RS Tolak Pasien
Ini Cerita Ayah Revan Adhyaksa
saya masih sakit hati dengan RS yang menolak menangani anak kami
Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Imam Wahyudi
MENINGGAL memang takdir yang tak bisa dielakkan. Namun ketika orang tercinta kita meninggal setelah beberapa kali ditolak ditangani tim medis rumah sakit, itu yang sangat menyakitkan.
Begitulah yang kini dirasakan kedua orangtua Revan Adhyaksa, Andi Amir (40) dan Nirmawanti (38). Pasangan suami istri ini hidup kos bersama empat anaknya di Jalan Bonto Bila, Kelurahan Batua, Kecamatan Panakkukang, Makassar.
Revan adalah balita berusia satu tahun tiga bulan yang meninggal karena diduga menderita diare dan terlambat mendapat pertolongan medis, Rabu (26/6/2013) sekitar pukul 15.00 wita. Tiga rumah sakit di Kota Makassar diduga menolak menangani Revan karena Andi Amir mengandalkan kartu jamkesda.
Amir yang sehari-hari bekerja membawa becak motor (bentor) ini menceritakan, sebelum meninggal, Revan beberapa hari terlihat muntah dan mengeluarkan tinja. Tak tahan melihat anaknya sakit, Amir bersama istrinya membawa Revan ke Rumah Sakit Umum (RSU) Daya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Senin (24/6/2013) sore.
Di rumah sakit ini, Revan sempat diperiksa dan diberi infus oleh tim medis. Namun karena pertimbangan sakit yang diderita Revan telah kritis, tim medis RSU Daya pun merujuk Revan ke RSUP dr Wahidin Sudirohusodo, Senin (24/6/2013) malam sekitar pukul 19.30 wita.
Dalam keadaan diinfus, Revan diantar menggunakan ambulans RSU Daya bersama seorang perawat. Jarak kedua rumah sakit pemerintah ini hanya sekitar empat kilometer, sehingga hanya dalam hitungan menit, pasien tiba di UGD RS Wahidin.
Saat Revan dan ibunya berada di UGD, Amir diminta ke bagian loket. Seorang petugas loket RS itu pun menanyakan identitas Amir dan bayinya. Amir mengaku sebagai pemegang kartu jamkesda.
Beberapa saat usai berurusan di bagian loket, istrinya keluar dari UGD memberitahukan ke suaminya bahwa mereka harus cari rumah sakit lain. Pasalnya, seorang petugas RS Wahidin menyampaikan bahwa Revan tak bisa dirawat di RS tersebut karena sedang penuh pasien.
“Padahal, malam itu hanya ada tiga pasien di UGD. Beberapa ranjang saya lihat kosong,” tutur Amir yang mengaku hanya mengenyam pendidikan hingga setingkat sekolah dasar ini.
Dengan rasa kesal tinggi, Amir pun memboyong lagi anaknya ke Rumah Sakit Ibnu Sina di Jl Urip Sumoharjo. Masih menggunakan mobil ambulans RSU Daya dan ditemani seorang perawat. Namun saat sampai di RS milik Yayasan Wakaf Universitas Muslim Indonesia (UMI) ini, Revan hanya diperiksa di atas mobil ambulans. Revan tak sempat diturunkan ke UGD.
Tim medis yang memeriksa Revan, seperti dituturkan Amir, lagi-lagi mengaku bahwa tak bisa melayani anaknya karena alasan RS Ibnu Sina sedang penuh. Dari RS Ibnu Sina, bungsu dari empat bersaudara itu kemudian diantar lagi ke RS Awal Bross. Jarak kedua rumah sakit swasta ini hanya sekitar 1,5 kilometer.
Tapi lagi-lagi Revan dan orangtuanya mendapat perlakuan serupa. Revan hanya diperiksa di atas mobil ambulans oleh petugas medis RS Awal Bross. Tak sempat dibawa ke bagian instalasi gawat darurat.
“Lagi-lagi petugasnya bilang RS Awal Bross penuh. Saya mungkin ditolak karena mengaku pasien jamkesda,” tutur Amir dengan suara lemah.
Dari RS Awal Bross, malam itu juga Amir membawa lagi anaknya ke RS Akademis Jaury di Jl Jenderal M Jusuf (dulu Jalan Gunung Bulusaraung). Mereka diangkut lagi dengan mobil ambulans beserta sopir dan perawat RSUD Daya yang setia menemani.
Di RS yang dibangun mantan Panglima Jenderal TNI almarhum Jenderal M Jusuf itulah, Revan akhirnya diterima untuk dirawat. Di RS ini, Amir tak lagi mengaku pasien jamkesda. Tapi pasien umum.
“Sebab saya ragu, kalau saya mengaku pasien jamkesda, anak saya ditolak lagi. Makanya saya bilang pasien umum saat kami diterima,” tuturnya. Saat Revand dipastikan telah mendapat penanganan medis dari RS Jaury Akademis, barulah ambulans beserta sopir dan perawat dari RSUD Daya meninggalkan mereka.
Amir dan istrinya sudah berusaha mencarikan pertolongan untuk anaknya. Namun Tuhan memilih memanggil Revan keharibaan-Nya. Revan meninggal di RS Akademis pada Rabu (26/6/2013) sore sekitar pukul 15.00 atau setelah dua hari menjalani penanganan medis.
Dari RS Akademis, Amir membawa pulang jasad anaknya ke rumah orangtuanya di Jl Haji Kalla No 24, Makassar. Amir mengaku masih menunggak pembayaran perawatan di RS Akademis. Namun ayah anak ini diizinkan pulang setelah menjaminkan KTP-nya ke petugas loket RS.
“Walau anak saya sudah meninggal dan dikuburkan, saya masih sakit hati dengan RS yang menolak menangani anak kami,” tuturnya. Hingga berita ini ditulis, belum ada konfirmasi dari manajemen RSUP Wahidin Sudirohusodo, RS Ibnu Sina, maupun RS Awal Bross.