Kebakaran Pasar Sentral
Ada 1 Pedagang yang Kehilangan 13 Kios
M Akbar, Asosiasi Pedagang Makassar Mal belum bisa mengkonfirmasikan penyebab dan taksiran kerugian
Penulis: Mahyuddin | Editor: Ridwan Putra

dok/google earth
Pemadam kebakaran menyemprotkan air untuk memadamkan kebakaran yang melanda Pasar Sentral, Selasa (28/06/2011) dinihari.
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM -- Sekretaris Asosiasi Pedagang Makassar Mal Muhammad Akbar, belum bisa mengkonfirmasikan penyebab kebakaran. Pihaknya juga belum bisa menaksir total kerugian.
Hingga, Selasa (28/6) pukul 13..30 wita atau sekitar 12 jam pasca kebakaran terjadi, api mulai bisa dijinakkan di dalam bagian gedung, khususnya lantai II, III dan IV.
Hingga pukul 08.00 Wita, atau sebilan jam setelah kebakaran, asap masih mengepul dari membumbung dari atap pasar. Sebagian sudah bisa dipadamkan.
Seorang pedagang, Haji Syam, kepada wartawan yang memiliki lebih dari 20- an lods yang dikontraktan dan dikelola sendiri, hanya tersenyum saat ditanya apakah kerugian nya bisa mencapai Rp 1 Miliar. "satu M (Rp 1 M) itu amat kecil kalau keruigian pedagang," katanya.
Fadel Basalamah salah seorang pemilik kios bersama pegawainya langsung ke lokasi kebakaran untuk menyelamatkan barang dagangannya. Dirinya yang mengaku punya kios sebanyak 13 unit di lantai satu dan dua tidak dapat menyelamatkan semua barang dagangannya berupa pakaian jadi dan sepatu serta sandal.
Akibat kebakaran itu, putra sulung dari petinggi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Prof Dr Basalamah tersebut mengalami kerugian besar yang mencapai ratusan juta rupiah.
Seperti dilansir Antara, pedagang lainnya, Nirwana (40), pemilik dua kios di lantai dua. Ia mengaku jauh-jauh datang dari Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan untuk menyelamatkan barang dagangannya, namun hingga pukul 04.30 WITA, belum ada satupun barang dagangannya yang sempat diselamatkan.
Dengan histeris, ia terus menyalahkan Dinas Pemadam Kebakaran yang dianggapnya lamban, sehingga api langsung membesar dan menghanguskan semua barang dagangan miliknya serta lebih dari seribuan pedagang lainnya.
Asal api yang menyebabkan kebakaran tersebut ada dua versi, ada yang mengatakan berasal dari lantai dua di Marahari Departement Store serta dari lantai satu blok B-29 yang merupakan tempat berjualan pakaian jadi.
Pihak pemadam kebakaran agak kesulitan untuk memadamkan api yang masih terus membesar di tengah bangunan yang luasnya berkisar 2,5 hektare tersebut meski telah mengerahkan puluhan unit pemadam untuk memadamkan api.
"Api cepat membesar dan menjalar karena barang yang dijual merupakan barang yang mudah terbakar, utamanya di lantai satu dan dua yang merupakan pedagang pakaian jadi, kain, tekstil dan asesoris. Akibatnya 90% pasar habis terbakar," terang Akbar.
Belum bisa diketahui kerugian akibat kebakaran ini, hanya saja, jika dirata-rata menurut Akbar, satu pedagang dalam seharinya untuk satu kios dalam pasar omsetnya bisa mencapai Rp20 juta per hari, bahkan lebih.
Hingga, Selasa (28/6) pukul 13..30 wita atau sekitar 12 jam pasca kebakaran terjadi, api mulai bisa dijinakkan di dalam bagian gedung, khususnya lantai II, III dan IV.
Hingga pukul 08.00 Wita, atau sebilan jam setelah kebakaran, asap masih mengepul dari membumbung dari atap pasar. Sebagian sudah bisa dipadamkan.
Seorang pedagang, Haji Syam, kepada wartawan yang memiliki lebih dari 20- an lods yang dikontraktan dan dikelola sendiri, hanya tersenyum saat ditanya apakah kerugian nya bisa mencapai Rp 1 Miliar. "satu M (Rp 1 M) itu amat kecil kalau keruigian pedagang," katanya.
Fadel Basalamah salah seorang pemilik kios bersama pegawainya langsung ke lokasi kebakaran untuk menyelamatkan barang dagangannya. Dirinya yang mengaku punya kios sebanyak 13 unit di lantai satu dan dua tidak dapat menyelamatkan semua barang dagangannya berupa pakaian jadi dan sepatu serta sandal.
Akibat kebakaran itu, putra sulung dari petinggi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Prof Dr Basalamah tersebut mengalami kerugian besar yang mencapai ratusan juta rupiah.
Seperti dilansir Antara, pedagang lainnya, Nirwana (40), pemilik dua kios di lantai dua. Ia mengaku jauh-jauh datang dari Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan untuk menyelamatkan barang dagangannya, namun hingga pukul 04.30 WITA, belum ada satupun barang dagangannya yang sempat diselamatkan.
Dengan histeris, ia terus menyalahkan Dinas Pemadam Kebakaran yang dianggapnya lamban, sehingga api langsung membesar dan menghanguskan semua barang dagangan miliknya serta lebih dari seribuan pedagang lainnya.
Asal api yang menyebabkan kebakaran tersebut ada dua versi, ada yang mengatakan berasal dari lantai dua di Marahari Departement Store serta dari lantai satu blok B-29 yang merupakan tempat berjualan pakaian jadi.
Pihak pemadam kebakaran agak kesulitan untuk memadamkan api yang masih terus membesar di tengah bangunan yang luasnya berkisar 2,5 hektare tersebut meski telah mengerahkan puluhan unit pemadam untuk memadamkan api.
"Api cepat membesar dan menjalar karena barang yang dijual merupakan barang yang mudah terbakar, utamanya di lantai satu dan dua yang merupakan pedagang pakaian jadi, kain, tekstil dan asesoris. Akibatnya 90% pasar habis terbakar," terang Akbar.
Belum bisa diketahui kerugian akibat kebakaran ini, hanya saja, jika dirata-rata menurut Akbar, satu pedagang dalam seharinya untuk satu kios dalam pasar omsetnya bisa mencapai Rp20 juta per hari, bahkan lebih.