Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hari HIV AIDS 2015

Kisah RH, ODHA dan Diskriminasi

Awalnya MC tak tahu kalau RH adalah penderita HIV,

Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Suryana Anas
zoom-inlihat foto Kisah RH, ODHA dan Diskriminasi
ist
HIV/AIDS

Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -Sepasang pria dan wanita tampak berjalan di depan Benteng Rotterdam. Si wanita dengan memakai baju putih dan jilbab hitam. Sementara sang pria dengan memakai kaos dan topi hitam. Mereka berjalan dengan bergandengan tangan seolah tak mau dipisahkan.

Dialah RH (32) dan Suaminya MC (28). Rahayu merupakan penderita HIV Positif yang telah mengidap penyakit tersebut sejak 2007 silam. Sementara suaminya MC Negatif HIV.

RH menceritakan, dia terinfeksi virus mematikan tersebut ketika menikah dengan suami pertamanya. Lalu pada tahun 2007 suaminya tersebut meninggal akibat tak mampu lagi menahan virus HIV. Suami pertamanya merupakan seorang pengguna Narkoba dengan jarum suntik.

"Suami pertama saya meninggal 2007 lalu. Ia pengguna Narkoba dengan menggunakan jarum suntik," ungkapnya.

Ia kemudian bertemu MC pada tahun 2008. Awalnya MC tak tahu kalau RH adalah penderita HIV, ia hanya selalu ikut dalam kegiatan-kegiatan organisasi ODHA yang diikuti RH.

Lalu ketika ia dilamar pada tahun itu juga RH baru kemudian menceritakan ke MC tentang penyakitnya. Tak diduga, MC dengan ikhlas mau menerima RH, karena ia sudah paham dengan penyakit ini lantaran selalu mengikuti kegiatan RH.

Para penderita HIV atau biasa disebut ODHA tentunya sudah terbiasa dengan perlakuan diskriminatif dari orang-orang. Tak terkecuali bagi RH.

RH menceritakan bagaimana pahitnya diperlakukan diskriminatif saat dia hendak melahirkan putranya.

"Waktu itu saya melahirkan secara cesar, ternyata para perawat yang mengetahui kalau saya positif HIV merekam dengan video proses saya melahirkan, videonya sekitar 10 menit. Tapi saya tahu kelakuan mereka itu," ungkap RH.

RH yang tak terima dengan perlakuan itu lantas melaporkan kepada atasan para perawat tersebut. Ia mengancam akan mempidanakan orang-orang yang merekamnya.

"Awalnya saya mau laporkan, tapi setelah ada kesepakatan dan mereka mau menghapus videonya, maka saya maafkan mereka" tutur RH.

Tak hanya satu kejadian, perilaku diskriminatif yang diterima Rahayu dan teman-teman sudah sering terjadi. Rahayu kembali menceritakan saat temannya ditangkap Polisi.

"Dulu teman saya yang pengguna narkoba tertangkap Polisi. Ia kemudian dipukuli sampai babak belur dan berdarah-darah oleh Polisi. Lalu saya tanya mereka supaya berhenti menyiksa teman saya karena ia juga positif HIV."

Mendengar perkataan Rahayu tersebut, para polisi yang tangannya telah berlumuran darah lalu buru-buru mencuci tangannya sambil mencak-mencak.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved