Kenapa Makassar Laik Jadi Kota Konser
Dalam catatan Tribun, band pop domestik dalam yang terkenal dengan lagu Jogyakarta ini, adalah harga tiket termahal di tahun 2015 dan termahal kedua
Penulis: Hajrah | Editor: Thamzil Thahir
Makassar, Tribun - Akhir pekan ini, Makassar kembali menunjukkan kelas sebagai kota konser prestigious dan bercita rasa tinggi.
Grup band dekade 1990-an, KLA Project menggelar dan gitaris ternama asal Korea, Sungha Jung, akan menggelar konser eksklusif terpisah di Makassar, Jumat (6/3) malam ini.
Katon Lilo dan Adi (KLA) Project manggung di Grand Clarion Hotel, Jl AP Pettarani Makassar, sedangkan Sungha Jung, tampil ball room Fave Hotel, Jl Daeng Tompo.
Untuk menyaksikan KLA dan Sungha, penonton harus membayar Rp 1 Juta dan Rp 850 ribu.
Dalam catatan Tribun, band pop domestik dalam yang terkenal dengan lagu Jogyakarta ini, adalah harga tiket termahal di tahun 2015 dan termahal kedua sejak konser saxophonists ternama dunia, Kenny G, tahun 2011 lalu.
Untuk mendengarkan saxophone si rambut kriwil, penikmatnya harus membayar Rp 2,5 juta. Itu duduk di meja depan, dengan sajian aneka food and beverage khusus.
Musisi Jazz Makassar Andi 'Mangara' Taddampali, menyebut Makassar sudah saatnya menyuguhkan sajian musik berkelas. "Ini satu indikator ril, bahwa selera musik Makassar memang sudah mendunia, dan sudah laik disebut kota dunia," kata penyiar ternama Makassar sejak era 1980-an ini.
Penggagas Mangara Jazz Project ini menyinggung tagline Makassar Kota Dunia.
Bahkan katanya, Wali Kota Danny Pomanto, juga sudah menjanjikan arena konser bertaraf internasional hadir di Makassar.
Jika ingin menikmati konser eksklusif maka penggemar pun mesti rela membayar dengan harga setimpal.
"Kalau mahal atau tidak itu relatif ya, tergantung penggemarnya jika fanatik pasti akan rela membayar," ujar leader band Lagaligo Syndicate ini.
Senada dengan Andi Mangara, pemilik EO Chambers Entertainment Ardiyansah, menilai mahalnya konser Kla Project itu relatif. "Mahal itu relatif, tergantung siapa yang membayar," ujarnya.
Namun, dia menggaris bawahi fenomena ini adalah bukti Makassar mulai jadi salah satu venue dan destinasi konser kelas dunia, sama dengan Jakarta, Surabaya, Bali, dan Medan.
Ardi yang kerap mendatangkan band luar negeri ke Makassar ini, mengatakan jika ada fasilitas lainnya yang menyokong suatu konser, maka persoalan harga pun menjadi relatif.
Setiap event organizer yang mendatangkan artis mestinya memiliki dasar masing masing soal market yang akan disasar . "Konsep konser Kla Project yang eksklusif ini sebenarnya bukan hal yang baru. Jika dimulai dengan makan malam dan lebih 'intim' ke penonton, dikembalikan lagi ke artisnya apa mau melakukan itu. Jika tak ada masalah dengan artisnya maka siap siap saja dengan harga tiket konsernya," ujar owner Chambers Distro tersebut.
Air Putih Management yang mendatangkan band Kla Project di Hotel Grand Clarion hari ini misalnya. Dipastikan penggemar Katon Bagaskara Cs tak hanya sekedar datang, menonton konser dan bernyanyi bersama idolanya.
Namun fans juga dipastikan dinner bareng dengan pelantun Negeri Diatas Awan tersebut. Fans setia Klanist harus membayar Rp 1 juta termsuk dinner plus satu tiket nonton.
Operation Director Air Putih Management, Wahyu, saat press conference beberapa waktu lalu mengatakan Kla akan tampil full band
dengan menurunkan sekitar 16 personil, inti dan additional.
Belum lagi panggungnya, yang mengusung tata panggung yang berbeda dan memanjakan penonton. " Target kami memang konser ini bakal jadi percontohan konser eksklusif dari yang sebelumnya pernah ada," kata Wahyu. (mut)