Ini Curhat Korban Napza di Makassar
Masih minim pemberitaan yang mengangkat kisah-kisah ODHA yang tetap bisa berprestasi.
Penulis: Ardy Muchlis | Editor: Jumadi Mappanganro
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Pemberitaan di media massa terkait pengguna narkoba dan ODHA (orang dengan HIV-AIDS) dinilai belum adil. Juga cenderung melihat pengguna narkoba sebagai pelaku kriminal, bukan sebagai korban. Narasumber media umumnya dari aparat penegak hukum, bukan korban sebagai narasumber utama.
Masih sangat minim pula ditemukan di media massa tulisan-tulisan yang mengangkat kisah-kisah ODHA yang tetap bisa berprestasi atau cerita tentang korban napza yang sukses terlepas dari ketergantungan narkoba. Selama ini masih didominasi berita tentang korban napza dan ODHA yang berhadapan dengan hukum.
Beberapa poin tersebut mengemuka pada diskusi Media dan Fenomena HIV-AIDS di Kantor BaKTI, Jl Mappanyukki, Makassar, Kamis (28/5/2015). Digelar Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) Sulsel bekerja sama dengan BaKTI. Dihadiri sejumlah jurnalis di Makassar.
Acara ini menghadirkan Kabiro Bina Napza dan HIV-AIDS Setda Sulsel Sri Endang Sukarsih MP, National Policy Manager Rumah Cemara Ardani Suryadarma, dan Syahrul Syamsuddin dari Persaudaraan Korban Napza Makassar (PKNM) sebagai pembicara. Diskusi dipandu Jumadi Mappanganro, Ketua PJI Sulsel.
“Masih jarang kita temukan berita tentang adanya praktik transaksi ‘jual beli’ pasal antara aparat penegak hukum dengan korban napza. Misalnya agar klien direhab, maka harus bayar sekian juta rupiah. Tak bayar, maka akan dikenakan pasal untuk dikurung,” beber Ardani yang kerap mendampingi korban napza dan ODHA di Bandung.
Sementara Syahrul membeberkan betapa rutan maupun lapas bukan tempat agar korban napza berhenti dari kecanduan. Tapi dalam banyak kasus justru kian parah ketergantungan dan sangat rentan penyebaran HIV. Ia berharap pemberitaan juga menggali mengapa mereka terjerumus di dunia narkoba. Bisa jadi karena masalah ekonomi, masalah keluarga.
Sementara Sri menilai, selama ini pemberitaan korban napza dan ODHA juga sebagian masih kerap terjadi stigma. “Juga cenderung lebih suka membeberkan pribadi korban, bukan pada masalahnya. Nah kita mau, berita-berita tentang narkoba dan ODHA ke depan lebih mengedukasi dan menginspirasi,” papar Sri.
Pada diskusi ini, Sri juga membeberkan data perkembangan pengguna narkoba dan ODHA di Sulsel yang dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Kini tak ada satu daerah pun di Sulsel yang tak ada ODHA. (*/tribun-timur.com)