Soal Tradisi Adu Kerbau, Wabup Toraja Utara Minta Aparat Tegas
Ia pun meminta aparat keamanan agar bertindak tegas dengan melarang anak sekolah atau mahasiswa untuk tidak ikut masuk arena adu kerbau.
Penulis: Yultin Rante | Editor: Hasriyani Latif
Laporan Wartawan TribunToraja.com, Yultin Rante
TRIBUNTORAJA.COM, RANTEPAO - Ajang adu kerbau atau Ma'pasilaga Tedong dikritisi Wakil Bupati Toraja Utara, Yosia Rinto Kadang.
Kritik ini disampaikan saat temu karya kader (TKK) Karang Taruna Kecamatan Rantepao, di kantor Camat Rantepao, Kompelks Art Center, Kecamatan Rantepao, Toraja Utara, Selasa (19/9/2017) siang.
"Sekarang pelajar dan mahasiswa Toraja sudah lebih senang ke Tedong Silaga (adu kerbau) daripada ke sekolah atau kampus. Mereka sekarang bukan lagi fokus belajar, fokusnya cari jadwal adu kerbau," tuturnya.
Ia pun meminta aparat keamanan agar bertindak tegas dengan melarang anak sekolah atau mahasiswa untuk tidak ikut masuk arena adu kerbau.
Tedong Silaga, kata dia, masuk dalam ritual pemakaman atau Rambu Solo di Toraja. "Ini adalah ritual adat saat pemakaman bagi kita orang Toraja, hanya sekarang waktu dilaksanakan tedong silaga jauh dari waktu ritual Rambu Solo dilangsungkan," ungkap ketua Karang Taruna Toraja Utara ini.
Sementara salah satu aktivis pemuda Toraja, Alianto Putera, mengusulkan pengadaan retribusi atau pajak yang tinggi bagi kerbau yang berlaga diluar Rambu Solo.
"Mending pemerintah buatkan retribusi masuk yang harganya tinggi serta pajak bagi kerbau yang berlaga. Ini kan bisa jadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan juga secara tidak langsung kalau harga tiket masuk tinggi, pelajar dan mahasiswa berpikir masuk," tutur Alianto.(*)