Lihat Aksi Kaum Emmak-emmak Kompak Demo Tambang di Desa Popo Takalar
Puluhan massa langsung ke lokasi meminta untuk ditutup operasi tambang ini, yang sudah beberapa hari meresahkan warga setempat.
Penulis: Darullah | Editor: Syamsul Bahri
TRIBUNTAKALAR.COM, GALESONG SELATAN - Puluhan ibu-ibu warga Desa Popo, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, unjukrasa menutup tambang ilegal, Jum'at (26/7/2019) siang.
Tambang galian C ini telah beroperasi selama lima hari.
TRIBUNWIKI: Meninggal Dunia di Usia 75 Tahun, Siapa Rutger Hauer?
6 Fakta Polisi Tembak Polisi di Depok, ini Penyebab Brigadir RE Emosi hingga Tembak ke Bripka RE
Saatnya Suami Najwa Shihab Buka-bukaan Kelakuan Istri di Rumah, Tak Bisa Masak & Seputar Ranjang
Pagi-pagi, Warga Kasimpureng Bulukumba Digegerkan Penemuan Mayat
TRIBUNWIKI: Film Running Scared Jadi Trending Topic Google, Simak Sinopsis dan Ulasannya
Lowongan Kerja Terbaru - 3 Perusahaan BUMN Terima Karyawan Besar-besaran, Cek Syarat & Batas Waktu!
Puluhan massa langsung ke lokasi meminta untuk ditutup operasi tambang ini, yang sudah beberapa hari meresahkan warga setempat.
Warga setempat, Daeng Bella, yang sawahnya berada di dekat lokasi tersebut, menuntut agar alat berat segera berhenti dan diangkut oleh pemiliknya, sebelum massa bertindak lebih jauh.
"Ini kita dibodo-bodohi. Katanya cetak tambak, tapi terus ambil pasir hingga lebih dari kedalaman tiga meter," ujar Dg Bella.
"Bukanmi lagi ini cetak tambak, tapi sudah tambang galian C," kata Dg Bella.
Sementara itu beberapa warga lainnya, yang tanahnya pas di samping lokasi.
Daeng Nai juga mengatakan, awalnya kita diminta persetujuan mencetak tambak, tapi ternyata yang terjadi penambangan pasir," kata Daeng Nai.

Menurut pantauan TribunTakalar.com, dalam aksi ini didominasi oleh kaum ibu-ibu yang berharap pemerintah daerah, dan pihak keamanan untuk meninjau lokasi tambang yang meresahkan warga.
"Sudah beberapa hari ini diminta untuk ditertibkan. Tapi samapi kami turun demo belum juga ada peninjauan sampai sekarang," ujar warga yang ada di kerumunan massa.
Keberadaan tambang ilegal tersebut awalnya bertujuan cetak tambak.
Namun setelah beroperasi, ekskavator menggali pasir hingga lebih dari kedalaman tiga meter.
Setiap hari material berupa timbunan dan pasir diangkut oleh puluhan mobil Dum Truk. (*)
Laporan wartawan TribunTakalar.com, Darullah, @uull_darullah.
Langganan Berita Pilihan
tribun-timur.com di Whatsapp
Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur