Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ketua Tarekat Jatiyah Pangkep: Daripada Pasang Foto Artis, Mending Guru Kami

Didampingi wakilnya, Nurdin, Nasri menjelaskan tarekat yang mereka ikuti tidak sesat.

Penulis: Munjiyah Dirga Ghazali | Editor: Imam Wahyudi
Tribun Timur/Munjiyah
Ketua Tarekat Jatiyah Pangkep, Nasri Kanu (kanan) dan wakilnya, Nurdin 

TRIBUNPANGKEP.COM, TONDONG TALLASA - Nasri Kanu, ketua penganut Tarekat Jami-ah Tak Kalawatiyah (Jatiyah) berbasis di Desa Bantimurung, Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep, mengklarifikasi isu yang berkembang di masyarakat terkait kelompoknya, Jumat (5/2/2016).

Didampingi wakilnya, Nurdin, Nasri menjelaskan tarekat yang mereka ikuti tidak sesat.

"Kami membantah kalau ada tulisan HUA di kain kafan dan salat (Subuh dan Dhuhur) kami dirapel,” ujarnya.

Nasri mengatakan, salat mereka sama dengan yang dilakukan umat Islam pada umumnya, begitu juga saat takbiratul ihram, tidak dipanjangkan seperti isu yang berkembang.

“Minta izin pada guru ketika akan salat juga tidak benar, kami juga bayar zakat, tapi ada zakat yang disetor ke guru dan ada yang disetor ke pemerintah, seperti umat Islam pada umumnya," jelas Nasri.

Sedangkan Nurdin membenarkan beberapa informasi yang beredar di masyarakat, yaitu.

Ijab kabul yang memakai kata "kami nikahkan". Mereka punya alasan tersendiri, yakni kita bermashaf tasawuf, disinilah sinkron dan berhubungan dengan hakikat. Karena disitulah penentuan dalam berbahasa, bermakna "dalam kebersamaan". Kita bersama Allah. Kami bersama Allah, intinya disini penyatuan dan disitulah Allah hadir bersama kami.

Salat jenazah menghadap selatan khusus laki-laki dan perempuan menghadap ke utara karena yang disalati itu "nyawanya" yang mau diselamatkan. Laki-laki beda khisbul anbiyanya dan mau disambungkan ke Rasulullah yang ada di Madinah.

Di dinding rumah ada foto guru mereka, yakni Al Habib Syeikh Sayyid Sultan Ahmad Ali Muhammad Myrami Al-Khalwaty Gadassallahu Sikruhu Al-Makassary Al-Bugisiy Al-Butuniy Andi Malakuti Petta Karaeng Gowa.

“Daripada foto artis lebih baik pasang foto guru kami,” itu alasannya.

Nurdin membenarkan foto guru mereka yang disimpan di dompet, para istri dibaiat untuk wajib salat Jumat, penentuan Ramadan, puasa mereka selama 30 hari selama-lamanya merujuk ke kitab Al-Manaq.

Dzikir sambil goyang-goyang kepala, menurut Nurdin, karena mereka khusyuk serta memiliki makna meyakini gerakan tubuh, lafaznya tubuh dan gerakan hati.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved