Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

IMA Chapter Makassar Dorong Produk UMKM ke Jepang

Pertama itu buat branding dan pekingan yang menarik perhatian, lalu promosikan produk secara masif baik di medsos dan website

Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Ardy Muchlis
Handover
Puluhan pengusaha, pelaku industri, UMKM, profesional business, dan academisi Makassar menghadiri seminar Business Opportunities in Japan & Introduction to ASEAN Blockchain & Digital Economy di Hotel Swisbell Losari Jl Ujung Pandang Makassar, Sabtu (27/1/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Muhammad Fadhly Ali

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Indonesian Marketing Assosiation (IMA) Chapter Makassar menghadirkan Supporting of Business Development for Fintech, Food Service, Halal Indutry and Tourism in Japan, Takafumi Hashimoto sebagai pembicara pada seminar bisnis di Swiss Belhotel Jl Ujung Pandang Makassar, Sabtu (27/1/2018).

Dalam penjelasannya, Takafumi memberi pemahaman kepada puluhan pengusaha, pelaku industri, UMKM, profesional business, dan akademisi bagaimana membuat produk yang bisa tembus ke Jepang.

"Pertama itu buat branding dan pekingan yang menarik perhatian, lalu promosikan produk secara masif baik di medsos dan website. Selain bahasa Indonesia juga ada bahasa Jepangnya," katanya.

Jangan sampai ketinggalan kualitas produk. "Contohnya produk perikanan dan kelautan harus fresh, ikan, udang, dan produk lainnya harus beku," katanya.

Ia pun menyarankan, di Jepang produk instan laku di pasaran. "Makanan halal dan icon di Makassar bisa dibuat instan sehingga mudah dikonsumsi. Seperti coto Makassar, bisakah dibuat instan? Dengan pakingan yang menarik," ujarnya.

General Secretary IMA Chapter Makassar, Syarifuddin Arif menuturkan, seminar ini cocok bagi kalangan masyarakat industri dan wirausaha kecil, menengah maupun corporat untuk mengembangkan bisnis di Jepang,” jelasnya.

Menurutnya kemitraan strategis melalui kerjasama industri antara Indonesia dan Jepang dewasa ini telah terjalin dengan baik.

Hanya saja lingkup tersebut sebagian besar masih terbatas pada skala-skala industri besar dan menengah khususnya dalam linkup corporate multinasional.

Kemitraan dan kerjasama pada skala industri mikro, kecil dan menengah masih sangat terbatas. Padahal peluang pasar di Jepang dipercaya masih terbuka lebar bagi para pengusaha dan industri Indonesia.

Namun, kurangnya pemahaman para pengusaha terhadap karakter konsumen di Jepang yang dikenal sangat pilih-pilih, membuat banyak produk Indonesia masih kesulitan menembus pasar negeri sakura ini.

"Perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih dewasa ini merupakan bagian integral dari semua lapangan bisnis. Tak ada satu pun dunia bisnis yang tidak terpengaruh terhadap pengaruh teknologi informasi yang cepat ini," katanya.

Mau tidak mau para pelaku bisnis harus bisa mengikuti laju dari perkembangan teknologi informasi yang serba cepat ini jika tidak ingin dunia bisnisnya tertinggal jauh dengan para pelaku bisnis lain.

Output yang peserta bisa dapatkan dalam even seminar ini antara lain, bagaimana membangun kemitraan strategis dengan pengusaha dan industri di Jepang.

"Juga bagus untuk memahami struktur dan potensi market masyarakat Jepang, potensi pangsa pasar halal industri di Jepang dan bagaimana mengembangkan bisnis (retail, franchise, trading eksport/impor komoditi) Jepang-Indonesia," katanya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved