Harga Elpiji Naik
Pertamina Masih Tunggu Panggilan Kedua
Anggota DPRD mempertanyakan seputar naik dan turunnya harga elpiji 12 kilogram (kg)
Penulis: Rasni | Editor: Ina Maharani
Laporan: Arny
Makassar, Tribun - Manajemen PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VII Sulawesi masih menunggu panggilan kedua kalinya oleh Komisi D anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Sulsel. Setelah sebelumnya memenuhi undangan tersebut Sulsel, Selasa (7/1/2014) sore.
Panggilan dalam rangka sharing session tersebut dihadiri oleh perwakilan petinggi PT Pertamina Domestik Gas Area Manager Sulawesi Pierre G Wauran, Sales Executive Pertamina MOR VII Wilson, beserta sejumlah jajarannya disambut langsung oleh Ketua Komisi D Adil Patu dan anggota komisi.
“Kami masih menunggu panggilan kedua oleh anggota dewan. Itu yang disampaikan oleh wakil rakyat itu pada kami (jajaran PT Pertamina). Alasan kami belum terlalu jelas bagi yang bersangkutan,” katanya kepada Tribun via telepon, Selasa (7/1) malam.
Anggota DPRD mempertanyakan seputar naik dan turunnya harga elpiji 12 kilogram (kg) yang dinilai plin plan dan membingungkan masyarakat.
“Kami hanya bisa menjelaskan bahwa kami merugi karena harga bahan baku dengan harga jual jenis elpiji non subsidi ini tidak sesuai,” kata Pierre.
Dia menjelaskan, pihaknya tidak punya pilihan lain selain menaikkan harga, namuan setelah ditelaah ulang keputusan untuk menutupi kerugian negara tersebut menuai kontroversi sehingga ada perubahan harga kembali.
Sebelumnya diberitakan Tribun, kenaikan harga elpiji 12 kg per 1 Desember 2013 mencapai RP 3.959 per kg. Sehingga di Makassar harga ditetapkandari range harga Rp 74.300-113.900 menjadi Rp 122.300-152.900 per tabung gas. Sementara berdasarkan keputusan peninjauan ulang ini menjadi Rp 91.900-125.900 atau dengan kenaikan Rp 1.000 per kg.
Laporan: Arny
Makassar, Tribun - Manajemen PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VII Sulawesi masih menunggu panggilan kedua kalinya oleh Komisi D anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Sulsel. Setelah sebelumnya memenuhi undangan tersebut Sulsel, Selasa (7/1) sore.
Panggilan dalam rangka sharing session tersebut dihadiri oleh perwakilan petinggi PT Pertamina Domestik Gas Area Manager Sulawesi Pierre G Wauran, Sales Executive Pertamina MOR VII Wilson, beserta sejumlah jajarannya disambut langsung oleh Ketua Komisi D Adil Patu dan anggota komisi.
“Kami masih menunggu panggilan kedua oleh anggota dewan. Itu yang disampaikan oleh wakil rakyat itu pada kami (jajaran PT Pertamina). Alasan kami belum terlalu jelas bagi yang bersangkutan,” katanya kepada Tribun via telepon, Selasa (7/1) malam.
Anggota DPRD mempertanyakan seputar naik dan turunnya harga elpiji 12 kilogram (kg) yang dinilai plin plan dan membingungkan masyarakat.
“Kami hanya bisa menjelaskan bahwa kami merugi karena harga bahan baku dengan harga jual jenis elpiji non subsidi ini tidak sesuai,” kata Pierre.
Dia menjelaskan, pihaknya tidak punya pilihan lain selain menaikkan harga, namuan setelah ditelaah ulang keputusan untuk menutupi kerugian negara tersebut menuai kontroversi sehingga ada perubahan harga kembali.
Sebelumnya diberitakan Tribun, kenaikan harga elpiji 12 kg per 1 Desember 2013 mencapai RP 3.959 per kg. Sehingga di Makassar harga ditetapkandari range harga Rp 74.300-113.900 menjadi Rp 122.300-152.900 per tabung gas. Sementara berdasarkan keputusan peninjauan ulang ini menjadi Rp 91.900-125.900 atau dengan kenaikan Rp 1.000 per kg.
Berita Terkait