5 Fakta Tentang Choirul Huda, Kiper Persela Lamongan Meninggal di Lapangan. No 3 Bikin Nangis
Tepat sebelum laga PSM Makassar Vs Persib Bandung terjadi kecelakaan yang menghebohkan masyarakat.
TRIBUN-TIMUR.COM-Dunia sepakbola Indonesia kembali berduka.
Tepat sebelum laga PSM Makassar Vs Persib Bandung terjadi kecelakaan yang menghebohkan masyarakat.
Misi Persela Lamongan mengalahkan Semen Padanguntuk menjauhi zona degradasi pada Liga 1 musim 2017, Minggu (15/10/2017), tercapai.
Persela vs Semen Padang berakhir dengan kemenangan 2-0 untuk tuan rumah.
Bermain di Stadion Surajaya, dua gol Persela Lamongan dibuka oleh Saddil Ramdani pada menit kedua.
Baca: Muslimin Bando: Golkar Harus Jadi Pemenang di Enrekang
Lalu, memasuki menit ke-51, Jose Manuel Coelho membuat gol kedua bagi tuan rumah.
Tiga poin ini membuat Persela mengumpulkan nilai 36, walau mereka tetap bertahan di posisi ke-13.
Sementara itu, Semen Padang tetap di peringkat ke-15 dengan nilai 29 poin.
Sayang, kemenangan ini tidak disambut tawa oleh pemenang.
Kemenangan ini diwarnai dengan tak sadarkan dirinya kiper Persela, Choirul Huda.
Tim medis langsung bergerak cepat dengan masuk ke lapangan, menempatkan Huda di tandu lalu membawa keluar lapangan.
Huda kemudian diberikan alat bantu pernapasan dari tabung oksigen.
Lalu, pemain yang membela Persela Lamongan sejak 1999 ini diangkut dengan mobil ambulans untuk dibawa ke rumah sakit.
Kabar terakhir menyebutkan jika Choirul Huda meninggal dunia saat dirawat di UGD RSUD dr Soegiri, Lamongan.
Innalillahi wainnailahi rojiun. Selamat jalan Choirul!
Berikut detik-detik kejadian itu:
Manajer Persela Lamongan, Yunan Achmadi kepada Surya.co.id, Yunan mengatakan dirinya belum berani memastikan terkait kabar itu karena posisi Yunan tidak berada di Rumah Sakit Dr Soegiri Lamongan tempat Huda dirawat.
"Saya tidak berani memastikan karena saya baru mau kesana. Tapi pelungnya minim. Dan saat ini masih kritis," kata Yunan Achmadi.
Berikut dirangkum sejumlah fakta tentang Choirul Huda dan kematiannya:
1. Meninggal di usia 38 Tahun
Choirul Huda merupakan pria kelahiran Lamongan, Jawa Timur, Indonesia, 2 Juni 1979.
Artinya dia menutup usia di umur 38 tahun.
Dia dikenal sebagai pemain lama yang berpengalaman bermain di sejumlah laga Indonesia.
2. Tubuh
Postur tubuh merupakan faktor penting dalam untuk seorang olahragawan.
Almarhum Choirul Huda bisa dibilang memiliki tubuh yang proporsional.
Ia adalah pemain bertinggi 1,81 m dan berat 78 kg.
Ia adalah salah satu pemain senior di Persela yang memiliki banyak pengalaman di Liga Indonesia.
3. Sosok Setia
Almarhum Choirul Huda bisa dibilang pria yang setia.
Tergambar dari keputusannya tidak berpindah club.
Ia merupakan pemain sepak bola Indonesia yang sampai kini hanya membela klub Persela Lamongan di Liga 1 Indonesia.
Ia bermain di klub tersebut sejak tahun 1999 hingga sekarang.
4. Laha Terakhir Hanya 45 Menit
Choirul Huda harus mengakhiri laga lebih cepat pada saat laga Persela vs Semen Padang memasuki menit ke-45.
Kejadian yang tak diduga merenggut nyawanya terjadi di menit tersebut.
Jadilah dirinya langsung diberikan bantuan oleh tim medis dan dilarikan ke rumah sakit.
5. Insiden dengan rekan sendiri
Insiden yang merenggut nyawa Choirul Huda berlangsung cepat.
Aksi Huda menghalau serangan lawan dengan mengamankan bola berbuah tabrakan.
Kiper senior ini bertabrakan dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues, dan penyerang Semen Padang, Marcel Sacramento.
Setelah insiden itu, Huda tak sadarkan diri alias pingsan. (*)
Pesepakbola Liga Indonesia yang Meninggal Mendadak
1. Eri Irianto
Gelandang Persebaya Surabaya, Eri Irianto, meninggal setelah mengalami insiden dalam pertandingan Liga Indonesia kontra PSIM Yogyakarta di Stadion Gelora 10 November pada 3 April 2000.
Kala itu, Eri bertabrakan dengan pemain PSIM, Samson Noujine Kinga, hingga pingsan. Dia pun langsung dilarikan ke rumah sakit.
Pesepak bola yang mengantarkan Persebaya Surabaya menjadi runner-up Liga Indonesia musim 1998-1999 ini kemudian menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Dokter Soetomo seusai terkena serangan jantung pada malam hari.
Untuk mengenang jasa Eri, Persebaya menamai mes mereka Wisma Eri Irianto. Bahkan, Tim Bajul Ijo memensiunkan kostum Eri yang bernomor punggung 19.
2. Bruno Zandonadi
Pesepak bola asal Brasil, Bruno Zandonadi, menghembuskan napas terakhir pada 13 Oktober 2012 di Rumah Sakit Usada Insani, Tangerang, karena menderita radang selaput otak.
"Bruno sudah lama mengeluh kepalanya sakit, namun dibiarkan saja dan tidak dibawa ke dokter. Senin kemarin dia masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan dan baru ketahuan penyakitnya. Kata dokter dia menderita radang selaput otak," ujar salah seorang teman Bruno, Christian Carrasco, Sabtu (13/10/2012).
Bruno memulai karier sepak bola di Indonesia sejak 2004 dengan mengenakan seragam Petrokimia.
Sosok yang menempati pos penyerang ini juga pernah memperkuat Persiba Balikpapan, Persita Tangerang, PSIS Semarang, dan Persikota Tangerang.
Bruno terakhir kali membela Persikota Tangerang pada musim 2010-2011. Setelah itu, dia tidak membela klub mana pun.
Kepergian Bruno mendapat respons dari rekan dia di PSIS Semarang, Gustavo Chena, yang mengubah status BlackBerry Messenger-nya dengan mengatakan, "Descansa en paz companero (istirahat yang tenang kawan)."
3. Diego Mendieta
Pemain Persis Solo asal Paraguay, Diego Mendieta, meninggal dunia pada 3 Desember 2012 lantaran komplikasi penyakit.
Menurut pasoepati.net, Diego sebelumnya sudah tiga kali berpindah rumah sakit. Awal November 2012, dia harus dilarikan ke RSI Yarsis Solo. Dalam pemeriksaan, Diego didiagnosis menderita tifus dan harus dirawat selama sepekan.
Setelah keluar, Diego nyatanya tak langsung sembuh. Empat hari kemudian, dia dibawa ke RS PKU Muhammadiyah Solo.
Namun, dalam perawatan itu penyakit Diego tak teridentifikasi. Lantas, dia pun dirujuk ke RS Moewardi. Di sana, dia dirawat hingga mengembuskan napas terakhir.
Ironisnya, dalam masa perawatan hingga tutup usia, Diego dilaporkan kesulitan membiayai beban rumah sakit. Hal ini karena gaji dan bonus dari pihak klub Persis Solo tak kunjung didapat.
Karena hal itu pula, Diego batal pulang ke Paraguay untuk melanjutkan proses penyembuhan.
"Tuhanku, terima kasih untuk segalanya. Ampuni dosaku. Tuhan, Aku membutuhkan-Mu. Dalam balutan jas indah ini yang diberikan oleh keluargaku, aku memohon berkahilah teman-teman dan keluargaku selalu," tulis Diego dalam surat yang disebarkan agennya di Indonesia, Wulansari, melalui Twitter.
4. Sekou Camara
Penyerang Pelita Bandung Raya asal Mali, Sekou Camara, meninggal dunia saat sesi latihan pada 27 Juli 2013 karena serangan jantung.
Pemain yang baru bergabung dengan PBR pada Mei 2013 ini sempat kolaps dan nyawanya tak tertolong dalam perjalanan ke rumah sakit.
"Kami keluarga besar PBR telah kehilangan salah seorang saudara kami, Camara Sekou. Camara meninggal setelah mengalami serangan jantung dalam sesi latihan kami, Sabtu 28 Juli 2013. Setelah diberi pertolongan pertama, dan dibawa ke rumah sakit siaga, Camara dinyatakan meninggal pada pukul 23.48 WIB.
Perasaan duka yang mendalam kami rasakan dan sampaikan kepada keluarga besar Camara di Mali. Camara telah menjadi bagian keluarga yang tak terpisahkan dan kontribusinya nyata bagi PBR. Camara telah menjadi pemain, sahabat, dan kakak bagi kami semua.
Seluruh proses untuk penyelesaian dokumen serta rencana kepulangan sedang kami koordinasikan dengan seluruh pihak terkait. Komunikasi dengan pihak keluarga via agen yang mewakili Camara juga sedang kami lakukan.
Sungguh sebuah kehilangan yang dalam bagi kami. Selamat jalan 'Big Brother'. Kamu selalu ada dalam hati dan jiwa kami". Demikian ungkapan belasungkawa kubu PBR atas meninggal dunianya Sekou Camara.
5. Akli Fairuz
Kabar duka menyelimuti sepak bola Indonesia saat pemain Persiraja, Akli Fairuz, menghembuskan napas terakhir pada 16 Mei 2014 di Rumah Sakit Zainal Abidin, Banda Aceh.
Akli meninggal akibat berbenturan dengan penjaga gawang PSAP Sigli, Agus Rohman, dalam pertandingan Divisi Utama Liga Indonesia di Stadion Dhimurtala, Banda Aceh, 10 Mei 2014. Akibatnya, perut Akli terkoyak.
Kejadian tragis tersebut mennyedot perhatian dari beberapa media olahraga Eropa.
Media olahraga ternama Spanyol, Marca, mengangkat berita soal kematian Akli. Mereka memberi judul berita ini "Una brutal patada acab con la vida de un jugador en Indonesia" atau yang artinya "Tendangan Brutal Membunuh Pemain Indonesia."
La Gazzetta Dello Sport juga ikut memuat berita soal Akli. Koran asal Italia itu memberi judul "Indonesia, morto dopo un tackle del portiere" yang berarti "Pemain Indonesia, meninggal setelah di-tackle kiper."