Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ceramah Maulid di Ponpes An Nahdlah, Gurutta Sanusi Baco Duduk di Kursi, Mengapa?

“Nikmat besar adalah anak mattuju laleng. Sebaliknya, bencana besar adalah anak salah lalelng, anak durhaka,” kata Gurutta Sanusi.

Editor: AS Kambie
dok.tribun
Ketua MUI Sulsel AGH Sanusi Baco didampingi Pimpinan Ponpes An Nahdlah KH Afifuddin Harisah dan Dr Firdaus Muhammad Makassar menyaksikan penampilan santri di sela peringatan Maulid di Kampus 3 Ponpes An Nahdlah, Jl Tinumbu Dalam, Makassar, Jumat (5/1/2018) sore ini 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) An Nahdlah Makassar menggelar perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di Kampus 3, Jl Tinumbu Dalam, Makassar, Jumat (5/1/2018) sore ini.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel Anre Gurutta Haji (AGH) Sanusi Baco hadir menyampaikan tausiah dan uraian hikmah Maulid.

AGH Sanusi Baco yang juga Ketua Dewan Syuriah NAhdlatul Ulama (NU) Sulsel menyampaikan podato dari tempat duduk di hadapan santri, pembina, dan masyarakat sekitar.

Ketua MUI Sulsel AGH Sanusi Baco duduk di kursi saat menyampaikan pidato Maulid di Kampus 3 Ponpes An Nahdlah, Jl Tinumbu Dalam, Makassar, Jumat (5/1/2018) sore.
Ketua MUI Sulsel AGH Sanusi Baco duduk di kursi saat menyampaikan pidato Maulid di Kampus 3 Ponpes An Nahdlah, Jl Tinumbu Dalam, Makassar, Jumat (5/1/2018) sore. (dok.tribun)

“Manusia dimuliakan karena kelahiran Rasulullah. Nikmat Allah bukan hanya rezki harta, tapi kesehatan. Kesehatan itu mahkota. Nikmat besar lainnya, dicintai sesama manusia,” ujar Gurutta Sanusi.

Alumnus Universitas Al Azhar Cairo-Mesir dan sahabat KH Abdurrahma Wachid (Gud Dur) sejak kuliah di Mesir itu mengingatkan para santri dan pembina agar memanfaatkan kesehatan sebaik-baiknya karena ia mahkota kehidupan.

“Kalau sudah tidak sehatmaki, berdiri pun susah. Kalau tidak sehatmaki, ceramah pun sudah harus duduk seperti ini,” ujar Gurutta Sanusi sambil tersenyum.

Usia Gurutta Sanusi sudah mendekati 81 tahun. Alumnus Ponpes DDI Mangkoso ini lahir di Maros, 4 April 1937.

“Dermawan bukan hanya dicintai manusia, tapi Allah juga mencintainya, apalagi orang miskin yang dermawan. Allah benci orang kaya yang kikir, tapi Allah lebih membenci orang miskin yang kikir,” kata Gurutta Sanusi.

Salah satu nikmat terbesar Allah SWT, menurut Gurutta Sanusi, adalah anak saleh. Dia menyebut anak saleh ini dengan istilah dalam Bahasa Bugis, “mattuju laleng”, selalu berjalan di jalur yang benar.

“Nikmat besar adalah anak mattuju laleng. Sebaliknya, bencana besar adalah anak salah lalelng, anak durhaka,” kata Gurutta Sanusi.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved