'Emak-emak Jaman Now' Butuh Piknik, Alumni Smanli 93 Makassar Reuni di Bali
Acara reunian dipusatkan di Novotel Bali Nusa Dua, yang juga tempat mereka menginap selama acara berlangsung.
DENPASAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Alumni angkatan tahun 1993 pada SMA Negeri 5 (Smanli) Makassar, Sulawesi Selatan, menggelar reuni di Bali selama 4 hari, mulai Kamis (2/11/2017) hingga Minggu (5/11/2017).
Acara reunian dipusatkan di Novotel Bali Nusa Dua, yang juga tempat mereka menginap selama acara berlangsung.
Demikian siaran pers diterima Tribun-Timur.com, Sabtu (4/11/2017).
Peserta reunian yang sekitar 30 orang ini didominasi wanita alias emak-emak.
Acara tahun ini merupakan yang ketiga kalinya yang digelar di luar Makassar.
Tahun 2015, mereka mengadakan acara di Jakarta dan Bandung, Jawa Barat.
Tahun berikutnya, 2016, acara serupa digelar di Yogyakarta yang dirangkaikan dengan tur ke Solo hingga Semarang, Jawa Tengah.
Uniknya, karena mereka rata-rata tinggal di kota yang berbeda.
Selain Makassar dan sekitarnya, ada juga dari Jakarta, Bogor, Papua, Palu, dan lainnya.
Mereka kompak datang ketika acara digelar meski dibatasi dengan kesibukan keseharian masing-masing.
Yang meng-arrange acara ini justru tinggal di Timika, Chiona Bogar.
Chiona yang suaminya bekerja pada perusahan pertambangan PT Freeport menyusun rencana perjalanan, mencocokkan jadwal penerbangan masing-masing perserta serta tempat-tempat yang akan dikunjungi.
Rata-rata peserta yang tinggal di luar Makassar langsung ke Bali.
Sedangkan yang tinggal di Makassar dan sekitarnya ada yang berangkat bersamaan.
Reuni ini bagi mereka betul-betul ajang piknik untuk melepaskan penat di keseharian mereka.
"Piknik bersama teman SMA terasa sangat spesial. Tidak ada jarak meski dalam hal profesi kini kami berbeda-beda," kata Hasrawati, seorang peserta.
Di sela-sela acara,selalu dipenuhi dengan gelak tawa.





Mereka bercanda layaknya masih masa SMA. Panggilan dan sapaan juga masih sama seperti ketika masih sekolah dulu.
Ada yang tetap dipangil Krinyol, karena rambutnya dulu keriting meski sekarang sudah berhijab.
Ada juga yang tetap dipanggil Boy, karena dulu sangat tomboy, dan panggilan akrab lainnya.
Angkatan 93 ini, dihuni beragam profesi.
Ada yang dokter umum, notaris, pengusaha, dokter gigi, PNS, dan lainnya.
Soal biaya, mereka tidak terlalu repot.





Ada yang menyumbang bus, hotel, dan konsumsinya.
Untuk tahun ini, akomodasi berupa resort bintang empat difasilitasi oleh St Raodah yang berdomisi di Palu.
Oda, panggilan akrabnya, salah seorang member fasilitas mewah area pariwisata yang banyak digemari turis-turis Eropa dan Amerika yang datang mencari ketenangan di Bali.
Karakter turis dari Eropa-Amerika dan Australia memang sedikit berbeda.
Turis asal Australia cenderung menyukai tinggal di sekitar Kuta yang jika malam terbilang bersik karena banyaknya tempat hiburan malam, kafe, dan restoran yang nyaris buka hingga pagi.
Salah seorang peserta, Nidya Harun, mengaku sangat enjoy jika jalan bersama teman-teman SMA.
"Sejak direncanakan hingga pulang, bawaannya senang terus. Jadi kita sudah happy beberapa bulan sebelum berangkat hingga beberapa bulan setelah pulang. Emak-emak kan memang butuh piknik," kata Nidya yang sehari-harinya adalah seorang notaris di Makassar.




Acara ini direncanakan sejak beberapa bulan lalu.
Setiap harinya, mereka memperbincangkan di grup pesan instant WhatsApp.
Mereka membahas segala hal, mulai soal dresscode, destinasi yang kira-kira cocok buat mereka, hingga kira-kira ingin makan apa di Bali.
"Teman yang tinggal di luar Makassar ada yang minta dibawakan jalangkote, lumpia, bahkan gogos," kata Nidya.
Meski mereka belum pulang, rencana reuni tahun depan sudah mulai dibahas.
"Banyak yang usulkan ke Korea," kata Chiona.(*)