Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Guru di Kepulauan Terpencil Pangkep Berharap Pemerintah Peduli Pendidikan di Kepulauan

Lantas bagaimana Soraya bisa sampai di Pangkajene dari Pulau Sailus Besar? Ia menceritakan jika harus menempuh perjalanan terombang-ambing selama

Penulis: Arif Fuddin Usman | Editor: Ina Maharani
ist
SEORANG guru bernama Soraya, berbagi keluh dan kesah pengalamannya mengajar saat ditemui Tribun Timur di SMA Negeri 2, Kota Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, Sabtu (12/12/2015). Soraya ke Pangkajene untuk mengikuti Ujian Kompetensi Guru (UKG) demi bisa terdaftar dalam sertifikasi guru (Sergu). 

SEORANG guru bernama Soraya, berbagi keluh dan kesah pengalamannya mengajar saat ditemui Tribun Timur di SMA Negeri 2, Kota Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, Sabtu (12/12/2015). Soraya ke Pangkajene untuk mengikuti Ujian Kompetensi Guru (UKG) demi bisa terdaftar dalam sertifikasi guru (Sergu).

Soraya mengajar di salah satu sekolah di pulau terpencil yakni di Pulau Sailus Besar, Kecamatan Liukang Tangaya. Guru kelahiran, Pulau Sakala, Madura (Jawa Timur), 1 Maret 1991 tersebut mengajar di Sekolah Dasar (SD) 29 Pulau Sailus Besar, Kecamatan Liukang Tangaya, Kabupaten Pangkep.

Pulau Sailus Besar, dari penelusuran di Google Earth berjarak sekitar 500 km dari Kota Makassar ke arah Barat Laut. Pulau ini posisinya lebih dekat dari Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sedangkan kalau dari Makassar atau Pangkep, bisa ditempuh tiga hari tiga malam dengan menumpang kapal berukuran sedang, panjang 20 meter dan lebar 5 meter.

Lantas bagaimana Soraya bisa sampai di Pangkajene dari Pulau Sailus Besar? Ia menceritakan jika harus menempuh perjalanan terombang-ambing dengan kapal laut selama tiga hari tiga malam dan berhenti di dua pulau berbeda.

Soraya pun mengaku sudah 20 hari di darat dan hanya memiliki uang untuk biaya makan yang menipis. Belum lagi untuk biaya penginapan. “Saya harus mengumpulkan honor mengajar yang tidak banyak selama enam bulan untuk bisa berangkat ke Kota Pangkajene ini (mengikuti ujian kompetensi),” ujarnya.

Sebagai anak yang lahir di pulau, Soraya mengaku sejak kecil kesulitan untuk bisa menempuh pendidikan. Karena itu, selepas SD di tanah kelahiran, orang tuanya kemudian menyekolahkan di bangku SMP dan SMA di Sumenep, Pulau Madura. Saat ini Soraya tercatat sebagai mahasiswa Universitas Terbuka.

“Bagi orang pulau, bisa menempuh pendidikan hingga SMA terbilang luar biasa. Karena itu, setelah selesai SMA, saya kembali ke pulau dan mengajar. Saya ingin adik-adik saya kelak bisa memiliki pendidikan lebih baik dari saya,” ujarnya.

“Karena itu, tolong untuk pemerintah bisa mempedulikan pendidikan dan juga kehidupan warganya yang di pulau terpencil. Terutama untuk pendidikan, karena anak pulau juga punya semangat untuk terus sekolah,” ujarnya.

Selengkapnya baca di edisi cetak besok

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved