Pemilihan Rektor Unhas
4 Saran untuk Prof Dwia Aries Tina
Di antaranya pembenahan fasilitas WC kampus, perbaikan jaringan internet/akses jurnal internasional, dan perbaikan database dosen.
Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Jumadi Mappanganro
Syahid Arsjad ST MT
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) Syahid Arsjad MT menilai seharusnya seluruh sivitas akademika Unhas menerima hasil Pemilihan Rektor (Pilrek) Unhas yang telah digelar, Senin (27/1/2014) siang tadi.
Menurutnya, jika seluruh sivitas akademika Unhas Prof Dwia sebagai rektor terpilih, maka tentu akan sangat berarti bagi Unhas ke depan. Sebagai dosen yang belum memiliki hak pilih, ia memercayakan sepenuhnya kepada senat universitas dan Mendiknas RI bahwa pilihan mereka adalah pilihan sadar. Mereka bukanlah pemilih tradisional yang mudah dibeli, transaksional dan pragmatis.
"Saya selalu positif thinking bahwa mereka memiliki kesadaran memilih untuk kemajuan Unhas dari perspektifnya masing-masing yang bisa saja berbeda. Jika ada yang memilih atas dasar pragmatisme, biarlah nuraninya yang menghukumnya sebagai pelacur intelektual,” tulis Syahid melalui akun facebooknya, beberapa jam setelah hasil Pilrek Unhas 2014 diketahui pemenangnya.
Melalui akun facebooknya, dosen yang saat ini masih menempuh pendidikan doktor di Universitas Indonesia ini menulis harapannya agar Dwia dapat membawa perubahan ke depan, membawa panji-panji Unhas lebih dihormati dan disegani sebagai kampus intelektual, melahirkan insan akademis dan calon pemimpin bangsa yang berkarakter.
Tentu tidak mudah mewujudkannya, ada banyak hal yang memisahkan antara das sollen dan das sein di benak kita masing-masing. Namun menurutnya, dalam 100 hari setelah resmi menjabat Rektor Unhas Dwia harus memiliki gebrakan yang nyata agar semangat perubahan itu senantiasa ada dan menyebar ke seluruh sivitas akademika.
Semangat perubahan yang harus dirawat dan dikembangkan bersama. Untuk itu program 100 hari menjadi penting. Dari pengamatannya, ada beberapa program yang bisa dimasukkan dalam program 100 hari tersebut. Berikut paparan beberapa program dimaksud yang ditulisnya di akun facebooknya:
1. Pembenahan fasilitas WC kampus
Sudah menjadi rahasia umum bahwa WC kampus kita sangat tidak layak, dan tidak semestinya terjadi di kampus sekelas Unhas. WC adalah cerminan perilaku kita sesungguhnya, bagaimana budaya keseharian kita yang tidak teratur dan tidak sehat.
Pembenahan WC kampus menurut saya tidak membutuhkan anggaran yang banyak, hanya membutuhkan keseriusan dan selanjutnya perlu proses penyadaran kepada pemakai. Dengan pembenahan yang kecil seperti ini, semangat perubahan itu bisa kita mulai.
2. Dialog kemahasiswaan
Masalah kemahasiswaan sering dianggap sebagai masalah sepele di Universitas termasuk jumlah anggaran yang digelontorkan sangat kecil, namun faktanya adalah citra kampus unhas sangat dirugikan jika terjadi perkelahian mahasiswa (tawuran). Penanganan masalah kemahasiswaan di mata saya masih terkesan penanganan pada permukaan saja, belum menyentuh keakar masalah yaitu kesadaran keluarga besar mahasiswa unhas yang belum terbentuk.
Kita hanyalah kumpulan fakultas-fakultas yang berada di Unhas, belum merasa sebagai keluarga besar Unhas. Semangat keunhasan ini harus digali dan dikembangkan bersama lembaga kemahasiswaan. Penggodokan program-program kemahasiswaan yang dilakukan tanpa melibatkan mahasiswa (top down) tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Namun jika proses partisipatif yang dilakukan (bottom up) maka membangun kesadaran keunhasan secara bersama akan kita bisa tumbuhkan secara bersama dan akan memberikan hasil yang optimal.
3. Perbaikan jaringan internet / akses jurnal internasional
Saya tidak tahu di mana letak masalah dari jaringan internet di Unhas, namun saya secara pribadi merasa tidak puas dengan jaringan internet yang ada di Unhas. Padahal jaringan internet yang memadai adalah syarat mutlak untuk mendukung tradisi akademik dikampus.
Jaringan internet yang baik akan mendukung budaya intelektual dikalangan mahasiswa dan dosen untuk bisa menjadi bagian dari masyarakat intelektual dunia. termasuk didalamnya adalah akses/ langganan jurnal internasional berbayar seperti sciences direct.com yang sangat berarti dalam mendukung penelitian dosen dan mahasiswa.
4. Perbaikan manajemen birokrasi terutama database dosen
Salah satu kendala yang sering dikeluhkan oleh dosen-dosen adalah data base yang selalu diminta oleh pihak birokrasi kepada dosen. padahal data yang diminta itu-itu juga. Database dosen yang terintegrasi akan banyak bermanfaat untuk kepentingan universitas, juga pada tingkat fakultas dan prodi.
Di sisi lain tidak mengganggu konsentrasi dosen dalam menjalankan tri dharma perguruan tinggi. Sangat disayangkan jika tri dharma perduruan tinggi yang dijalankan dosen, harus ditambah lagi dengan masalah administratif yang mengambil waktu dan konsentrasi yang tidak sedikit.
Demikian harapan saya, rektor baru dengan semangat baru. Semoga ada perubahan ke arah yang lebih baik. Itu saja...Wassalam. (*)
Berita Terkait