Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Muktamar ke 47 Muhammadiyah

Buya Syafii Maarif Pun Belajar Sama Ateis

Dari bedah buku Prof Dr Ahmad Syafii Maarif (Buya Maarif) berjudul Muazin Bangsa dan Makkah Darat

Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Suryana Anas
TRIBUN TIMUR/MUH HASIM ARFAH
Buku mantan Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr Ahmad Syafii Maarif (Buya Maarif) berjudul Muazin Bangsa dan Makkah Darat di Monumen Mandala, Jl Jenderal Soedirman, Makassar, Selasa (4/8/2015). 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Muh Hasim Arfah

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -Buku mantan Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr Ahmad Syafii Maarif (Buya Maarif) berjudul Muazin Bangsa dan Makkah Darat menjadi perbincangan oleh dua professor di Monumen Mandala, Jl Jenderal Soedirman, Makassar, Selasa (4/8/2015).

Hadir dalam Bedah Buku ini antara lain Cendikiawan Muslim Prof Azyumardi Azra, Ketua PCIM AS-Kanada Prof Muhammad Ali, Direktur Maarif Institut Fajar Riza UI Haq.

Buya Syafii Maarif yang hadir pun serius dan sesekali tersenyum ketika tiga cendikiawan Muslim ini membedah Biografinya di depan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM), Pengurus IMM Sulsel dan Sulbar, PWM Jawa Tengah dan berbagai tokoh Muhammadiyah.

"Buya mempunyai pemikiran yang sangat berpengaruh bayangkan saja Buya pernah berkomentar Pak JK adalah the real president, ini membuat orang bertanya-tanya dan takjub dengan itu," kata Cendikiawan Muslim, Prof Azyumardi Azra.

Ketua PCIM AS-Kanada, Prof Muhammad Ali mengakui Buya tak pernah melihat orang tapi apakah itu benar atau salah.

"Buya banyak mengambil dan mengutip bahan dan sumber dari syiah dan ateis untuk memantapkan akidah, Buya tak melihat orangnya, Buya mampu melihat apakah itu benar atau tidak bukan siapa," katanya.

Prof Ali mengingat betul bahwa Buya Maarif belajar dengan Pendeta dan Filsuf katolik untuk memperkuat akidah tauhid.

“Saling pemahaman itu jadi masa depan, bukan hanya masalah agama, dari sisi manusia. Semua lahir sebagai manusia menekankan aspek ke manusian, itulah Buya Safii Maarif,” katanya.

Direktur Maarif Institute, Fajar Riza UI Haq mengatakan Muhammadiyah dan Buya Safii Maarif tak bisa dipisahkan.

“Saya heran dengan Buya, kok mau menerima menjadi Ketua Panitia Pembangunan Mua’limin Yogya, saya ndak habis pikir, menggalang dana. Beliau bilang biar saya yang bawa sendiri. Masih rela melakukan kerjaan paling teknis padahal beliau adalah mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah,” katanya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved