Jakarta Selatan, Senin (26/3/2018), Ruben mengaku bobotnya sudah 62 kilogram saat ini.
"Gue sekarang udah 62 kilogram, udah mulai kembali engap-engap lagi," ujarnya.
Wajah Berjerawat
Selain tubuhnya yang menjadi kurus, ada perubahan lain pada Ruben setelah jatuh sakit.
Wajahnya dipenuhi jerawat hingga lagi-lagi membuat warganet bertanya-tanya.
Tak mau opini orang-orang melenceng, Ruben pun menjelaskan penyebab wajahnya bisa berjerawat.
Ia mengatakan bahwa setelah jatuh sakit karena kekurangan protein, dokter menyarankan padanya untuk rutin meminum susu berprotein tinggi.
Sebagai penyeimbang, Ruben juga harus rajin olahraga.
Walaupun sudah berencana berolahraga setiap pagi sebelum berangkat bekerja, Ruben belum bisa memenuhi targetnya itu.
"Kayak orang-orang yang mau bikin otot minum susu itu. Nah, tapi saya kapan olahraganya? Tidur aja berantem, dalam arti gue acara aja baru selesai jam 2 atau 3 pagi. Terus tidur jam 4 atau 6 pagi. Thalia bangun tidur jam 7, manggil-manggil ayah... ayah..., terus saya melek lagi," kata Ruben.
"Makanya gimana mau olahraga gitu, itu aja udah berantem sama waktu. Jadi ya gini, berjerawat," sambungnya.
Dampak Kekurangan Protein
Kekurangan protein juga ikut memengaruhi laju pertumbuhan rambut.
Tidak hanya itu, kekurangan protein juga bisa memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Yuk, cari tahu dampak kekurangan protein lain yang perlu waspadai di sini.
Pada dasarnya, protein memiliki peranan yang cukup besar bagi tubuh.
Jaringan tubuh, otot, organ dan sistem kekebalan tubuh memiliki protein sebagai bahan dasar di dalamnya.
Protein juga berperan dalam pembuatan sel darah merah bernama hemoglobin, yang tugasnya mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh.
Bagi yang gemar berolahraga atau seorang binaragawan, tentu sudah familiar dengan peran protein dalam proses penggantian jaringan tubuh yang rusak dan pembentukan massa otot, dan mungkin pernah atau sedang menjalankan diet khusus yang terdiri dari makanan berprotein tinggi.
Protein juga merupakan bahan penting dalam pembuatan enzim, hormon, dan zat lain di dalam tubuh.
Melihat besarnya kegunaan dan banyaknya jumlah protein yang dibutuhkan tubuh, protein dimasukkan sebagai salah satu dari makronutrien.
Kekurangan protein bisa sangat berpengaruh bagi kondisi kesehatan tubuh.
Beberapa dampak yang mungkin alami akibat kekurangan protein, antara lain:
1. Rambut rontok
Walau sebagian besar rambut rontok disebabkan oleh proses penuaan dan faktor genetik, namun kekurangan protein juga bisa menyebabkan rambut rontok.
Kekurangan protein sendiri bisa diakibatkan oleh diet tanpa protein maupun rendah protein, atau orang yang memiliki kebiasaan makan tidak normal, sehingga menderita kekurangan asupan protein.
Selama proses kekurangan protein, laju pertumbuhan rambut melambat dan semakin banyak folikel rambut yang memasuki fase istirahat.
Rambut yang tersisa akan menjadi lebih pendek dan berkurang jumlahnya, atau menipis.
2. Gangguan fungsi otak dan kesehatan mental
Tubuh yang kekurangan protein akan memiliki jumlah asam amino yang rendah pula.
Suatu zat di otak yang bernama neurotransmitter memerlukan 8 jenis asam amino penting yang berasal dari nutrisi makanan.
Asupan ini bisa diperoleh melalui makanan bersumber protein tinggi, seperti daging, susu, dan telur.
Asam amino juga diperlukan untuk pembentukan dopamine dan serotonin yang berkaitan dengan suasana hati seseorang.
Kekurangan dopamine dan serotonin bisa membuat suasana hati menurun dan memicu perilaku kasar.
Mengingat perannya yang juga besar dalam pembentukan otot, khususnya otot jantung, maka kekurangan protein bisa memengaruhi kesehatan organ jantung.
Namun, terlalu banyak protein juga tidak baik bagi tubuh karena bisa memicu kondisi yang bernama ketosis.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah cairan yang dikeluarkan tubuh, osteoporosis, penyakit jantung, diabetes, hingga kanker.
Pastikan mengetahui jumlah asupan protein yang dibutuhkan tubuh agar seimbang.
Diskusikan dengan dokter atau ahli gizi mengenai angka kecukupan gizi yang sesuai dengan kondisi.
Jika mengalami gejala kekurangan protein, segera berkonsultasi pada dokter mengenai kondisi tubuh.(*)