Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Viral! Surat Terbuka Stanley Sumampouw untuk Denny Siregar, Isinya Menohok Banget!

Denny Siregar tampak lebih banyak diam dan tak bisa menyembunyikan kegugupannya berhadapan dengan sejumlah tokoh

Editor: Ilham Arsyam
Denny Siregar dan Stanley Sumampouw 

TRIBUN-TIMUR.COM - Penampilan salah satu penggiat media sosial Denny Siregar dalam program talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC) bertajuk '212: Perlukah Reuni?' di TV One, Selasa (5/12/2017) mendapat banyak sindiran.

Rupanya penampilan pria yang terkenal garang mengeritik di media sosial itu tak sehebat tulisan-tulisannya.

Alih-alih mengungkapkan argumen yang kuat Denny malah jadi bulan-bulanan narasumber lainnya.

Denny Siregar tampak lebih banyak diam dan tak bisa menyembunyikan kegugupannya berhadapan dengan sejumlah tokoh seperti Fadli Zon, Fahri Hamzah, Felix Siuaw maupun Mahfud MD.

Tak pelak sejumlah netizen di media sosial membully penulis yang kerap membela Ahok dan Jokowi ini.

Baca: 7 Fakta Permadi Arya alias Abu Janda, dari Agama hingga Alasannya Dukung Ahok

Baca: 7 Fakta Denny Siregar yang Terbully Usai Tampil di ILC, Garang di Sosmed, Melempem di TV

Salah satunya datang dari netizen bernama S Stanley Sumampouw.

Di akun facebook-nya Stanley Sumampouw mengungkapkan kekecewanya melihat penampilan Denny di TV.

Ia mengaku sedih mendapati penulis yang selalu berapi-api di sosmed justru melempem ketika tampil di TV.

Surat terbuka ini sudah 368 kali dibagikan.

Berikut isi surat itu:

SURAT BUAT DENNY SIREGAR.

Oleh: S Stanley Sumampouw.

Tadi malam saya melihat anda untuk pertama kalinya di ILC. Ternyata debat didunia nyata dengan menulis tulisan di dunia maya itu sangat berbeda. Tetapi saya maklum bahwa anda hanya terbiasa menulis tetapi tidak terbiasa ber-debat.

Kenapa demikian? Tulisan tulisan anda yang selalu ditunggu oleh para penggemar anda, yang selalu menebar puja puji mereka, memang sudah menutup kemungkinan bagi anda untuk berlatih berdebat. Kalaupun ada yang tidak setuju dengan tulisan anda lalu berkomentar, anda selalu tidak menjawab komentar tersebut dan hanya mendiamkannya saja..

Tadi malam ketika saya melihat anda di ILC, saya sedih. Anda yang biasanya garang dan lincah serta penuh kharisma dalam tulisan tulisan anda, ternyata hanya sampai sebegitu saja.

Berdiskusi dengan menulis adalah sesuatu yang sangat berbeda. Menulis adalah ekspresi satu arah saja dimana emosi dan pikiran pikiran anda, anda wujudkan dalam bentuk tulisan. Lalu orang yang membacanya boleh setuju atau tidak terserah saja. Tetapi berdiskusi atau berdebat anda head to head dengan orang orang yang berlawanan dengan anda dimana argumentasi harus diberikan saat itu juga. Anda juga harus mengeksekusi berbagai argumen langsung tanpa bisa ditunda seketika dalam hitungan detik. Diskusi juga sangat dinamis dimana perkembangan arah pembicaraan bisa menjadi tidak terduga diluar dari skenario yang sudah anda persiapkan sejak dari rumah.

Bung Denny Siregar, saya bukan alumni 212 apalagi simpatisannya.

Saya hanya masyarakat biasa saja yang sering gagal paham dengan tulisan tulisan anda yang sering berat sebelah dan tidak fair. Dan ternyata tadi malam memang terlihat ketidak fair-an anda ketika anda mempersoalkan dana penyelenggaraan hajatan alumni 212 tersebut dengan mengatakan bahwa dana sebanyak itu sebaiknya disumbangkan untuk para korban bencana alam yang saat ini terjadi di berbagai daerah dinegara kita.

