Pria Tak Berlengan & Kaki dari Pangkep
Okki' Pacari Hamidah 1,5 Tahun, Ijab Kabul di Hari Kartini
"Kata dokter, dari 100.000 kelahiran saya inilah penyandangnya," kata Nick Vujicic (35 tahun), motivator ternama dunia asal Melbourne, Australia,
Penulis: Munjiyah Dirga Ghazali | Editor: Thamzil Thahir
SEPEKAN sudah, Okki' (35 tahun), jadi pokok cerita warga bantaran Sungai Pangkajene', Pangkep.
Puncaknya, Kamis (21/4/2016) lalu. Bertepatan Hari Kartini, bujang penyadang Tetra Amelia Syndrom, asal Kampung Mattoanging, Pangkajene ini, resmi menikahi Hamidah (40), wanita pujaannya.
Sindrom tetra amelia adalah semacam "cacat langka' yang membuat penyandangnya 'ditakdirkan' tak memiliki kedua lengan dan tungkai kaki saat lahir.
"Kata dokter, dari 100.000 kelahiran saya inilah penyandangnya," kata Nick Vujicic (35 tahun), motivator ternama dunia asal Melbourne, Australia, dalam otobiografi pertamanya, Life Without Limits: Inspiration of a Ridiculously Good Life (2010).
Buku itu diterbitkan, dua tahun sebelum Nick menikahi pujaan harinya, Kanae Miyahara, wanita keturunan Jepang-Australia, saat kuliah akuntansi di Griffith University, Merlbourne, Februari 2012 lalu.
Kini, setelah 4 tahun menikah, Nick-Miyahara sudah dikaruniai dua anak.
Namun, Okki' dan Hamidah, justru sebelum menikah sudah "punya" 3 anak.
Hamidah adalah janda tiga anak. Wanita asal Desa Padasetange, Kecamatan Borikamase, Maros, Sulsel ini, menerima pinangan Okki', justru bukan karena kondisi fisiknya.
"Dia tahu sudah punya 3 anak, dan siap ikut membantu keluarga saya. Okki ini' orangnya tanggung jawab," kata Hamidah, kepada Tribun, sehari setelah resepsi pernikahan sederhana mereka di Desa Batara, Kecamatan Labakkang, sekitar 10 km tenggara ibu kota kabupaten Pangkep.
Anak sulung Hamidah, adalah perempuan masih SLTP, 2 laki-laki yang bekerja sebagai buruh bangunan.
Suami Hamidah telah meninggal 14 tahun yang lalu.
Hamidah dipacari Okki selama 1,5 tahun dan dipinang tepat kemarin di pukul 14.00 Wita di Hari Kartini 21 April 2016.
Dua hari sebelum berlangsungnya pernikahan, Hamidah sudah menginap di rumah Nenek Okki.
Hamidah datang bersama dua anak lelakinya. "Alhamdulilah, anak saya juga mau Okki' jadi ayah (tiri) nya. Mereke ikhlas." kata Hamidah, yang pernah bekerja sebagai pramusaji dan penjaja di sebuah warung makan di Maros.
Dalam video pernikahan yang diperoleh Tribun dari kerabat Okki', terlihat pesta itu terbilang sederhana.
Pengucapan Ijab qabul perkawinan Okki (35) dan Hamidah diwakili penghulu kampung kelahiran sekaligus desa dimana Bupati Pangkep Syamsuddin Hamid, pernah "memerintah' selama 15 tahun.
Okki digendong keluarga menuju rumah pengantin perempuan. Mereka bertemu disana. Tanpa lamming (hiasan aksesoris pengantin di rumah), hanya ada bosara (talang kue khas Bugis-Makassar) warna pink berisi kue sederhana.
Semua keluarga juga memakai baju sederhana, pakaian sehari-hari. "Kita sepertinya tak percaya, Okki' menikah," kata seorang wanita paruh bayah, yang ikut menyaksikan ijak kabul Okki'-Hamidah.
Cuma Okki dan Hamidah yang memakai baju pengantin berwarna orange.
Keluarga yang menggendong Okki lalu meletakkan Okki di depan pintu kamar pengantin.
Sementara Hamidah berada di dalam kamar pengantin.
Kamar pun, tanpa ranjang pengantin. "Hanya karpet anyaman, bantal, dan beberapa helai kain yang seakan-akan jadi seprei."
Rumah tempat resepsi Okki', adalah milik tante, kerabat dari mendiang ibunya.
Sebelum ijab qabul, Okki terlebih dahulu meminta keluarganya memberinya air minum.
Keringatnya tampak mengucur karena kepanasan dan rasa tegang menghadapi penghulu.
Penghulu kemudian memegang badan Okki, lalu membisikkan ijab qabul dan iapun mengucapkan dengan lancar meski suaranya terbata-bata.
Jika orang lain menyalami penghulu dalam mengucapkan ijab qabul. Berbeda dengan Okki ia diwakili penghulu dan hanya mengikuti rapalan ijab kabul imam penghulu kampung.
Setelah mengucapkan ijab qabul, seluruh tamu bersorak dan berteriak "Amiiin sah, tauwe diii Okki; engkani benena (hebat, Okki' akhirnya punya istri).
Setelah itu ia digendong masuk ke kamar pengantin. Ia berhadapan dengan istrinya dan mencium kening sang istri.
Mereka resmi suami istri. Malam harinya pesta gambus dimulai, Okki tidak membayar itu cuma gambus sponsor dari koleganya.
Sementara kursi ia pinjam dari kantor desa setempat.
Acara gambus berlangsung meriah sampai Okki begadang dan baru bangun ketika TribunPangkep menyambangi rumahnya di
Desa Batara, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Jum'at (22/4/2016). (munjiyah dirga gazali/zil)