Ini Makna Natal Bagi Pendeta Paulus Latu Veirissa
Ya lebih tentram lah dari tahun sebelumnya, tahun lalu kita masih dengar teror. Namun sekarang tidak lagi
Penulis: Saldy Irawan | Editor: Ardy Muchlis
Laporan wartawan Tribun-Timur, Saldy
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Paulus Latu Veirissa, pendeta Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel pada Natal 2017 ini.
Pria kelahiran Ambon 9 September 1960 ini sudah tiga tahun menjadi Pendeta di gereja tua yang berada di Jl Balaikota, Makasssar ini.
Suasana Natal tahun 2017 ini ia akui lebih tentram, aman dan damai.
Dengan begitu ia memberikan apresiasi kepada pemerintah khususnya TNI dan Polri yang mampu menghadirkan kehidupan yang harmonis diantara umat beragama.
"Ya lebih tentram lah dari tahun sebelumnya, tahun lalu kita masih dengar teror. Namun sekarang tidak lagi, dan itu berikan kedamaian saat pelaksanaan ibadah," ujar Pdt Paulus, Sabtu (23/12).
Paulus membeberkan kurang lebih tiga puluh tahun ia menjadi pendeta.
Sebelum di Makassar, Paulus menjadi pendeta di Palembang, Balikpapan, Bekasi Jakarta, Banjarmasin, dan akhirnya di Makassar.
Menjadi pendeta kata Paulus memberikan ketenangan bagi dirinya sendiri, dan para jemaat yang ikut hadir dalam setiap ibadah.
Namun ada juga duka yang dirasakan menjadi pendeta, dimana duka itu akan terasa disaat jemaat mengalami bergumulan (menghadapi masalah).
Kehidupan beragama di Makassar itu terlihat sangat tentram, dan sangat rukun.
Obyek yang menjadi kunjungan setiap hari masyarakat seperti pasar, pusat belanja, para umat beragama bisa bersatu.
Olehnya, Paulus berpesan melalui natal ini diharapkan bahwa sesungguhnya seseorang memperhatikan orang lain, bukan diri sendiri tapi kepentingan bersama.
"Yesus datang untuk mengasihi dunia dan memberikan kedamaian, " ujar Pdt Paulus. (sal)