Anda lupa, bahwa belum lama berselang ditengah-tengah awal bencana Gunung Agung di Bali, ada orang yang merupakan idola anda, yang selalu anda tulis segala kebaikannya dengan menyuruput kopi gembira anda, mengadakan pesta berhari-hari lengkap dengan kereta kencana segala bak kerajaan, tetapi tidak anda persoalkan dan sarankan bahwa sebaiknya biaya pesta agung tersebut diperuntukkan saja bagi para pengungsi Gunung Agung. Sama sekali tidak terpikirkan oleh anda untuk menulis hal tersebut bahkan menganjurkan hal tersebut dalam tulisan anda. Anda selalu larut dengan segala puja puji anda kepada idola anda tersebut sehingga menutup mata dari kenyataan lain dimana sebagai pendukung seyogyanya anda menjadi garda terdepan untuk mengingatkan dan melakukan kontrol terhadap kebijakan kebijakan idola anda yang tidak pro rakyat.

Akhirnya saya hanya ingin mengatakan dan menyarankan juga kepada anda, sebaiknya anda mengurangi minum kopi. Karena kebanyak kafein juga tidak sehat. Kebanyakan kafein dapat menyebabkan eforia tinggi dan serasa melayang diangkasa terus. Sehingga ketika anda harus berpijak dalam kenyataan seperti semalam di ILC, anda menjadi gagap dan gamang berhadapan dengan dunia nyata yang bukan maya.
(Ditulis sambil ngeteh pagi2...)

Ditulis di Cinere Depok,
06/12/2017,
Pk 07.25.

Kritik ILC, Denny Siregar Dipermalukan Karni Ilyas

Denny Siregar menjadi salah satu yang terbully usai acara tersebut.

Selain Denny penggiat media sosial lainnya Abu Janda juga bernasib sama.

Namun Denny yang dinilai tampil mengecewakan justru mengeritik ILC yang diasuh Karni Ilyas.

lewat twitternya Denny menyebut jika ILC tak segreget dulu.

"Saya seperti kehilangan ILC diawal-awal kemunculannya yang greget. ILC menjadi seperti ajang curhat dan keluh kesah panjang daripada sebuah model diskusi yang menarik. @karniilyas," tulis Denny.

Rupanya Karni Ilyas menjawab tudingan tersebut dengan bahasa khiasan.

"Kalau kamu tak pandai menari, jangan lantai kamu bilang terjungkat (jangan lantai kamu salahkan)," tulis Karni ilyas.

Curhat

Terkait penampilannya yang tak garang, Denny mengungkapkan curhatnya lewat media sosial.

Berikut isi postingan Denny

"SECANGKIR KOPI DI ILC..

Tidak mudah memang berada dalam ruang bernama ILC kemaren..

Saya terbiasa nervous di awal ketika menjadi pembicara dimana saja dan biasanya mulai panas sesudah 20 menit dan bisa berbicara selama 2 sampai 4 jam.

Kenapa lebih mudah menjadi pembicara daripada tampil di ILC ?

Karena menjadi pembicara adalah panggung sendiri, bukan panggung banyak orang. Ketika berada satu panggung dengan banyak orang, maka disini dibutuhkan kontrol emosi yang kuat untuk mempersilahkan orang lain bicara menyampaikan pikiran2.

ILC adalah panggung dengan pembicara sebanyak 10 orang. Bayangkan, bagaimana 10 ego dikumpulkan dalam satu ruangan..

Yang terjadi memang yang menang adalah yang belakangan komentar. Karena dia bebas mengomentari orang lain berdasarkan komentar orang tersebut, tanpa harus memikirkan balasan komentar.

