Akal Budi, Pilar Utama Berkembangnya Bahasa
Prof Dr Tadjuddin Maknun SU mengatakan bahasa berhubungan secara timbal balik dengan budaya
Penulis: Hasrul | Editor: Suryana Anas
Laporan Wartawan Tribun Timur, Hasrul
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR --Prof Dr Tadjuddin Maknun SU mengatakan bahasa berhubungan secara timbal balik dengan budaya, bahasa dan pikiran berhubungan secara timbal balik.
Pikiran, bahasa, dan budaya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dengan kata lain, ketiganya bertumpang tindih atau berhubungan secara tripartit.
"Pikiran dan akal budi (aktivitas mental kognitif) merupakan pilar utama yang mendukung berkembangnya potensi bahasa dan budaya seseorang," ujar Prof Tadjuddin Maknun saat menyampaikan orasi ilmiah penerimaan jabatan Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Kamis (3/11/2016).
Profesor kelahiran Bategulung, Gowa, 31 Desember 1954 tersebut menegaskan bahasa dan budaya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena keduanya bertitik labuh dalam kehidupan sosial manusia.
Artinya, kehidupan social manusia tidak dapat berlangsung sebagaimana mestinya jika tidak ada bahasa sebagai medianya dan dalam penggunaannya dipenuhi oleh nilai-nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
"Dalam kehidupan sehari-hari anggota masyarakat menggunakan bahasa (sistem lambang bunyi yang arbitret) untuk bekerja sama, bernteraksi social, dan mengidentifikasi diri," kata Prof Tadjuddin mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Prof Tadjuddi menyampaikan orasi ilmiah dengan judul Hubungan Tripartit pikiran, Bahasa, dan Budaya di Ruang Rapat Senat Akademik dalam Rapat Senat Terbuka Luar Biasa yang dipimpin Ketua Senat Akademik Prof Dr M Tahir Kasnawi SU.
Bahasa sebagai system komunikasi merupakan salah satu unsur atau subsistem dari sistem kebudayaan. Bahkan, dapat dikatakan, bahasa merupakan bagian inti dan terpenting dari kebudayaan.
"ahasa digunakan melabeli semua produk kebudayaan, sehingga produk itu dapat dipahami," ungkap lulusan Sarjana Utama (Magister) Linguistik UGM Yogyakarta (1998) dan Doktor Unhas (2005) tersebut.
Prof Tajuddin yang juga lulusan S-1 Fakultas Sastra Unhas (1980) memberikan salah satu contoh hubungan antara bahasa dan kebudayaan dapat dilihat dalam kehidupan praktis pengusaha Jepang berbisnis.
Dalam transaksi bisnis, mereka hampir tidak pernah mengatakan 'tidak’ secara langsung kepada lawan tutur, tetapi dengan cara memberi saran.
"Salah satu corak budaya masyarakat Jepang adalah tidak ingin membuat gusar orang lain, tidak ingin mengecewakan," ujar Prof Tadjuddin memberikan contoh.
Hadir dalam Rapat Senat Terbuka tersebut iyalah Wakil Rektor IV Prof dr Budu Sp M(K) PhD dan Ketua Dewan Profesor Prof Dr Ir Abrar Saleng SH MSi dan sejumlah anggota Senat Akademik dan Dewan Profesor.
Tampak hadir pula mantan Sekda Gowa dan Bupati Bantaeng Drs H Malingkai Maknun, yang tidak lain adalah kakak kandung guru besar Unhas yang ke-353 tersebut. (*)