Laporan on the Spot
Colin Jack-Hinton Daeng Matutu, Koleksi Kapal, dan Kecintaan pada Makassar
Sebanyak 12 kapal dan perahu layar terpajang di Museum and Art Gallery of the Northern Territory
Penulis: Edi Sumardi | Editor: Edi Sumardi
Edi Sumardi
Jurnalis Tribun
Melaporkan dari Darwin, Northern Territory, Australia
SEBANYAK 12 kapal dan perahu layar terpajang di Museum and Art Gallery of the Northern Territory, 19 Conacher Street, the Gardens, Darwin, Northern Territory, Australia.
Kapal itu adalah yang digunakan pelaut dari Nusantara, Vietnam, Malaysia, Fiji, Papua Nugini, dan negara lain di Asia Pasifik.
Tahukah Anda jika keberadaan kapal itu di museum karena Makassar?
Sejarahnya seperti ini, Museum and Art Gallery of the Northern Territory ada sejak tahun 1966 setelah diperkenalkan oleh seorang bernama Bill kepada Legislative Council of the Northern Territory.
Dr Colin Jack-Hinton kemudian menjabat sebagai direktur pertama sejak tahun 1970.
Ternyata, Collin Jack adalah sosok yang mencintai Makassar.
Karena karena kecintaannya itu pula, dia mendapat gelar adat Makassar atau pa’daengang bernama Daeng Matutu, sosok berjanggung panjang, berkesan, dan ramah.
Kini, Daeng Matutu telah tiada, meninggal dunia pada 22 Maret 2006 dalam usia 73 tahun di New Zealand.
Pada upacara pemakaman, abu jenazah Daeng Matutu dilepaskan ke laut dari Pelabuhan Darwin sebagai symbol seakan ingin terus berlayar bersama pelaut dari Makassar.
Nama sejarawah ini diabadikan sebagai nama galeri di museum tersebut, yakni The Colin Jack-Hinton Maritime Gallery.
Semasa hidupnya, Daeng Matutu menggagas untuk mengumpulkan kapal beserta perahu tradisional dari berbagai negara, termasuk Indonesia.
Di antara kapal dan perahu tersebut, ada yang bernama "Jukung", "Tujuan", "Hati Marege", "Semanis", "Karya Sama", "Sama Saja", "Terima Kasih", dan lainnya.