Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sekjend PB DDI Helmi Ali Yafie Milad ke 63

"Selamat milad kak Helmi," kata Direktur Eksekutif Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR), Abd Karim.

Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Anita Kusuma Wardana
HANDOVER
Sekretaris Jenderal (Sekjend) PB DDI periode 2015-2020, KH Helmi Ali Yafie 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Hasim Arfah

TRIBUN-TIMUR.COM, JAKARTA-Sekretaris Jenderal (Sekjend) PB DDI periode 2015-2020, KH Helmi Ali Yafie milad ke 63 tahun hari ini, Minggu (10/4/2016).

Puang Helmi, sapaannya, lahir di Jampue, Pinrang, 10 April 1953. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan Gurutta Prof KH Ali Yafie dan H. Aisyah Umar.

"Selamat milad kak Helmi," kata Direktur Eksekutif Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR), Abd Karim.

Ia terpilih menjadi Sekjend PB DDI pada Muktamar Islah di Asrama Haji Sudiang, tahun lalu.

Helmi juga salah satu inisitor menyatunya kembali organisasi kemasyarakatan (ormas) DDI-Ambo Dalle dan DDI pasca pecahnya di Muktamar Ke-18 DDI di Wisma Darussalam, 18 September 1998 lalu.

Sejarah itu tercatat setelah 16 tahun, berpisah.

Ia bersama dengan tokoh DDI melihat kedua ketua umum PB DDI masing-masing Prof Dr AGH Faried Wadjedy (Ketua Umum PB DDI AD) dan KH Yunus Shamad, Lc. MM (Ketua Umum PB DDI) mendatangani "Deklarasi Pondok Gede".

Hadir dalam penandatangan naskah deklarasi itu yakni Prof KH Ali Yafie, Prof Dr H Nasaruddin Umar MA, HM Aksa Mahmud, Prof Dr HM Faried Wadjedy, MA, Drs M KH Yunus Shamad, Lc MM, Dr KH MA Rusdy Ambo Dalle dan Arham Basid LC, selaku ketua panitia.

Aktivis senior ini telah malang melintang di beberapa lembaga seperti LP3ES, Lakpesdam NU, P3M (kini menjadi Badan Pengawas Perhimpunan Rahima), dan berbagai lembaga-lembaga NGOs/LSM lainnya di tanah air.

Puang Helmi semasa kuliah di Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah gemar berdiskusi dengan dosen-dosen senior kampusnya seperti (Alm) Prof. Nasution, Prof. Thariq, dll.

Hobbinya berdiskusi itulah mengantarkannya untuk menjadi teman diskusi setia ayahandanya, Gurutta Prof. KH. Ali Yafie yang mendapatkan gelar “Guru Besar” melalui karya monumentalnya Fiqh Lingkungan (Fiqh al-Bi’ah).

Di antara berbagai kesibukannya mengajak publik untuk senantiasa melakukan aksi-refleksi, ia tetap menyempatkan diri untuk mengasuh pesantren Al Taqwa DDI, di Jampue, Pinrang, Sulawesi Selatan. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved