Suster BBM-an, Bayi Terpanggang di Inkubator RS Bunda
Karena kurangnya kontrol tim paramedis, dan perawatan dari suster yang seadanya, kulit punggung bayi Fadhlan melepuh.
Penulis: Hasan Basri | Editor: Edi Sumardi
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Muhammad Fadli (31), tak kuasa menyembunyikan rasa kecewa saat ditanya musabab kematian salah satu anak kembarnya, Fadhlan Khairy Al-Faiq (usia 5 hari).
Sedangkan Fayyadh Zafram Al Faiq, adik kembar almarhum Fadhlan, hingga Senin (27/10/2014) kemarin, dalam kondisi sehat. Kini Fayyad bersama ibunya, Rafika (28) di rumahnya, Jl Warga Jl Parinring Dalam I nomor 4, Perumnas Antang, Manggala, Makassar.
"Ini mungkin sudah takdirnya anak saya, meninggal begitu," kata Fadli, kepada Tribun, kemarin siang.
Fadli menceritakan kepasrahannya di sebuah warung internet yang dia kelola di Komplek Unit Pegadaian, Jl Perintis Kemerdekaan IV, Tamalanrea, Makassar, Senin (27/10/2014) siang.
Ungkapan "begitu" oleh Fadli untuk menggambarkan kondisi anak pertamanya, Fadhlan, yang menghembuskan nafas terakhir di incubator bayi di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIB) Cathernia Booth, Jl Arif Rate, Makassar, Sabtu (25/10/2014) akhir pekan lalu.
Sebelum meninggal, selama dua hari (21 hingga 23 Oktober), almarhum Fadhlan dan adiknya, Fayyadh, sejatinya mendapat perawatan standar di inkubator bayi manual di RSIB Bunda, Jl Pengayoman Blok F9 nomor 25, Panakkukang, Makassar.
Dan di RSIB Bunda inilah, asal muasal kondisi tragis bayi Fadhlan bermula.
Karena kurangnya kontrol tim paramedis, dan perawatan dari suster yang seadanya, kulit punggung bayi Fadhlan melepuh.
Dokter Membantah
Pihak RSIB Bunda yang dikonfirmasi, kemarin, membantah ada pasien atau bayi meninggal karena terpanggang inkubator.
"Jika ada yang terpanggang pasti keluarkan bau," kata Direktur Rumah Sakit Bunda , Dr Darni Tangsa, yang dikonfoirmasi via telepon semalam.
Saat Tribun, mendatangi RSIB Bunda, sekitar pukul 14.20 wita, perawat mengatakan, "Ibu lagi keluar. Tidak ada yang bia dikonfirmasi di sini."
Si perawat lalu memberikan nomor ponsel ibu direktur. "Saya lagi mengajar di Antang Dik. Sebentar, jam lima Anda menelepon," begitu jawaban Direktur kala dikonfirmasi via telepon.
Selengkapnya, silakan baca Tribun Timur edisi Selasa, 28 Oktober 2014.(*)