Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Obituari

Aaa? Beginilah Terjadi Jika Ada yang Coba-coba Panggil Muhammad Ali Pakai Nama Lahirnya

Muhammad Ali dalam puncak karirnya, merupakan pria yang paling terkenal di planet Bumi.

Editor: Edi Sumardi
GETTY IMAGES
Muhammad Ali 

"Clay cepat seperti petir," kata Hunsaker setelah pertandingan."Saya berusaha menggunakan trik yang saya ketahui untuk mengalahkan dia tetapi dia sangat bagus."

Ali juga belajar pada Angelo Dundee, pelatih yang berperan besar dalam kesuksesan karir tinjunya.

Kemenangan demi kemenangan diraihnya, diperkuat oleh promosi diri yang kasar, membawanya dalam ketenaran.

Sikap Clay yang luar biasa di dalam ring yang memperlihatkan tarian mengeliling lawannya seperti petinju kelas ringan.

Dia mengajari mereka, dia memuaskan banyak orang dengan gaya pamernya, kaki yang diseret dan refleks yang cepat.

Di luar ring, Clay melawan rasisme yang ketika itu masih menjadi persoalan besar di AS pada 1960an.

Dalam kurun waktu itu pula Clay memeluk agama Islam dan mengubah namanya menjadi Muhammad Ali. Dia mengatakan Cassius Clay, merupakan "nama budaknya", dan dia protes terhadap sejumlah orang yang tetap menggunakan nama lahirnya.

Penjara dan brutal

Di luar tinju Ali pernah menolak mengikuti wajib militer, dan mendapatkan hukuman penjara atas sikapnya. Dia dihanjar lima tahun penjara, tetapi setelah tiga tahun muncul penolakan dari warga AS terhadap perang Vietnam. Kemudian Ali mendapatkan penangguhan hukuman dan kembali ke ring pada 1970 dengan menang atas Jerry Quarry.

Tetapi kemudian pada 1971 Ali pertama kalinya kalah untuk pertama kalinya dalam karir profesionalnya oleh Joe Frazier. Ali kembali meraih kemenangan dari Frazier tiga tahun kemudian.

Mungkin momen terbaik Ali pada Oktober 1974 ketika dia mengalahkan George Foreman di Zaire yang disebut sebagai pertandingan "Rumble in the Jungle".

Pada usia 32 tahun, Ali menjadi pria kedua dalam sejarah yang meraih kembali juara dunia kelas berat.

Setahun kemudian, Ali bertemu dengan Frazier untuk ketiga kalinya yang dijuluki "Thrilla in Manila" mungkin pertandingan itu merupakan yang paling brutal dalam sejarah tinju kelas berat.

Ali mengatakan saat itu dia sangat dekat dengan kematian di ring tinju, tetapi kemudian dia menang setelah kubu Frazier menghentikan pertandingan setelah ronde ke-14.

Ali dapat dan mungkin harus pensiun pada saat itu, tetapi dia bertanding kembali.

Pada Februari 1978, dia kehilangan gelarnya yang direbut Leon Spinks, pemenang medali Olimpiade 1976 yang lebih muda 12 tahun darinya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved