Inilah Selusin Fakta tentang Sarjana Pertama di Sulsel dari Kedokteran Hewan
Sarjana pertama di Sulsel itu ada saat As'adiyah dan DDI sudah gencar melakukan pendidikan berpusat di Sengkang, Mangkoso, dan Parepare.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tahukah Anda bahwa sarjana pertama di Sulsel itu baru tercipta pada tahun 1949. Sebelum tahun 1949, belum ada satu pun manusia di Sulsel yang bergelar sarjana dari pendidikan umum formal.
Nah, berikut selusin (12) fakta tentang sarjana pertama di Sulsel dan sarjana kedokteran hewan di Indonesia:
1. Diungkap Oleh Wapres Jusuf Kalla
Keberadaan sarjana pertama di Sulsel itu diungkap oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla saat peresmian Gedung E-Panrita dan Taman Bermasin Siswa di Kantor Dinas Pendidikan Kebudayaan (Disdik) Sulsel, Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar, Jumat (28/7/2017) pagi.
Pada tahun ini juga, As’adiyah dan Darud Dakwah Wal Irsyad (DDI) yang berpusat di Sengkang, Wajo, dan di Mangkoso-Parepare sudah mengembangkan pendidikan formal. Tapi lulusannya hanya setingkat menengah atas.
2. Saat As’adiyah dan DDI Sudah Aktif Mendidik
Meraih gelar sarjana tahun 1949. Disebut sarjana pertama di Sulsel. Saat itu belum ada satu pun manusia bergelar sarjana di Sulsel. Yang banyak adalah lulusan pendidikan dari Madinah dan Mekah (Arab Saudi) serta Kairo-Mesir.
3. Belum Jelas dari Perguruan Tinggi Mana
Sarjana pertama di Sulsel yang berlatar pendidikan kedokteran hewan itu lulus tahun 1949. Belum jelas, apa dia lulus di Fakultas Kedokteran Hewan di Bogor atau Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia.
4. Dikembangkan Belanda
Pendidikan kedokteran hewan di Indonesia dikembangkan oleh Pemerintah Hindia Belanda sejak pertengahan abad ke-19 sampai awal abad ke-20
5. Pertama Kali di Surabaya
Sekolah bidang kedokteran hewan pertama kali dibuka di Surabaya oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1861 di pimpin oleh Dr J van der Weide. Sekolah ini ditutup tahun 1875 karena tidak prospek, karena setelah beroperasi sembilan tahun hanya delapan orang ”Dokter Hewan Bumiputra” (Inlandsche Veearts) yang dihasilkan.
6. Diakui Utrecht Belanda
Tahun 1910, kursus kedokteran hewan di Kebun Raya dan Museum Zoologi Bogor diubah menjadi Inlandsche Veeartsenschool (Sekolah Dokter Hewan Bumiputra), lalu tahun 1914 diubah menjadi Nederlands Indische Veeartsenschool (NIVS) atau Sekolah Dokter Hewan (SDH). Sejak tahun 1920 lulusan NIVS diterima di tingkat III Fakultas Kedokteran Hewan di Utrecht, Belanda
7. Buka-Tutup karena Pergolakan
Awal tahun 1942, Sekolah Dokter Hewan di Bogor dibuka lagi nama Bogor Semon Zui Gakko. Lembaga pendidikan ini bertahan hingga pertengahan tahun 1945. Dalam pergolakan kemerdekaan, Sekolah Dokter Hewan Bogor terimbas lagi hingga akhirnya ditutup.
8. Masa Pendidikan Lima Tahun
Sekolah Dokter Hewan Bogor dibuka lagi setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan dinaikkan statusnya menjadi lembaga pendidikan tinggi dengan nama Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kemakmuran No 1280 a/Per. tanggal 20 September 1946. Lama pendidikan ditetapkan lima tahun.
9. Masih Pakai “Kelas dalam Pengasingan”
Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH) Bogor mengalami krisis lagi pada tahun 1947 hingga aktivitas PTKH di Bogor dihentikan. Sejumlah mahasiswa PTKH, mungkin termasuk yang dari Sulsel itu, mengungsi ke daerah Republik di Jawa Tengah.
Pada tahun ini juga, dibuka “kelas dalam pengasingan” PTKH di Klaten. Namun, “kelas dalam pengasingan” ini benar-benar ditutup setahun kemudian, 19 Desember 1948.
10. Gabung ke UGM
PTKH dibuka lagi setelah Yogyakarta diserahkan kembali kepada Pemerintah RI pada 1 November 1949. Aktivitas pendidikan dipindahkan dari Klaten ke Yogyakarta. Sebulan kemudian, 19 Desember 1949 semua perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta, termasuk PTKH bergabung menjadi Universitit Gajah Mada (UGM), PTKH menjelma menjadi Fakultas Kedokteran Hewan UGM.
11. Gabung ke UI
Saat PTKH Klaten ditutup, pada bulan Mei 1948 dibentuk Faculteit der Diergeneeskunde (Fakultas Kedokteran Hewan) di Bogor, setelah sebelumnya membentuk Faculteit voor Landbouw Wetenschappen (Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian) pada tahun 1947.
Setelah Unibersitas Indonesia (UI) terbentuk pada 3 Februari 1950, Fakultas Kedokteran Hewan di Bogor bergabung dan menjadi Fakultas Kedokteran Hewan Universitet Indonesia (FKH-UI). UI meliputi fakultas-fakultas di Jakarta (hukum, ekonomi, kedokteran, dan sastra), Bogor (pertanian dan kedokteran hewan), serta Bandung (teknik, ilmu pasti, dan ilmu alam).
12. Dibuka di Unhas
Universitas Hasanuddin (Unhas) baru membuka Jurusan Kedokteran Hewan pada tahun akademik 2010/2011. Unhas termasuk lembaga Pendidikan Kedokteran Hewan ke-7 di Indonesia dan pertama di Indonesia Timur.(*)