Anak Makassar Dipercaya Bos Facebook
Ini Jumlah Gaji Penerjemah Pertemuan Jokowi dengan Bos Facebook
Tante Rara, dokter Sri Nurul mengungkapkan masa kecil Rara memang sudah gigih dan berobsesi tinggi.

TRIBUN-TIMUR.COM - Rara Rizal dipilih pendiri Facebook, Mark Zuckerberg (30) menjadi penerjemahnya (translator) saat bertemu dengan Presiden Terpilih Joko "Jokowi' Widodo di Balai Kota Jakarta.
Tante Rara, dokter Sri Nurul mengungkapkan masa kecil Rara memang sudah gigih dan berobsesi tinggi. Tak pernah membicarakan masah detail pekerjaan ketika berlibur ke Makassar.
"Kami juga kaget ketika banyak dibicarakan di media dan sosial media. Dia memang tak pernah bicarakan ke kami pekerjaannya di Jakarta, dia hanya bilang biar saya kasi tahu Mama (panggilan untuk dr Sri Nurul) tak paham juga," katanya ketika Tribun mendatangi kediaman Rara ketika masih kecil di Jl Matahari, Pangkajene, Sulsel.
Mulanya Rara seorang anak gadis yang berdiam diri di kamar sehabis pulang sekolah. Dia hanya membaca dan menulis saja.
"Sifatnya berubah drastis ketika hanya mendapat juara favorit pada lomba anak sedunia. Dia bilang memang saya tak juara mama karena saya tak gaul. Maka sejak itu Rara mengubah pergaulannya sehingga mulai banyak bergaul dengan siapapun hingga saat ini," katanya.
Prestasinya itu tak lantas mengikuti keinginan keluarganya. Tante dan neneknya menginginkan Rara menjadi seorang dokter supaya mendapat uang. Tapi keinginan keluarganya itu gagal ketika melihat Rara yang ingin menjadi seorang penerjemah saja.
"Saya selalu bilang ke Rara, eh kuliah saja dulu baik-baik, kamu masuk saja ke kedokteran seperti Mama dan buka klinik, pasti banyakmi uangmu, dia tiba-tiba bilang ke kami, dia bilang saya karena untuk karier dan kita mau saya sarjana apa? Saya bisa tapi untuk merintis pekerjaan itu tak mudah. Sehingga dia memang lebih bergabung di sebuah lembaga dan akhirnya bisa begini. Kami tak tahu banyak mengenai pekerjaannya ini," katanya.
Dokter Sri pun mengungkapkan sikap kompetisi Rara memang selalu besar. Rara tak pernah mau mengikuti sebuah perkualiahan yang itu-itu saja.
"Itulah saya bilang obsesinya sangat besar, sampai-sampai dia meninggalkan kuliah untuk bekerja sebagai interpreter," katanya.
Selepas dari SMP, Rara meninggalkan tanah kelahirannya, Pengkep untuk sekolah di Jakarta. Tak ada keluarga di sana, dia hanya tinggal sendiri.
"Saya hanya tinggal sendiri di Jakarta. Tak ada keluarga karena saya ingin maju dan mengharukan nama keluarga," kata Rara.
Rara mengaku bangga karena bisa menjadi penerjemah di berbagai kegiatan berskala internasional. Dia sempat terdiam saat ditanya soal honor profesi. Khususnya soal honor saat mendampingi Mark dan Jokowi.
"Honornya hanya diberikan melalui selfie dengan Jokowi. Tapi lumayanlah, kan Pak Jokowi dan Mark jadi diataslah dari honor standar sehari Rp 3,5 juta. Kalau kemarin ada lagi penambahan sebanyak Rp 500 ribu per jam. Pokoknya lumayan deh," ungkapnya.
Penerjemah Istana
Rara memang sudah mendampingi pejabat dan tamu negara sejak 2012 lalu. Tak jarang dirinya sudah banyak ketemu dengan pejabat tinggi negara.
Bahkan dia mengaku sudah tak canggung lagi bertemu dengan Wakil Presiden Boediono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono.
"Memang sudah sering ketemu dengan berbagai dan menjadi penerjemah baik itu di acara besar. Biasa juga lewat SMS-an dengan pejabat negara di kementerian dan duta besar seperti kemarin di pertemuan dengan pejabat dan ibu Ani dan Boediono," katanya.
Tak hanya itu, beberapa kali dirinya juga ikut keliling Indonesia untuk mendampingi tamu negara dengan pejabat. "Senang juga sih hanya menjadi seorang penerjemah dan akhirnya bisa keliling Indonesia dengan mereka, seperti ke Irian dan Kalimantan, kalau bukan menjadi penerjemah maka susah keliling Indonesia. Ini mah gratis," katanya tertawa.
Selengkapnya, silakan baca melalui Tribun Timur edisi cetak, Kamis (16/10/2014).(*)