Keberkahan Batu Cincin Perspektif Sufistik
...kaum sufi dalam menggunakan cincin didasari niat mengikuti simbolisasi nubuwwa (ciri kenabian) sebagai bagian dari keberkahannya.
Tahun 2015 menurut perhitungan horoskop kelender China, ialah tahun berzodiak Shio Kambing yang identik pada energi artistik dan sufistik, sehingga tahun ini banyak orang disibukkan dengan bisnis batu karena dinilai memiliki simbol artistik bagi kalangan umum dan simbol sufistik bagi kalangan khusus, terutama bagi kaum laki-laki pemilik batu dan kaum perempuan pecinta batu.
Batu dengan berbagai jenisnya memiliki manfaat dan kegunaan. Batu gunung, batu kali dan batu cadas untuk pondasi bangunan. Batu kerikil dan pasir untuk cor bangunan. Batu bata dan batako bahan material untuk dindin bangunan. Batu nisan sebagai penanda keberadaan jenazah dan pemilik bangunan kuburan.
Batu cincin multiinterpretasi, diantaranya, untuk keberkahan.
Keberkahan berasal dari bahasa Arab, al-barakah yang dalam bahasa Indonesia disebut berkah, diartikan sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan umat manusia. Al-barakah, juga diartikan dengan kenikmatan, kebahagian, tambahan, pertumbuhan, kebaikan serta manfaat.
Al-Barakah dalam Al-Quran dengan berbagai derivasinya terulang sebanyak 32 kali di berbagai ayat seperti kata barakna, mubarakah, mubarakan, mubarakun, tabaraka, barakat, barika dan barakatuhu.
Ayat-ayat Al-Quran menegaskan bahwa semua berkah milik dan dari Allah sebab Dia-lah zat yang memberkahi. Barang siapa yang dilimpahi-Nya berkah seperti para Rasul dan Kitab-Nya itu diberkahi (QS. Al An’am/6: 92 dan 155. QS. Shad/38: :29. QS. Al Anbiya/21: 50). Tempat dan benda lain, seperti mesjid al-Haram dan Aqsha diberkahi (QS. Al Isra 17/:1). Ka’bah yang terbuat dan tersusun dari batu diberkahi (QS. Ali Imran/3: 96). Di sisi Ka’bah ada batu bongkahan diyakini berasal dari Surga yang disebut Hajar Aswad (HR. Turmuzi/877).
Umat Islam disunnahkan mencium Hajar Aswad setiap bertawaf dalam rangka tabarruk, mencari keberkahan dengan niat mengikuti sunnah, karena Nabi saw selalu menyempatkan diri mengusap-usap Hajar Aswad, dan setiap bertawaf maka setiap itu pula Nabi SAW mencium batu tersebut.
Untuk mendapatkan keberkahan perspektif sufistik, adalah mengekspresikan cinta terhadap Nabi SAW dan para sufi sebagai Aulia Allah, serta terhadap keberkahan yang melekat pada diri mereka, salah satunya adalah batu cincin sebagaimana opini Ilham Kadir, Kemaruk Cincin Batu Akik, Tribun Timur edisi Jumat, 9/1/2015 bahwa batu cincin telah ada sejak zaman Rasulullah, dan Nabi SAW sendiri mengenakan cincin yang terpasang di jari kelingkingnya.
Itulah sebabnya batu cincin dalam dunia sufistik sebagai sesuatu yang sakral (mulia) dan memang kaum sufi dalam menggunakan cincin didasari niat mengikuti simbolisasi nubuwwa (ciri kenabian) sebagai bagian dari keberkahannya. Selain batu cincin, para sufi selalu mengenakan siwak, wangi-wangian dan menyukai pakaian putih sebagaimana halnya Nabi saw. Ringkasnya bahwa segala yang disandarkan, disifatkan dan dikaitkan dengan Nabi SAW, semaksimal mungkin para sufi mengimplementasikan dalam kehidupannya karena hal itu dianggap sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap Nabi saw sebagai pemilik keberkahan.
Seseorang telah datang ke sufi, Dzun Nun al-Misri, menanyakan apa hakikat sufistik? Al-Misri, tidak menjawab tetapi memberikan sebuah cincin batu mulya, dan berkata, "jualkan cincin ini dengan harga 150 dirham. Nanti kalau sudah laku bawa uangnya kemari.! Orang tersebut seharian kelililing menjajakan cincin tadi tetapi tidak tidak ada yang berminat, sehingga dia kembali al-Misri dan berkata, "saya sudah tawarkan ke banyak orang, bahkan ke ahil-ahli cincin, tidak ada yang minat. Al-Misri berkata, sekarang bawalah cincin ini ke fulan yang paham tentang agama, barangkali berminat. Sesampainya, sambil terkaget-kaget, orang yang ditemuinya berkata, dari mana kau dapatkan cincin ini? Jawabnya, dari seorang sufi. Fulan berkata "Batu cincin ini, adalah permata dan jarang dimiliki orang, sehingga banyak orang tidak tahu batu apa, dan berapa harganya karena senilai puluhan ribuan dinar (uang emas)." Kenapa bisa demikian ? Fulan menjawab karena ini berasal dari sang sufi yang memiliki nilai keberkahan.
Sesuai pengamatan sufistik bahwa jika seorang sufi mengenakan batu cincin manik dari kristal, akan nampak pula cincin itu seperti permata, tetapi jika masyarakat awam mengenakan cincin setempel dari permata, cincin itu akan tampak sebagai manik dari kaca. Seorang sufi yang mengenakan batu cincin lebih nampak karamahnya ketimbang masyarakat awam yang menggunakan batu cincin yang sama.
Sebagian orang mencari dan memakai batu cincin karena dianggap memiliki nilai keindahan dan dijadikannya sebagai assesoris, sebagian lagi mengenakan batu cincin karena dianggap memiliki nilai sufistik dan sebagai motivasi akan kecintaannya kepada Nabi saw untuk mendapatkan keberkahan. Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamit Thariq.(*)
Oleh;
Mahmud Suyuti
Ketua Umum MATAN Sulsel dan Wakil Katib Tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf al-Makassariy