Cerita Kades Poleonro Pangkep yang Selamat dari Maut di Laut, Kisahnya Bikin Merinding
Dia kemudian memulai ceritanya selamat dari maut selama dua hari satu malam mulai pukul 11.00 Wita hingga pukul 17.15 Wita keesokan harinya.
Penulis: Munjiyah Dirga Ghazali | Editor: Syamsul Bahri
TRIBUNPANGKEP.COM, PANGKAJENE-- Kepala Desa Poleonro, Irwan selamat dari maut pasca kapalnya tenggelam di perairan Sumbawa kini sudah beraktivitas.
Saat ini sudah sehat dan mulai mengunjungi wilayah daratan Pangkep untuk mengurus segala pekerjaan terkait desanya.
Hasil Patungan Warga, Asrama Mahasiswa Mandar Tande Akhirnya Berdiri di Makassar
Gegara Mencoblos Dua Kali, Ketua RW Panakukkang Segera Diadili
Kepada TribunPangkep.com, Minggu (30/6/2019) Irwan mengaku sudah sehat dan kembali lagi beraktivitas.
"Alhamdulillah, sudah sehat dan saat ini sementara urus pekerjaan desa di wilayah daratan dulu menerima KKN UGM bersama pak camat," ujarnya.
Dia kemudian memulai ceritanya selamat dari maut selama dua hari satu malam mulai pukul 11.00 Wita hingga pukul 17.15 Wita keesokan harinya.
Irwan saat itu dari Sumbawa dan akan pulang ke desanya, Desa Poleonro, Kecamatan Liukang Tangayya, Kabupaten Pangkep, Sulsel.
Diapun bersama empat orang keluarga dan warga Poleonro berangkat sekitar pukul 09.00 Wita dari Pelabuhan Sumbawa, kemudian sejam kemudian dari pulau Monia ke Pulau Medang 5- 10 mill.
Mereka menaiki kapal jolloro yang sudah ditumpangi Irwan pulang pergi Sumbawa-Poleonro sebanyak lima kali.
Jarak dari Sumbawa Nusa Tenggara Barat menuju desa Poleonro sekitar empat jam.
Pada saat berlayar, cuaca sangat bersahabat, teduh dan tidak ada tanda-tanda kapal yang ditumpanginya tenggelam.
Tiba-tiba, setengah jam kemudian saat mereka berlayar angin kencang dari arah tenggara sekitar pukul 10.00 Wita hingga pukul 11.00 Wita.
"Tiba-tiba ombak besar dari belakang, jolloro yang dipakai dihantam ombak dan kapal langsung tenggelam," kata Irwan.
Pada saat kapal tenggelam di perairan NTB, Irwan dan ketiga warga Poleonro berusaha menyelamatkan diri.
"Jadi kami sempat tenggelam bersama jolloro, tetapi kemudian berenang cepat hingga kami terapung mulai pukul 11.00 Wita sampai besoknya pukul 17.15 Wita ketika nelayan pulau Kembang Lemari menemukan kami," ujarnya.
Irwan mengaku, pada saat dia dan ketiga warga terapung, hingga berpegangan di tali jolloro tidak ada satupun yang makan dan minum.
