Hak Angket Pajak
Hak Angket Pajak di DPR Gagal Total
Jakarta, Tribun - Usulan hak angket mafia pajak yang digagal oleh Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera akhirnya gagal total.
Jakarta, Tribun - Usulan hak angket mafia pajak yang digagal oleh Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera akhirnya gagal total.
Melalui mekanisme voting di rapat paripurna DPR RI yang
digelar Selasa (22/2) siang hingga tengah malam, sebanyak 266 anggota
DPR menolak pembentukan panitia kerja sementara 264 suara lainnya
menerima.
"Dengan ini kami umumkan, 264 orang menerima, dan 266 menolak angket
pajak maka usulan hak angket pajak gagal," ujar Ketua DPR RI, Marzuki
Alie, mengetuk palu keputusan paripurna tersebut di gedung DPR,
Jakarta, tadi malam
Gagalnya hak angket mafia pajak tersebut menunjukkan adanya perpecahan
di Sekretariat Gabungan (Setgab) Koalisi Partai Pengusung Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Boediono.
Partai Golkar dan PKS mampu mengajak PDIP dan Hanura untuk mengusung hak angket tersebut.
Namun perolehan suara yang diraih hanya 264. Itu pun sudah mendapat dua suara dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Sementara anggota setgab yang tetap solid menolak usulan tersebut
selain Demokrat adalah Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), ditambah dengan Gerindra.
Usulan hak angket mafia menggeliding menyusul munculnya kasus Gayus
Tambunan, pegawai fungsional di Ditjen Pajak Kementerian Keuangan RI
yang disebut-sebut mendapatkan harta puluhan miliar rupiah dari hasil
mafia pajak.
Sudah Mengganggu
Sekretaris Setgab Syarif Hasan menyampaikan terima kasih atas dukungan
PKB, PAN, PPP, dan Gerindra. Bagi mereka yang berjasa Syarif menegaskan
akan ada reward. Namun bagi mereka di koalisi yang tidak sejalan yakni
PKS dan Golkar akan ada hukuman.
"Kalau reward and punishment itu ada. Tapi yang memberikan Ketua Koalisi
Pak Presiden SBY," kata Syarif usai menyaksikan jalannya voting terbuka
tersebut.
Politisi asal Sulawesi Selatan (Sulsel) ini menjelaskan, Demokrat merasa
terganggu dengan posisi PKS dan Golkar. Namun semua harus tetap
berjalan walau ada gangguan.
"Kompsoisi Setgab ya dinamis bisa ditambah bisa dikurangi," imbuhnya.
Dia menjelaskan, langkah PKS dan Golkar yang berseberangan dengan rekan
koalisi yang lain pun dianggap sebagai sebuah gangguan."PKS dan Golkar
berseberangan. Kalau sikapnya begini ya mengganggu," tutupnya.
Secara mengejutkan duan anggota Fraksi (FPKB) DPR membelot dari
kebijakan partainya yang menolak usulan hak angket (penyelidikan) mafia
pajak. Lily Wahid dan Effendi Choirie, memilih mendukung usulan hak
angket.
Dari 28 anggota FPKB yang hadir, hanya Lily dan Effendi Choirie yang
memberi dukungan terhadap usulan hak angket mafia pajak. Sedangkan 26
orang anggota FPKB lainnya menolak usulan yang dimotori Fraksi Partai
Golkar dan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera.
Tak pelak beberapa saat setelah menyatakan sikapnya yang kontroversial
itu, Effendi Choirie langsung mendapat pesan pendek dari Muhaimin
Iskandar, Ketua Umum PKB yang menjabat Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi.
"Ketua Umum mengirim SMS (pesan pendek). Saya ditanya, kamu dapat apa
dari Ical (Ketua Umum Partai Golar Aburizal Bakrie)," ujar Effendy
kepada Tribunnews.
Tak lama menunggu, Effendy membalas SMS Muhaimin Iskandar. "Saya jawab,
saya tidak kenal Ical, dan Ical juga mungkin tidak kenal saya. Saya
tidak main uang dan main politik kekuasaan. Ini hanya hati nurani, siapa
tahu ada manfaatnya untuk rakyat," urainya.
Mengapa ia berani berseberangan dengan kebijakan partai dan fraksinya? "Saya pakai hati nurani saja," katanya.
Mengenakan baju koko berwarna putih yang dibalut jas hitam, ia mengaku
keputusannya itu berangkat dari subtansi masalah perpajakan. "Ini
masalah mendasar bagi negara yang selama ini amburadul," ujarnya.
Kelompok penentang usulan hak angket mafia pajak menang tipis
dibandingkan para pendukungnya. Setelah dilakukan voting terbuka dalam
rapat paripurna DPR, Partai Demokrat sebagai lokomotif penenantang
usulan hak angket, mendapat dukungan baru Fraksi Partai Gerindra
sehingga menang tipis 2 suara.
Anggota Fraksi Partai Golkar yang juga Wakil Ketua Komisi Hukum DPR Azis
Syamsuddin mengaku telah melakukan lobi untuk menagih komitmen
sejawatnya di parlemen. Namun mereka justru berbalik badan yaitu
menolak usulan hak angket.
"Kami melobi teman-teman yang semula tanda tangan mendukung usul hak
angket, lalu menarik diri," katanya. Ia mengajak mereka bersikap
konsisten. .
"Ini agar jangan sampai dianggap kita main-main politik. Kalau mereka
anggap ini ada agenda politik, justru dengan sikap mereka lah ada agenda
lain. Jangan saling baku tipu," katanya.
Fraksi Partai Demokrat memilih merapatkan barisan di Senayan. "Saya
rapat di lantai IX DPR. Ya, kongkow-kongkow," papar Sekretaris Fraksi
Partai Demokrat Saan Mustofa.
Namun ia sempat mengalami ketegangan sebelum voting berlangsung. "Memang
agak sulit (melobi para pendukung angket) karena fraksinya mendukung,
tapi belum tahu jumlah anggotanya yang hadir," katanya. (ade/yat)