Terompet Tahun Baru Bisa Tularkan Penyakit Ternyata Hoax? Ini Kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Namun seperti tahun-tahun sebelumnya, jelang perayaan Tahun Baru, beredar isu tentang penyakit berbahaya yang ditularkan melalui terompet.
Penulis: Sakinah Sudin | Editor: Sakinah Sudin
TRIBUN-TIMUR.COM - Malam pergantian Tahun tak pernah lepas dari kembang api dan terompet. Dan jelang perayaan Tahun Baru tersebut, jumlah pedagang yang menjajakannya membludak.
Bisa dilihat di pasar-pasar, mal, bahkan pinggir jalan, menyediakan kembang api dan terompet. Namun seperti tahun-tahun sebelumnya, jelang perayaan Tahun Baru, beredar isu tentang penyakit berbahaya yang ditularkan melalui terompet.
Sebut saja kanker mulut, kanker lidah, kanker darah, hepatitis, HIV, TBC dan penyakit-penyakit menular lain yang ditularkan melalui terompet.
Benarkah demikian?
Berikut ini penjelasan Dr. Ari Fahrial Syam, Staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, yang juga Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI) JAYA, dilansir tribun-timur.com dari Kompasiana.com:
"Jika membaca informasi tersebut orang awampun sebenarnya sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa berita tersebut tidak benar. Karena kanker termasuk kanker mulut, lidah atau kanker darah tidak dapat menular dari satu orang ke orang lain.
Betul memang penyebab dari kanker mulut disebabkan oleh virus yang kita namakan virus Human Papilloma (HPV). Virus ini memang bisa menyebabkan kanker lidah, kanker amandel atau kanker tenggorongan.
Tetapi penularan virus tersebut melalui mulut terutama melalui aktifitas seksual misalnya oral seks, sedang penggunaan alat makan atau sedotan secara bersamaan tidak akan menularkan penyebaran virus tersebut.
Termasuk juga orang yang meniup terompet yang habis ditiup oleh orang yang terinfeksi virus ini tidak dapat tertular infeksi tersebut.
Begitu pula penularan virus HIV penularan juga tidak mudah harus melalui hubungan seksual, jarum suntik, atau komponen darah yang ditansfusi dari satu pasien ke pasien lain.
Bagaimana seputar info penularan kuman TBC melalui terompet? Kuman TBC ditularkan dari satu orang kepada orang lain bukan melalui kontak yang singkat.
Tidak seperti infeksi virus influenza bahwa seseorang dapat tertular dengan orang yang sedang mengalami flu dengan sekali kontak.
Untuk penularan TBC butuh kontak yang lama dan terus menerus. Selain itu kuman ini ditularkan melalui udara, bukan langsung dari air liur seperti misal setelah meniup terompet.
Biasanya orang tertular penyakit TBC jika tinggal serumah dengan orang yang sedang mengalami TBC paru aktif atau teman sekantor dimana kita selalu kontak dengan teman sekantor tersebut dalam ruangan tertutup.
Pembantu rumah tangga yang menderita TBC paru aktif dapat menularkan infeksi TBC kepada anak-anak yang diurusnya. Ujung terompet memang bisa jadi sumber penularan penyakit melalui droplet atau air liur yang tersisa pada ujung terompet tetapi tentu bukan penyakit TBC atau penyakit lain yang disebutkan dari informasi yang beredar tersebut.
Disisi lain ternyata ada klaim bahwa untuk mengetes apakah terompet ini suaranya nyaring atau tidak pembuat terompet tidak perlu meniup langsung terompet tersebut tapi dengan bantuan alat yang bisa menghasilkan hembusan sehingga dapat menghasilkan suara. Tetapi bisa saja bahwa coba2 suara terompet itu terjadi di pihak pembeli.
Kalau memang info yang tidak benar seputar terompet ini diyakini oleh masyarakat benar adanya, maka masyarakat akan berpikir dua kali untuk membeli terompet dan akhirnya kasihan para penjual dan pembuat terompet yang kebetulan juga sangat berharap mendapat keuntungan di penghujung tahun ini.
Bagaimana agar kita tidak tertular penyakit yang ditularkan melalui ujung terompet tersebut? Bersihkan dulu ujung terompet yang akan kita gunakan kalau perlu gunakan penyaring khusus ketika ujung terompet tersebut akan kita gunakan kalau kita ragu apakah telah beberapa mulut mencoba terompet tersebut.
Jakarta tampaknya cerah di malam tahun baru ini, mudah-mudahan informasi yang saya sampaikan ini tidak akan membuat anda ragu untuk membeli terompet kalau memang meniup terompet menambah kebahagian dalam menyambut tahun baru,".
Berita ini sudah terbit di Kompasiana.com dengan judul Lagi-lagi Hoax Seputar Terompet Menjelang Tahun Baru
Tentang Ari Fahrial Syam

Ari Fahrial Syam, lahir di Jakarta, 19 Juni 1966, adalah seorang staf Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo. Dr. Ari pernah menjabat sebagai Deputi Manajer Kemahasiswaan dan Alumni FKUI 2008-2012 dan Kordinator Administrasi dan Keuangan Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM.
Selain itu, ia pernah menjabat sebagai Manajer Ventura FKUI 2012-2014. Dr.dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB memperoleh gelar dokter umum dari FKUI pada tahun 1990. Pada tahun 2000, ia menyelesaikan pendidikan spesialisnya di bidang Ilmu Penyakit Dalam dan menjadi konsultan Gastroenterologi Hepatologi dari Kolegium PB-PAPDI pada tahun 2005. Pendidikan Doktor dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 2011 dalam bidang studi Biomedik.
Sehari-hari, selain sebagai staf pengajar Ilmu Penyakit Dalam di FKUI/RSCM, Dr.dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB,FINASIM, FACP juga tetap melakukan kegiatan klinik sebagai konsultan Gastroenterologi, baik di RSCM maupun di rumah sakit lain, yaitu RS Thamrin dan RS Islam Pusat Jakarta.
Beberapa penghargaan dan prestasi yang pernah diraih oleh dr. Ari Fahrial Syam antara lain Dokter Teladan I Kabupaten Batang Hari Jambi tahun 1993-1994, Dokter Puskesmas Berprestasi PB IDI 1994, Young Clinician Award pada World Congress of Gastroenterology Bangkok 2002, peneliti terbaik bidang Gastroenterologi pada Konferensi Kerja Nasional PGI-PEGI-PPHI Balikpapan 2006, Travel Award pada Seoul Internasional Digestive Disease Weeks 2007, dan pemenang penghargaan artikel pada jurnal Internasional DRPM UI tahun 2006 dan 2008. (http://staff.ui.ac.id)