Cerita dari Kalijodo
Daeng Aziz 'Menghilang' di Kalijodo, Apakah Dia Pulang Kampung?
"Bapak pergi ke luar kota pakai pesawat," kata Lusi
JAKARTA, TRIBUN-TIMUR.COM - Hampir sepekan Daeng Aziz tak terlihat.
Meskipun tidak lama lagi, kawasan prostitusi Kalijodo, Jakarta Utara akan diratakan dengan tanah.
Tadi pagi, ribuan aparat gabungan dari TNI, Polri, dan Satpol PP mendatangi Kalijodo dan menggeledah sejumlah tempat di kawasan itu.
Tak terkecuali Kafe Intan, tempat hiburan malam milik Daeng Aziz namun pemiliknya tak kelihatan.
Lalu, kemana penguasa Kalijodo itu?
Daeng Aziz, tokoh yang disebut 'The Godfather' di Kalijodo kabarnya tengah berada di luar kota sejak pekan lalu.
Salah satu orang kepercayaan Aziz, Lusi mengatakan, Daeng Azis pergi untuk mengurus urusan pribadinya terkait tanah.
"Bapak pergi ke luar kota pakai pesawat," kata Lusi kepada WartaKotalive.com (TRIBUNnews.com Network), Kamis (18/2/2016) malam.
Apakah dia pulang kampung ke Sulawesi Selatan?
Saat ratusan warga Kalijodo melakukan unjuk rasa di depan gedung DPRD DKI Jakarta, kemarin, Daeng Aziz tak terlihat.
Lusi mengaku, dia tahu kapan bosnya itu akan pulang dari luar kota dan kembali mengurus Kalijodo yang sedang kacau.
Saat menyambangi gedung Komnas HAM pekan lalu, Daeng Aziz mengaku pusing mengurus Kalijodo.
"Kalau begini jadi sakit kepala," kata Daeng Aziz kepada salah satu pengikutnya sambil menggaruk-garuk kepala.
Kombes Pol Krishna Murti, mengatakan, panggilan daeng untuk Abdul Aziz, yang merasa ditokohkan di kawasan Kalijodo, tidak tepat.
"Aziz mengaku tokoh, dia bukan daeng. Aziz namanya," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Krishna di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (16/2/2016).
Krishna beralasan, daeng merupakan sebuah gelar untuk salah satu suku di Sulawesi Selatan.
Krishna, ketika menjadi Kapolsek Metro Penjaringan, Jakarta Utara, tahun 2002, pernah berurusan dengan Aziz.
Dalam bukunya yang berjudul Geger Kalijodo, Krishna menulis bahwa seorang pemimpin kelompok etnis di Kalijodo pernah mengarahkan pistol untuk menembak dirinya.
Peristiwa itu terkait tindak pidana pembunuhan yang kemudian memicu konflik antaraetnis di Kalijodo.
Dalam buku itu, Krishna menyebut orang yang hendak menembaknya itu sebagai Bedul.
Dalam sebuah wawasancara dengan Kompas TV hari Jumat (12/2/2016), Azis mengaku bahwa dirinya memang pernah menodongkan pistol pada Krisha.
"Itu benar, bahwa saya menodongkan pistol. Tapi persoalannya, saya belum tahu itu Pak Krishna adalah Kapolsek Penjaringan," kata Azis dalam wawancara itu.
"Dia (Krishna) belum kita kenal, tidak pakai seragam polisi," kata Aziz memberikan alasannya.(*)