Ngeri, Beredar Foto Jika Beginilah Kondisi Polisi Terduga Penembak Pengawal Prabowo di RS
Meski Fernando harus meregang nyawa akibat tindakan Ridho, Syafruddin mengatakan jika bela diri dilakukan lantaran dia dikeroyok.
TRIBUN-TIMUR.COM - Wakapolri, Komjen Syafruddin mengatakan penembakan yang dilakukan Briptu Achmad Ridho terhadap kader Gerindra, Fernando Wowor, dilatarbelakangi bela diri dari pihak Ridho.
Meski Fernando harus meregang nyawa akibat tindakan Ridho, Syafruddin mengatakan jika bela diri dilakukan lantaran dia dikeroyok.
"Dia dikeroyok kan. Ya membela diri," ujar Syafruddin di Auditorium Mutiara PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (24/1/2018).
Namun, menurutnya kasus ini tak bisa disimpulkan begitu saja dengan cepat.
Ia lebih memilih menunggu hasil penyelidikan yang masih berlangsung.
"Tapi dilihat penyelidikannya, nggak bisa disimpulkan dulu, statusnya masih investigasi," ungkapnya.
Di sisi lain, Komandan Korps Brimob Polri, Irjen Rudy Sufahriadi tak berkomentar banyak terkait kasus yang melibatkan anak buahnya itu.
Rudy menyatakan masih menunggu proses penyelidikan, sehingga tak bisa berkomentar.
"Saya belum boleh komentar apa-apa, tanya humas. Saya masih nunggu penyelidikan," ujar Rudy.
Disinggung mengenai penggunaan senjata api di kalangan Brimob, mantan Kapolda Sulawesi Tengah ini juga menjawab dengan tak pasti.
"Tergantung tugas dan fungsinya anggota ya. Jadi saya belum bisa ngomong," katanya.
Sebelumnya, penembakan terjadi saat Briptu AR terlibat dalam keributan dengan seorang kader Partai Gerindra Fernando Wowor dan sejumlah rekannya pada Sabtu (20/1/2018), sekira pukul 02.00 WIB. Fernando tewas dalam kejadian tersebut.
Ridho sempat dikeroyok pada saat kejadian.
Kini, Ridho tengah menjalani perawatan intensif dari tim medis Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta.
Hingga saat ini, sebanyak 10 saksi telah dimintai keterangan sebagaimana dikatakan Wakil Direktur Reskrimum Polda Jabar, AKBP Trunoyudho Wisnu Andiko.
Beredar Foto
Kendati demikian, polisi belum bisa memeriksa Ridho lantaran masih dirawat.
Luka-luka sangat terlihat di bagian wajah dan tangan kiri pria berusia 26 tahun itu.
"Itu minus saksi luka berat, kondisinya belum bisa kita mintai keterangan dan kita akan meminta keterangan diokter yang terakhir," Trunoyudho Wisnu, Selasa (23/1/2018).
Kabid Kum Polda Jabar, Kombes Pol Iksantyo Bagus Pramono mengatakan, Ridho yang mengalami luka berat hingga kini kondisinya masih belum sadarkan diri.
"Iya kita doakan agar Briptu R lekas sembuh, karena saat ini keadaanya dibilang belum sadar, karena masih di ICU," katanya.
Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Perawatan RS Polri Jakarta, Kombes Pol dr Yayok Witarto menjelaskan jika Ridho belum dapat berkomunikasi secara baik.
Hal itu, dikarenakan bibir dan hidungnya mengalami luka cukup parah.
"Masih sulit berkomunikasi. Masih terbata jika diajak bicara," ungkapnya di RS Polri Jakarta.
Pada media sosial, beredar foto dikalim Ridho yang sedang terbaring di ranjang pasien.
Terlihat wajahnya bengkak penuh luka.
Dia pun seperti sulit dikenali.
Tampak tangannya dipasangi infus dan jarinya diperban.

Namun begitu, kondisi tersebut masih jauh lebih baik dibandingkan dengan saat dia tiba di RS Polri pada Sabtu (20/1/2018) dini hari.
Pasalnya, sejak masuk rumah sakit, serangkaian pemeriksaan sudah dilakukan termasuk rontgen, CT Scan dan pemeriksaan laboratorium.
Pihak rumah sakit, juga telah menyiapkan tim dokter untuk menangani terduga pelaku penembakan tersebut.
Tim dokter terdiri dari dokter spesialis bedah syaraf, spesialis THT, spesialis mata dan spesialis bedah plastik.
"Untuk lebih lengkapnya, AR (Ridho) masih akan diobservasi dulu," kata Yayok.
Tak Dijenguk Pacar?
Dia menjelaskan, yang bersangkutan masih harus dirawat intensif di ruangan ICU dan akan mengusahakan agar penyembuhan berjalan secara cepat.
Tribun yang berada di depan ruang ICU tidak melihat ada pihak keluarga ataupun rekan sesama polisi yang datang untuk menjenguk Ridho.
Begitu juga sang calon istri yang dikabarkan ikut menjadi sasaran amukan teman Fernando.
Yayok mengatakan hingga Senin sore, belum terlihat ada satupun pihak keluarga yang datang untuk menjenguk.
Tetapi, Ridho sempat didampingi satu orang anggota polisi yang ada di ruangan ICU.
"Kalau keluarga, belum ya. Dari Polda juga belum ada kelihatannya. Tapi, tadi ada satu orang polisi yang menemani di ruangan," jelasnya.
Pertanyakan Senjata Api
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mempertanyakan pistol yang dibawa Ridho.
Menurutnya, senjata itu bukanlah senjata organik milik kesatuan Brimob Polri.
Terlebih, jelas dia, anggota Brimob Kelapa Dua itu membawa senjata pada malam hari saat tidak bertugas.
"Senjata api yang digunakan untuk menembak, sepertinya bukan senjata organik Korps Brimob. Ini harus diusut darimana dia dapat senjata itu?" ujar Neta.
Jelas, menurutnya, hal itu juga memperlihatkan sikap 'semau gue' anggota Brimob kepolisian.
Sekaligus menunjukkan betapa lemahnya pengawasan terhadap anggota Korps Brimob oleh atasan dan institusinya.
Neta mengatakan kasus penembakan ini tentu sangat mencoreng Korps Brimob dan bisa berpengaruh serius pada mantan Dankor Brimob yang akan mengikuti pilkada di Maluku.
Bagaimana pun ini akan membuat masyarakat takut jika bertemu dan berurusan dengan anggota Brimob.
"Untuk itu Polri harus mengusut tuntas kasus ini dan menindak tegas atasannya yang ceroboh mengawasi anak buahnya. Gerindra juga harus terus mengawasi kasus ini agar diusut tuntas dan agar tidak terulang lagi. Selain itu Korps Brimob perlu meminta maaf kepada publik atas kasus ini," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Polisi Mohammad Iqbal memastikan Ridho akan diproses secara hukum.
"Terkait peristiwa insiden penembakan di Bogor saya sampaikan, Polri akan proses hukum siapa pun yang bersalah," ujar Iqbal melalui keterangan tertulisnya.
Iqbal mengatakan, kasus penembakan terhadap kader Gerindra, murni masalah pribadi, bukan antar institusi.
"Ini permasalahan pribadi perorangan bukan institusi," ujar Iqbal.(*)