Pasca Lebaran, 160 Orang Cabut Status Sebagai Warga Makassar

Laporan wartawan Tribun Timur, Saldy

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sebagian besar kota metropolitan yang memiliki perekonomian yang maju menjadi sasaran kaum urban untuk meniti kehidupan yang layak.

Momentum itupun kerab terjadi setiap usai lebaran. Seluruh penjuru datang baik dari kabupaten kota sesama Provinsi, ataunpun pendatang dari provinsi luar.

Namun ada yang berbeda pada arus balik lebaran ramadan 1438 hijriah ini.

Jika sejumlah daerah mencatat ada pendatang baru dengan melakukan antisipasi kaum urban, di Makassar justru warganya yang berlomba-lomba yang ingin keluar dari Makassar.

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Makssar Nielma Palamba mengatakan di hari kedua pelayanan, pihaknya mencatat ada 160 warga Makassar yang memutuskan untuk pindah mencabut statusnya sebagai warga Makassar.

Mereka yang pindah ini resmi pindah dari Kota Makassar setelah surat pindah diteken langsung Nielma Palamba.

Dibandingkan dengan pendatang baru, jumlahnya hanya berjumlah 60 orang pendatang.

"Ada juga sih pendatang tapi jumlahnya sedikit. Dari laporan tiba itu sebanyak 60 orang," katanya.

Nielma mengungkapkan pihaknya tidak menghitung warga pendatang yang tidak membawa surat resmi dari tempat domisili sebelumnya.

Pendatang yang tidak memiliki administrasi kependudukan yang didasari surat pindah ke Makasssr dianggap warga ilegal.

"Jadi yang kami akui, dia yang telah mutasi dengan membawa kelengkapan administrasi," ujarnya.

Saat ini, jumlah warga Makassar yang domisili tetap sebesar 1,6 juta orang.

Keterampilan Khusus

Sementara itu, Pengamat Publik Ahmad Yani menyebutkan aktivitas kaum urban saat arus balik lebaran itu menjadi tradisi kota-kota besar atau kota maju di Indonesia.