Jadi saya bisa mengambil kesimpulan, Prof Mahfud lah bintangnya, karena dia mendapat giliran terakhir dengan menggepuki semua komentator berdasarkan komentar2 mereka dan tidak mendapat komentar balasan. Ia yang mengambil kesimpulan..

Saya sendiri sesudah bicara sekian menit kemudian banyak terdiam dan ngantuk yang hampir tidak bisa ditahan. 
Bosan dengan retorika yang dibalut bahasa rumit supaya tampak cerdas dan terpaksa harus mendengarkan mereka sekian jam..

Dalam ajang seperti ILC ini memang dibutuhkan kelihaian moderator untuk memainkan apinya. Dan saya tidak melihat itu dari Bang Karni yang cuma membuka dan menutup acara. Entah kenapa tidak seperti acara ILC di awal2..

Ketika menerima undangan dari ILC, saya lebih menerimanya karena penasaran seperti apa sih berada di panggung seperti itu ? Bukan karena ingin mencari panggung apalagi popularitas dengan mendebat banyak orang menunjukkan dominasi saya.

Mirip seperti di medsos, dimana saya lebih ingin menyampaikan pikiran daripada mendebat orang yang komentar. Komentar silahkan saja, toh semua orang punya hak bicara..

Kalau masalah di buly mah sudah biasa, toh selama ini juga di buly. Anggap saja sedang ada di kebun binatang dan kebetulan ada di samping kandang..

ILC buat saya lebih kepada ingin mencari pengalaman daripada ingin tampak hebat dengan semua argumen2 pembenaran.

Dan saya harus memahami bahwa ILC tetap saja acara tv yang lebih membutuhkan rating daripada mencari kejelasan.

Sekali-sekali memang harus ada disana untuk melihat seperti apa kondisi sebenarnya. Melihat kondisi riil dibalik kemegahan sebuah acara dengan pernik2nya..

Ah tidak seenak ngopi di warkop tentunya..,"

Postingan ini langsung direspon netizen. Banyak yang membagikan juga mengomentari.

Sejumlah netizen menghujat Denny:

Afriyance Nasri: sampai akhir juga ga berkutik....macan ompong

Ferry: Hidayatullah Pilliang Ngeles nya nomor wahid, terbukti selama ini hanya jago di medsos, begitu debat langsung face to face langsung keliatan otaknya cetek....

Hend Kusnindro: Udah denny kami bisa nilai ko kualitas anda malam td engga usah cari pembenaran memang intelektualitas anda blm bisa disejajarkan dgn mereka.

Namun tak sedikit yang setuju dan memberi dukungan kepada Denny.

Cacha Tifa: Setuju binggits... Menurut saya bintangnya pak mahmud Dan sujiwo tejo.. Betul bgt Allah itu Maha besar Dan Allah nggak perlu dibela..

uhammad: Taufik Jgn nulis soal ILC lg bang ,bnyak kampret gila disini.kembalilah menulis tentang pakde,ahok dll. ILC sdh tdk penting.

Komentar lainnya:

Pius Paji Blolok: Seorang Deny sirregar berbicara di ilc tentu bisa kita lihat dan menilai. Tentu saja ada perbedaan pandangan dan penilaian itu hal yang wajar dan biasa. Tapi yang paling penting dalam sebuah diskusi itu sudah pasti di kendali oleh seorang moderator. Dan kelihatan kurang cekap moderator mengendalikan narasumber. Terlihat jelas dari sekian banyak orang yang bicara tanpa ada batas waktu yang di gunakan. Jadi ada ketimpangan dalam membagi waktu. Mohon agar apapun materi yang di diskusi harus bisa di berikan waktu yang seimbang.

Alan Pella: Banyak sekali yang memperhatikan Denny !! Tetapi tidak melihat yang lebih extrem gerakan HTi yang di buka pak Mahfud ... dan ada reaksi lewat sms dari indonesia timur , pemerhati keadaan antara Minoritas dan Mayoritas yang selalu merasa tidak nyaman dengan jumlah yang Banyak ! (ilham arsyam)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved