Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

'Kampung Kambing' di Makassar Ini Sudah 43 Tahun

Lokasinya di dua ruas jalan sisi utara, Jl Masjid Raya. Tepatnya, tak jauh dari perempatan Jl Bandang dan Jl Vetaran.

Editor: AS Kambie
zoom-inlihat foto 'Kampung Kambing' di Makassar Ini Sudah 43 Tahun
dok tribun-Timur/ismail_syahrir_PKL_UMI
M Rustam (55), pedagang Kambing_Jl_Lamuru, Makassar, Kamis (10/10/2013)

TAHUKAH Anda, bahwa di Kota Makassar ternyata ada 'Kampung Kambing?
Lokasinya di dua ruas jalan sisi utara, Jl Masjid Raya. Tepatnya, tak jauh dari perempatan Jl Bandang dan Jl Vetaran.
Jika lalu lintas di perempatan jalan ini tak bising, maka dari sisi timur pelataran Masjid Raya, suara 'ngembik-ngembik' terdengar samar-samar.
Namun, jika arus lalu lintas padat, maka ikutilah penciuman hidung Anda. Aroma menyengat, dari gas buangan kotoran kambing, begitu terasa di perempatan ini.
Jika angin bertiup ke utara, maka hidung dan penciuman kita akan mengantar kita ke satu tempat yang sepertinya tak terurus di Jl Lamuru dan Jl Sembilan.
Dua ruas jalan yang akses utamanya dari selatamn di Jl Masjid Raya inilah, Kampung Kambing itu berada.
POemandangan tak wajar langsung tersuguh karena terdapat terlihat banyak kotoran kambing. Lapak-lapak berjejer berantakan di bahu jalan.
Isi lapak kayu, mayoritas berpagar bambu, berisikan puluhan kambing. Saban memasuki Bulan Haji, atau Zulhijjah di kalendar Hijriyah, radius jangkuan aroma 'menyengat" khas kambing bisa lebih jauh. \
"Bisa sampai tercium hingga di Gedung 45," kata Jumain, tukang becak (52) yang sudah hampir 20 tahun mangkal di kelokan Jl Masjid Raya, depan kantor PU Binamarga.
Bagaimana hingga Kampung Kambing hadir di dua ruas jalan itu?
Itu cerita awal tahun 1970-an. Seperti pedagang kagetan, lainnya, kehadiran pasar itu awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan Idul Adha. Pedagangnya sebagian awalnya dari Maros, dan selatan Makassar, Jeneponto, Takalar dan Gowa
"Saya masih 10 tahun, sudah temani bapak jualan kambing disini. kalau Sudah musim haji, kita biasanya bermalam jaga kambing," kata M Rustan (55), salah satu pemilik lapak kambing di Jl Lamuru.
Bapak 10 anak, ini mengisahkan, awalnya Masjid Raya, masih merupakan salah satu masjid terbesar di Makassar. karena tak jauh dari Pasar Sentral, dan akses jalan itu masih dua jalur dari Maros dan Gowa, akses pedagang dari Gowa melalyui Jl Sultan Alauddin dan Jl SS (kini Jl Veteran), Jl Lamuru jadi melting point, strategis di utara kota.
Sejarah berdirinya kampung kambing ini, di jalan Lamuru di mulai sejak tahun 1970 sampai sekarang. "Sekolah saya ya jual kambing, tamat SD pun tidak. Kira- kira sudah 43 tahun mi," kata generasi kedua pedagang kambing tanpa papan nama lapak itu.
Rustam mengklaim, bapaknyalah yang kali pertama membuka lapak di Jl Lamuru, lalu kemudian diikuti pedagang lain yang baru hadir dekade 1990-an di Jl  Sembilan, sebelah Jl Lamuru.
Amat mudah menandai kambing jualan. Nomor yang dicat mencolok di punggungnya menandakan binatang ternak itu siap jual.

Selain modal awal membeli kambing, modal lain yang dikeluarkan adalah membeli rumput, sayuran dan jagung di sekitar kandang tersebut. Rumput ada yang bawa, sedangkan sisa sayuran dibeli dari buruh di Pasar Terong. "Modal besar lainnya, sabar menunggu pembeli yang datang Dek," katanya tersenyum.
Meski jualan di Jl Lamuru, Rustam dan keluarga menetap di Jl Pettarani 3 Lorong 7, Makassar. Dia sudah menghidupi 10 anak dan 5 cucu.
Rustam mengakui omzet yang didapatkannya tidak menentu. Namun, saban memasuki bulan haji terkadang kambing laku hingga lima (5) ekor dan harga jual kambing naik, mulai Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu per ekor. (ismail syahrir/kkl_UMI)

"Impor" Kambing dari Timor

DARI mana, Rustam dan pedagang di Kampung Kambing, mendapat pasokan kambing?
Di luar keperluan di musim Lebaran Idul Adha, atau jika hanya untuk memenuhi kebutuhan aqiqah, khitanan, atau hajatan rumah tangga lain, pasokan kambing cukup dari Maros, Jeneponto, Gowa, atau Takalar.
Kalau lima hari jelang Adha, Rustam memasok kambing dari Nusa Tenggara Timur dan Lombok. "Banyak dari Timor, NTT. Diimpor naik kapal laut ke Jeneponto, lalu masuk ke Makassar pakai pickup," katanya.
Rustam dan sekitar 30-an rekannya mulai menjual pukul 06:00 sampai 18:00 Wita setiap hari. "kalau pedagang martabak sudah datang, kita pulang mi," katanya.
Jika malam datang, kambingnya dititip di sebuah gedung di jalan Mesjid Raya dan sebagiannya lagi hanya disimpan di lapak yang berpagarkan bambu.
Perawatan kambingnya cukup mudah, sediakan rumput, air dan sisi sayur saja. Orang-orang sering meresahkan bahkan mengindari jalan Lamuru ketika ingin bepergian daerah itu karena bau kurang sedap.(ismail s/kkl-UMI)

Dulu Ada Izin Lurah, Kini ....
APAKAH butuh surat izin untuk masuk Kampung Kambing?
"Tidak ada, tapi dulu Bapak saya bilang bahwa di sini sudah ada kesepakatan dengan Lurah di sini. Sekarang sudah tidak ada lagi."
 Lantas bagaimana dengan pedagang baru. Rustam dengan lugas mengatakan. : "Tidak ada karena semua yang berjualan kambing di jalan Lamuru dan jalan Sembilan ini adalah masih keluarga".
Dia mengatakan, beberapa kali aparat pemerintah kota datang melarang, tapi bentuknya hanya imbauan. "Cuma bilang, kalau sudah menjual tolong dibersihkan."
Camat Bontoala Supardi A Syam mengaku jika ia bersama jajarannya selama ini terus melakukan pendekatan persuasif kepada para pedagang agar mereka mau direlokasi. "Kita akan koordinasi dengan Pamong Praja,"
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar mengingatkan warga penjual kambing segera hengkang dari kawasan lingkungan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Makassar, Jl Sultan Alauddin-Jl AP Pettarani,  dan sekitar Jl Masjid Raya
Pemnkot dalam waktu dekat akan lakukan penertiban. "Sebelum kami tertibkan, sebaiknya yang bersangkutan, memahami perda," kata Iqbal Asnan. (ilo)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved