Kekerasan Rohingya, PKB Surati Myanmar, Mengapa Cak Imin Pertanyakan Nobel Perdamaian Madam Kyi?
Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar marah besar atas musibah warga Rohingya sehari menjelang Hari Raya Iduladha, Kamis (31/8/2018).
Penulis: AS Kambie | Editor: Ardy Muchlis
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar marah besar atas musibah warga Rohingya sehari menjelang Hari Raya Iduladha, Kamis (31/8/2018).
Menurut Cak Imin, sapaan Muhaimin, 18 ribu warga Rohingya menngungsi dalam sehari karena kekerasan.
Melalui video disebar Ketua DPW PKB Sulsel Azhar Arsyad, Cak Imin menyatakan, " Saya marah dan kecewa....".
Cak Imin juga mengirim surat kepada tokoh perdamaian Myanmar yang juga penasihat Negara Myanmar.
Cak Imin minta peraih Nobel perdamaian ini tak diam.
Berikut petikan surat Cak Imin yang menyebar di sejumlah group WhatsApp malam Lebaran Iduladha ini:
Surat dari Muhaimin Iskandar kepada Aung San Suu Kyi
Kamis, 31 Agustus 2017 - 17:56 WIB
Ketua Umum DPP PKB, Abdul Muhaimin Iskandar. (Ist)
Belas Kasih dari Kejauhan untuk Rohingya
Madam Suu Kyi,
Jika Anda berharap ada kedamaian, ketahuilah bahwa ia tidak bisa dicapai dengan kekerasan.
Jika Anda berharap ada keadilan, maka kekerasan adalah cara ekstrem mewujudkan ketidakadilan. Bukankah anda sendiri telah belasan tahun mengalaminya?
Madam Suu Kyi,
18.000 warga Rohingya telah mengungsi ke Bangladesh dalam waktu kurang dari 24 jam. Umumnya mereka adalah perempuan, anak-anak dan orang tua. Anda mungkin bisa menutup mata dan memalingkan wajah dari kabar ini.
Tapi sebagai pejuang demokrasi selama bertahun-tahun, saya heran Anda juga sanggup menutup hati untuk mereka.
Kapan Anda akan panggil mereka kembali pulang ke Myanmar? Sebagai manusia utuh, bukan pelarian, bukan bakteri, bukan warga kelas dua.
Saya minta PBB untuk turun tangan mengatasi kekejian ini. Saya minta duta besar Myanmar di Indonesia segera menjelaskan mengapa kekejian ini bisa terjadi.
Saya minta segenap warga dunia bereaksi agar warga Rohingya menemukan kedamaian dan kebebasan sebagai manusia.
Saya minta Anda, Madam Suu Kyi, untuk melakukan apapun yang Anda mampu, untuk mencegah tentara menembaki warga Rohingya.
Atau,
Turunkan saja medali nobel itu dari lemari Anda. Dia tidak bermakna apapun lagi, saat ini.
Jakarta, 31 Agustus 2017.(*)