Sama-sama Disebut ‘Penguasa’ Wilayah, Mana yang Lebih Menakutkan Haji Lulung atau Daeng Azis?
Dari 106 anggota Dewan, hanya Lulung yang dicari Azis.
TRIBUN-TIMUR.COM - Abdul Azis atau akrab disapa Daeng Azis, orang ditokohkan di Kalijodo, terlihat bingung di halaman Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Senin (15/2/2016).
"Haji Lulung ada enggak?" ujar Azis.
Dari 106 anggota Dewan, hanya Lulung yang dicari Azis.
Meski tidak bertemu, banyak yang curiga keduanya memiliki hubungan pertemanan.
Namun secara pribadi, Lulung mengaku tidak pernah memiliki hubungan dengan Azis.
Seperti diketahui keduanya baik Lulung maupun Azis adalah penguasa di wilayah berbeda di Jakarta.
Lulung digelari sebagai ‘penguasa’ Tanah Abang sementara Azis di Kalijodo.
Seperti apa sepakterjang keduanya ini?
Jejak Lulung di Tanah Abang
Haji Lulung lahir di Jakarta, 4 Juli 1959.
Ayahnya bernama, (alm) Ibrahim Tjilang, purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir pembantu letnan satu. Diberi nama Abraham karena ayahnya mengidolakan mantan Presiden AS, Abraham Lincoln. Haji Lulung merupakan anak ke-7 dari 11 bersaudara.
Dulunya, dia pengumpul kardus dan barang bekas lainnya di Tanah Abang, demi menghidupi delapan saudara dan ibunya.
Sampai sekarang, Haji Lulung terkenal sebagai “penguasa” di pusat grosir terbesar di Asia Tenggara itu. Di Tanah Abang, dia menjalankan usaha jasa pengamanan, perparkiran, hingga penagihan utang.
Perusahaannya bernama PT Putraja Perkasa, PT Tirta Jaya Perkasa, koperasi Kobita, PT Tujuh Fajar Gemilang, dan PT Satu Komando Nusantara.
Melalui perusahaannya itu, dia mengklaim mempekerjakan 7.000 orang. Ayah empat anak ini sempat mencuri perhatian dan membuat kontroversi melalui ucapan slogan, “Meludah saja bisa jadi duit.”
Selain pengusaha, Haji Lulung juga seorang advokat. Dia memiliki advokasi bernama Lunggana advocat & friends. Melalui itu, sarjana hukum ini mengadvokasi pedagang di Tanah Abang.
Di dunia politik, karier Sekretaris Umum Badan Musyawarah Betawi ini melejit setelah bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Sekarang, dia mengetuai Dewan Pimpinan Wilayah PPP Jakarta hingga tahun 2016. Melalui partai berlambang Kakbah itu, Haji Lulung melenggang sebagai wakil rakyat DKI Jakarta untuk periode 2014-2019.
Saat dilantik sebagai anggota DPRD, Ketua Pemuda Panca Marga DKI Jakarta itu mencuri perhatian publik lantaran mengendarai Lamborghini. Di DPRD-lah, wakil ketua DPRD ini “bermusuhan” dengan Ahok.
Di balik sosoknya yang kerap mencuri perhatian dan membuat kontroversi, Haji Lulung sosok berjiwa sosial. Dia dikenal seorang filantrofis dan peduli pendidikan agama. Di tiap RW di Jakarta, Haji Lulung kabarnya mendirikan taman pendidikan agama.
Jejak Azis di Kalijodo
Nama Daeng Aziz kini dikenal mengerikan di Kalijodo. Tapi dia sebenarnya bukan preman terbesar di sana.
Preman paling besar di sana sudah pergi dari Kalijodo beberapa tahun sejak pertikaian besar antar kelompok disana tahun 2002 silam.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Krishna Murti, tahu betul itu.
Krishna pernah ikut melilit di kasus pertikaian itu. Sebab tahun 2002 silam dia menjabat Kapolsek Penjaringan di usia 32 tahun.
Pertikaian akhirnya selesai dibarengi penutupan rumah-rumah judi di Kalijodo oleh polisi.
Krishna menuliskan itu dalam bukunya berjudul 'Geger Kalijodo' yang terbit tahun 2004.
Buku itu merupakan penelitian ilmiah untuk tesis S2 Krishna di Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia.
Krishna menggambarkan dua kelompok besar disana adalah Kelompok Makassar dan Mandar.
Kelompok Makassar dipimpin Daeng Aziz yang sampai kini masih menguasai Kalijodo dengan kharisma dan sisa-sisa cerita mengerikan.
Sementara kelompok Mandar, di tahun 2002 itu dikepalai oleh Asman.
Dalam bukunya, Krishna menuliskan bahwa kelompok Asman lebih terorganisir dan banyak ketimbang kelompok Daeng Aziz.
Kelompok Asman memiliki struktur seperti sebuah organisasi yang memiliki 'tentara' dengan 'panglimanya' sendiri.
'Tentara' atau pasukan Asman ini dikenal sebagai 'Anak Macan' yang muncul karena jejak mengerikan mereka.
Antara lain menghajar dan memukul mundur Front Pembela Islam sampai kocar-kacir.
FPI kala itu pernah beberapa kali mengganggu rumah perjudian milik Asman, makanya dihajar oleh 'Anak Macan'.
Anggota 'Anak Macan' ini hanya dipelihara oleh Asman, dan dikeluarkan hanya sesekali setiap ada pertikaian.
Di hari damai, 'Anak Macan' hanya bersantai di Kalijodo tapi tetap mendapat uang dengan beberapa norma yang ditetapkan 'panglimanya' tapi selalu dilanggar?